"Sa-chan ... Sa-chan," sebuah suara mengetuk alam bawah sadarku.
Kubuka perlahan kelopak mataku yang saling menempel sempurna, hingga sebuah bayangan terlihat samar-samar di hadapanku.
"Haru nii-chan," ucapku terkejut setelah melihatnya duduk di samping.
"Kau sudah bangun?" tanyanya tersenyum ke arahku.
Aku mengangguk, "sudah," jawabku singkat seraya mencoba beranjak dari tempat tidur.
"Ini berat sekali," gerutuku pelan sembari dari tadi mencoba untuk beranjak tapi tak berhasil.
"Sampai kapan kau akan tidur, Izumi?!" Aku sedikit terperanjat saat Haruki meninggikan suaranya sambil memukulkan bantal ke sebelah kiriku.
"Haruki sialan, jangan ganggu waktu tidurku," Aku sedikit terpejam ketika teriakan Izumi memukul keras gendang telingaku.
"Setidaknya lepaskan tanganmu dari, Sachi!" Haruki kembali meninggikan suaranya sembari memukul-mukul Izumi menggunakan bantal di tangannya.
"Aku tidak bisa tidur jika tidak memeluk sesuatu," jawab Izumi, aku melirik ke arahnya yang masih tetap memejamkan matanya.
Aahh, aku baru ingat, semalam mereka datang ke kamarku setelah makan malam ... Merepotkan sekali ... Apa ini? Yang sering orang sebut dengan keluarga bahagia?
Izumi yang memeluk erat tubuhku, membuatku sulit untuk bergerak. Ditariknya aku oleh Haruki, dia berusaha untuk membuatku lepas dari pelukannya Izumi. Namun, apa yang mereka lakukan, justru membuatku semakin tersiksa.
Cepatlah datang, Tsubaru! Atau aku akan mati sebelum usiaku mencapai tujuh belas tahun.
"Aahh sial, melelahkan sekali," Haruki menggerutu seraya mengusap keringat di dahinya, saat aku sudah berhasil ia jauhkan dari Izumi.
"Dari mana, dia punya kekuatan sebesar itu," Haruki kembali menggerutu sambil tetap menjatuhkan pandangan pada Izumi yang masih memejamkan matanya.
Haruki beranjak dari ranjang, "duduklah di meja rias, Sachi! Aku akan merapikan rambutmu," sambung Haruki yang mengalihkan pandangannya padaku.
Aku turun dari ranjang, lanjut melangkah menuju meja rias yang berdiri kokoh di kamarku. Aku duduk di hadapan meja rias seperti yang Haruki perintahkan, sambil menatap bayangan Haruki yang sudah berdiri di belakangku. Haruki meraih sisir yang tergeletak di meja rias, disisirnya pelan rambutku, lalu diikatnya rambut cokelatku menggunakan pita berwarna merah.
"Cuci wajahmu dan pakai sepatumu, kita akan melakukan latihan pagi," ungkap Haruki kembali.
"Latihan?" tanyaku bingung menatap bayangannya. Kuraih mangkuk berisi handuk basah di meja rias, lalu kuusap pelan handuk tadi ke wajah.
Haruki berjalan menjauh, "kau harus mulai melatih tubuhmu mulai dari sekarang," ucap Haruki seraya memakai sepatu di kakinya.
"Latihan?" Lirikan mataku beralih pada Izumi yang tiba-tiba terbangun.
"Aku akan mengajari Sachi cara bertarung menggunakan pedang dan juga panah. Aku tidak ingin musuh-musuh kita nanti menemukan titik lemah yang ada pada kita. Karena itulah Sachi, kau harus menjadi kuat," saut Haruki kembali sambil menatapku yang tengah mengipas wajahku yang basah menggunakan tangan.
Haruki beranjak lalu berjalan mendekatiku, dia berlutut lalu meraih sepatu dan mengenakan sepatu tersebut di kedua kakiku. "Kalau begitu, aku ikut," ucap Izumi yang entah kapan, sudah selesai memakai sepatu di kakinya.
Dibukanya pintu kamarku oleh Haruki, dia berjalan yang disusul aku dan juga Izumi yang mengikutinya dari belakang. Aku berhenti sejenak, melirik ke arah Tatsuya, Tsutomu, dan juga Tsubaru yang masih lelap tertidur di luar pintu kamar. Langkahku kembali berlanjut saat tangan Izumi, menarikku untuk mengikutinya.
________________
Udara pagi terasa langsung menusuk ke tulang. Sesekali, aku mengusap wajah sambil menatap Izumi yang tengah melompat-lompat di lapangan yang merupakan tempat pelatihan para Kesatria yang ada di sebelah utara Istana. Saat aku melirik, tampak beberapa pedang kayu tertumpuk di sebuah kotak bercat cokelat yang berada di samping kanan kami.
Turut beberapa puluh busur panah dan beratus-ratus anak panah tersusun rapi di samping kotak berisi pedang kayu tadi, serta beberapa buah target panahan tampak berdiri kokoh di tengah-tengah lapangan.
"Sachi, kau harus berlari minimal sepuluh kali putaran untuk pemanasan! Dan kau Izumi, ikuti aku!" perintah Haruki seraya berlari sambil diikuti Izumi yang juga berlari di belakangnya.
Sepuluh kali? Apa dia sudah kehilangan akalnya?
Kakiku bergerak, berlari mengitari lapangan seperti yang Haruki pinta. Aku mencoba untuk menarik napas, ketika napasku itu sudah mulai tak teratur di putaran ketiga. Kemalasanku dalam berolahraga di kehidupan lamaku, benar-benar membuatku menyesal.
