Keikhlasan Hati Om Roy

Tidak ada yang akan menjadi rendah atau menjadi tinggi dengan memaafkan seseorang. Roy tahu itu, dan dia melakukannya.

"Aku memaafkan mu. Dan aku tidak akan menuntut penjelasan apapun dirimu. Jadi, lupakan semua masa lalumu. Sekarang kau harus fokus pada anakmu. Jaga kesehatan mu dan bayi dalam kandungan mu," ujar Roy yang semakin membuat Yura semakin merasa bersalah.

"Om gak mau marah padaku? Marahi atau maki aku, Om. Aku tahu perbuatanku salah," ucap Yura masih tidak punya muka untuk melihat ke arah wajah Roy.

"Aku cukup mendengar penyesalan mu. Aku tahu kau bukan gadis yang jahat, bahkan aku merasa iba padamu atas apa yang menimpamu. Apa kau tidak mau mencari pria yang sudah menanam benih di rahimmu? Apa sedikitpun kau tidak mengetahui informasi keberadaan nya?" desak Roy.

Dia ingin sekali memukul pria bajingan yang sudah mengambil kesempatan atas diri Yura. Katakan lah dia sudah dijebak oleh teman jahanam nya, tapi masa pria itu tidak tahu mana wanita yang dia booking!

Yura kembali merasa bersalah. Kegelisahan menyelimuti dirinya. Jelas-jelas dia tahu siapa pria brengsek yang sudah membuatnya hamil, tapi mana mungkin dia mengatakannya pada Roy.

Mau jadi apa nanti bentuk hubungan mereka. Yura mengandung cucu dari suaminya sendiri. Apa kata dunia?

Kalau sebelum menikah Yura tahu kalau yang menghamilinya adalah anak Roy, mana mungkin Yura akan mau menikah dengan pria berhati baik malaikat itu.

"Yura, coba ingat. Mungkin kau bisa gambarkan wajahnya, atau kau ciri-cirinya. Om akan mencari pria tidak bertanggung jawab itu!"

"Malam itu aku gak sadarkan diri, Om. Gak lihat wajahnya. Saat bangun, hanya aku yang ada di dalam kamar itu, tanpa busana," jawab Yura. Tidak semua perkataan wanita itu suatu kebohongan, bahkan hampir semua benar kecuali bagian yang tidak melihat wajahnya.

Saat Erlang sudah mulai mencumbunya, Yura yang sempat tertidur akhirnya bangun dan melihat pria yang berusaha untuk mencium bibirnya. Tangan Yura sontak mendorong dada pria itu memberi ruang di antara mereka hingga dia melihat wajah Erlang tepat di depan matanya. Saking dekatnya, ujung hidung mereka saja saling bersentuhan.

"Ya sudah, gak usah kau pikirkan," jawab Roy kala melihat wajah Yura yang ketakutan. Dia pikir kalau gadis itu pasti masih trauma karena perbuatan pria itu.

"Iya, Om. Aku ingin melupakan malam naas itu. Gak ingin mengingat hal sekecil apapun lagi," ucapnya lirih.

Melihat kesedihan di wajah Yura, Roy pun tidak ingin membahasnya. Dia tidak ingin menambahi kesedihan Yura. Dia ikhlas, akan menerima Yura apapun keadaannya serta memberikan nama belakangnya bagi anak itu nanti.

"Kalau Om mau menceraikan aku karena bayi ini, aku akan terima. Tapi aku mohon, jangan memintaku untuk membuangnya. Anak ini gak bersalah," ujarnya getir.

Roy semakin salut pada Yura. Saat awal tahu kehamilannya, bisa saja wanita itu membuang janin itu, tapi di tengah keputusasaan, dia justru memilih mempertahankannya.

"Aku tidak akan menceraikanmu, apa lagi sampai memintamu untuk membuang janin itu. Justru aku akan memberikan namaku padanya" jawab Roy dengan lembut yang kembali membuat hati Yura menghangat.

"Aku semakin tidak enak hati dan merasa bersalah pada Om. Dengan apa aku membalas kebaikan hati, Om?" tanya Yura menggenggam tangan Roy.

Kini perasaan Mika jadi lega. Tidak lagi perasaan bersalah itu terus menyerang nuraninya setiap menerima kebaikan Roy.

***

Yang tidak diketahui oleh Yura, Roy tetap memerintahkan orang untuk mencari info tentang keberadaan teman Yura yang sudah menjebak gadis itu sekaligus memberi hukuman atas apa yang sudah mereka lakukan pada Yura.

Dia tidak bisa membiarkan tindakan kriminal seperti itu, tanpa memberikan efek jera. Dia berjanji, di sisa usianya ini, Roy akan menjaga dan membahagiakan Yura. Kalau memang itu sudah takdirnya. Mungkin semasa hidupnya dia hanya bisa memberikan bantuan pada orang yang masuk dalam kehidupannya, sementara hidupnya sendiri terasa hampa dan kesepian.

Satu-satunya orang yang dia cintai, sudah pergi meninggalkannya tidak lama setelah melahirkan Erlang. Cinta pertama sekaligus satu-satunya cinta dalam hatinya.

Dia masih ingat dengan jelas senyum cantik istrinya sebelum mengembuskan napas terakhirnya.

"Titip Erlang, Mas. Jaga dan sayangi dia," pinta Mentari memeluk tangan Roy yang tidak bisa menghentikan tangisnya pada malam kepergian sang istri. Diliriknya Erlang yang terbaring di box bayi, tertidur dengan pulas tanpa mengetahui kalau malam itu ibunya akan pergi untuk selama-lamanya meninggalkan mereka berdua di dunia fana ini.

Dia bertekad akan memberikan kebahagiaan pada Yura, semua perhatian dan kasih sayang yang belum sempat dia berikan pada Mentari. Namun, niatnya itu tentu tidak mendapat dukungan dari sang anak.

Erlang semakin tidak tahan melihat keharmonisan ayah dan ibu tirinya. Mungkin kini di sudah memiliki tunangan, tapi setiap bersentuhan dengan sang tunangan, Erlang justru membayangkan gadis itu adalah Yura.

Rasa bibir dan de*sahan Yura melekat di setiap embusan napasnya. Dia semakin menggila dan menginginkan gadis itu.

Dia kalah. Dia sudah mengakui kalau dia menyukai bahkan tergila-gila pada Yura, hal yang coba selalu dia tepis tapi berujung kegagalan.

Kecemburuan Erlang semakin nyata kala saat dia tiba di rumah, pelayan memberitahukan kalau suami istri itu pergi dan tidak lama keduanya pulang, memasuki rumah dengan tangan Yura yang menggandeng tangan Roy. Kalau sebatas mata memandang, mereka lebih mirip ayah dan putrinya, juga cara Yura menggandeng Roy.

"Kau sudah pulang? Bagaimana urusanmu di Australia?" tanya Roy mengehentikan langkahnya saat memasuki ruang tengah dan menyadari keberadaan Erlang di sana.

"Selesai. Beres. Apa ada urusan pekerjaan yang tidak bisa aku selesaikan, Papa? Sementara Papa di sini sibuk dengan istri muda!"

Ucapan itu tentu saja berniat untuk menyinggung Roy sekaligus menghina Yura, Roy tahu tujuan putranya. Kadang Roy berpikir akan lebih baik dia bermuram durja saja seperti dulu? Apa yang salah jika kini dia jadi lebih bisa menikmati hidup berkat adanya Yura di sisinya.

Tidak ada sentuhan fisik, hanya kesetiaan Yura yang bersedia setiap saat menemaninya ngobrol, dan hal itu membuatnya bahagia, merasa dihargai. Roy seakan mendapatkan perhatian dari anaknya sendiri, yang tidak dia dapatkan dari Erlang.

"Papa gak ingin mendebat perkataan mu itu. Papa mau ke kamar," ucap Roy melanjutkan langkahnya yang diikuti Yura, bahkan gadis itu tidak sudi menoleh kearah Erlang.

Yura sudah memutuskan untuk tidak lagi memberikan reaksi apapun pada Erlang. Cukup sudah dia bermain api, mengikuti keinginan hatinya. Dia hanya ingin setia dan mengabdikan hidupnya untuk Roy.

Hanya hal itu yang bisa dia lakukan untuk membalas kebaikan pria itu. Lagi pula, dia ikhlas untuk setia merawat Roy, walau tidak mendapatkan nafkah batin dari suaminya itu.

*

*

Mampir,

Terpopuler

Comments

abhipraya

abhipraya

duh kata2nya tentang maaf jd inget sma film bollywood

2023-05-19

1

Neng Ati

Neng Ati

semoga secepatnya Roy tau bahwa erlanglah ayah dr bayi yg Yura kandung

2023-05-19

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!