"Apa kau sudah menyerah, Tupai?" tanya Izumi, dengan suara tawa miliknya yang menimpali, "kau payah sekali," sambungnya yang telah berlari di sampingku.
Sialan! Diamlah dan tutup mulutmu!
"Berhenti mengganggunya!" Haruki membentak seraya menendang Izumi hingga tersungkur ke tanah.
"Ini sakit sekali, kau kakak sialan," balas Izumi yang langsung bangkit berdiri di hadapan Haruki.
Terserah! Terserah! Aku tak peduli, nyawaku ini saja sudah hampir lepas dari tubuhku.
Kakiku terus berlari meninggalkan mereka berdua yang tengah berseteru, berkali-kali juga aku berhenti hanya untuk sekedar mengatur napas.
"Aku menemukan mereka!" Langkahku berhenti saat terdengar teriakan Tsutomu dari kejauhan.
"Apa yang kau lakukan, Yang Mulia? Kenapa kau tidak membangunkan kami," Tsutomu kembali berteriak sambil berjalan ke arah Izumi.
"Diamlah, Tsutomu! Apa kau tidak lihat aku sedang sibuk," balas Izumi berteriak dengan tetap menatap tajam ke arah Haruki.
"Yang Mulia," sambung Tatsuya yang muncul secara bersamaan dengan Tsubaru.
"Putri," tukas Tsubaru yang dengan cepat berlari ke arahku.
Aku menjatuhkan diri, "Tsubaru, beri aku air! Aku haus sekali," ucapku sambil meneguk air ludahku yang kian mengering.
"Aku akan mengambilkannya segera, Putri," jawab Tsubaru, yang kembali berlari meninggalkanku.
"Sachi, kemarilah!" Aku menoleh ke arah Haruki yang melambaikan tangannya beberapa kali sambil terus memanggilku.
Aku menghela napas lalu beranjak berdiri menatapnya, "ada apa, nii-chan?" tanyaku dengan berjalan lemah ke arahnya.
"Ambil ini!" Haruki kembali memerintah seraya memberikan sebuah busur panah berukuran kecil dan sepuluh anak panah ke padaku.
"Tembakkan seratus anak panah dalam sehari, dari jarak ini," ucapnya lagi sambil membuat garis menggunakan kakinya.
"Eh?" tukasku tertegun, rasanya sulit sekali mengeluarkan kata-kata saat dia menatapku seperti itu.
"Apa itu tidak terlalu berlebihan untuk Putri Sachi, Yang Mulia?" ucap Tsubaru, yang telah kembali lalu memberikan segelas air padaku.
"Ini untuk kebaikannya. Kau tidak akan bisa bersama dengannya setiap saat, Tsubaru. Bagaimana jika dia berada dalam bahaya saat kita tidak bersamanya? Setidaknya dia bisa mengulurkan waktu untuk bertahan sampai kita datang menyelamatkannya," ucap Haruki dengan nada serius.
Dia benar, kenapa aku tidak berpikir sampai ke sana.
"Aku akan melakukannya," jawabku, kuberikan kembali gelas yang telah habis isinya tersebut kepada Tsubaru seraya kembali aku berdiri di depan target panahan dengan jarak sekitar lima langkah kaki orang dewasa.
"Izumi, ambil dua pedang kayu di sana dan berlatihlah denganku!" lagi-lagi Haruki memberikan perintah pada Izumi.
"Hah? Kenapa juga aku harus berlatih denganmu?" Izumi balas bertanya seraya tak berkedip menatap Haruki.
"Karena aku yakin, kau tidak akan bisa mengalahkanku. Apa kau kira, kau akan bisa melindungi kerajaan dengan cara bertarungmu yang payah itu!"
"Apa yang kau katakan?!" Izumi turut membalas bentakannya.
"Selama ini, kau hanya mengayunkan pedang menggunakan kekuatanmu. Belajarlah mulai dari sekarang menggunakan otakmu, kau bodoh!" Haruki balas berteriak padanya.
"Wah, kau benar-benar."
"Kalau kau terus melakukannya, kau akan kehilangan nyawamu saat kau berada di pertempuran yang sebenarnya. Aku tidak ingin kehilangan satu orang pun dari adik-adikku," Haruki mengucapkannya dengan kepala tertunduk.
Lidah Izumi berdecak, "sial! Baiklah aku akan berlatih denganmu," sambung Izumi sambil berjalan menuju kotak berisi pedang kayu, lalu mengambil dua pedang kayu dari kotak tersebut.
"Sebaiknya kau bersiap-siap. Aku akan memukul otakmu yang jenius itu!" teriak Izumi kembali sembari berjalan mendekati Haruki.
"Tatsuya, Tsutomu. Asah kembali kemampuan bertarung kalian. Berlatihlah kalian satu lawan satu!" sambung Haruki memerintahkan mereka.
"Baik, Yang Mulia," balas mereka secara bersamaan.
"Dan kau Tsubaru, ajari dia cara memanah!" perintah Haruki seraya mengalihkan pandangannya pada Tsubaru.
Tsubaru membungkuk ke arahnya, "laksanakan, Yang Mulia," tukas Tsubaru menjawab perintahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 631 Episodes
Comments
ohana
haruki aqpadamu
2022-06-28
0
Aprilia Amanda
jodohnya sakura siapa ya kira²?😂
2022-06-04
0
Oi Min
Ini lebih baik dan bagus..... Sachi sdah mulai latihan bela diri nya
2021-07-25
1