Gairah Terlarang Istri Ayahku
"Tante apa gak bisa dibicarakan lagi? Aku akan cari pinjaman untuk biaya berobat Om, tapi aku mohon batalkan pernikahan ini," ucap Yura dengan tetesan air matanya.
"Cukup! Kamu jangan banyak ngomong. Yang perlu kau lakukan, cukup duduk manis, sampai akad ini selesai, malamnya kau ngangkang, sudah! Sisanya Tante dan Om yang akan mengurus," sahut Kamsa mengoleskan paksa lipstik merah cetar membahana di bibir Yura. Gadis itu hanya bisa pasrah pada takdir hidupnya.
Walau membenci dan tidak terima dengan pernikahan ini, tapi kalau Yura pikir lagi, mungkin pernikahan ini bisa sedikit dia terima sebagai jalan untuk masalah yang dia pendam seorang diri.
Kalau sampai Om dan Tantenya tahu apa yang terjadi, habis lah dia. Tapi apa tidak mengapa menipu calon suaminya ini? Bagaimana kalau dia tahu kalau ternyata Yura sudah tidak perawan lagi bahkan saat ini sedang hamil?
Yura tahu Om Roy sudah bayar mahal untuk dirinya, kalau sampai mengetahui kehamilannya bisa habis dia, karena sudah berani membohongi pria berkuasa itu.
Kamsa membawa Yura keluar kamar, setelah seseorang menyampaikan sudah tiba waktunya untuk memulai akad. Perlahan Yura didudukkan di sebelah Om Roy yang sudah siap memulai ijab Kabul.
Jiwa Yura terbakar kala pria tua itu mengucapkan janjinya atas diri Yura. Dia tidak terima dan hanya bisa menangis. Usianya baru 19 tahun, tapi harus menghabiskan sisa hidupnya, masa mudanya bersama suami tuanya.
Mungkin Om Roy memang hanya menganggap dirinya sebagai simpanan hingga hanya menikahi dirinya secara sirih. Tapi Yura tidak peduli. Mulai saat ini jiwanya sudah mati! Di detik terakhir seperti ini, Yura berharap ada keajaiban yang terjadi hingga pernikahan ini bisa dibatalkan, tapi hingga semua saksi yang hanya berjumlah lima orang mengatakan sah, maka pupus sudah harapannya.
Yura tidak mengenal Om Roy, bertemu pun baru di hari pernikahan. Tapi kata Tante Kamsa dia tidak peduli bagaimana tampak Yura asal mau menikah dengannya.
"Ayo cium tangan suamimu," bisik Kamsa mencubit pinggang Yura. Gadis itu mengaduh pelan lalu menjalankan perintah nenek lampir yang menjelma jadi istri Om nya itu.
Di sebelah, Yura melirik Om nya yang hanya bisa menatap sedih ke arahnya. Ada segurat penyesalan di hati Riko, karena sudah memaksa Yura menikah dengan pria itu, tapi dia tidak punya pilihan lain selain mengikuti perkataan istrinya.
"Anak Bapak tidak datang?" tanya Kamsa takut-takut. Om Roy sangat sedikit bicara. Hanya beberapa kali mereka bertemu, itu pun setelah diberi informasi bahwa pria kaya mencari seorang gadis yang ingin dia nikahi.
"Tidak. Dia lagi sibuk dengan urusannya," ucap Om Roy singkat dan tak bersahabat.
Setelah kata sah dikumandangkan, dan para tamu yang juga orang bayaran Kamsa, asisten Om Roy maju membawa satu koper hitam.
"Ini uang sesuai dengan perjanjian. Setelah ini tidak ada lagi urusan dengan tuan Magenta," ucap sang asisten, yang mampu membuat wajah Kamsa berseri-seri.
"Iya, Tuan. Saya paham. Silakan bawa Yura. Anggap saja kami tidak kenal dengan dia," jawab Kamsa memeluk koper itu erat di dadanya.
Yura ingin sekali menjambak sanggul rambut Kamsa, atas keserakahan wanita itu yang sudah menjual dirinya, tapi untuk apa? Semua sudah terjadi.
Nasibnya sungguh sial. Setelah kedua orang tuanya meninggal, Om Riko dan Kamsa datang menemuinya, menawarkan menjadi walinya hanya karena Riko adalah satu-satunya adik ibunya. Setelahnya kedua orang itu membesarkan Yura yang saat itu masih SMP, dengan menggunakan harta orang tuanya. Bahkan dengan harta itu pasangan suami istri itu bisa bertahan hidup, terlebih gaya hidup Kamsa yang tinggi membuat harta orang tua Yura lambat laun habis dan untuk menyelesaikan sekolahnya, Yura harus bekerja paruh waktu.
Ternyata setelah tamat SMA, Yura justru dijual oleh Kamsa demi uang yang banyak. Alasan wanita itu memaksa Yura untuk mau menerima perjodohan itu karena ingin mengobati penyakit pamannya, tapi Yura sama sekali tidak yakin akan hal itu.
***
Mobil mewah berwarna hitam itu berhenti di depan rumah yang lebih cocok disebut puri saking megahnya. Yura tertegun melihat rumah itu.
Dalam hati bertanya-tanya, sekaya apa pria yang sudah menikahinya itu. Sejak sah menjadi suami istri, tidak satu katapun diucapkan Om Roy padanya hingga membuat Yura semakin ketakutan dan mati kutu.
"Gimana kalau terbayar Om-Om tua bangka ini adalah mafia? Bandar narkoba? Ketua perserikatan germo se-kota Madya, yang akan menjual dirinya? Oh Tuhan, bantulah aku," batin Yura menggigit bibir bawahnya.
Tanpa mengatakan apapun, Om Roy keluar dari mobil. Berjalan menuju rumah tanpa menunggu dirinya atau menawarkan untuk masuk.
Sungguh tuan rumah yang tidak ramah!
"Nyonya, silakan turun. Anda harus mengikuti prosedur yang ada di rumah ini dan aturan yang dibuat oleh tuan Magenta," jawab pria yang jadi asisten Om Roy. Pria kaku yang sebenarnya sangat tampan, tapi berbalut jas hitam dengan wajah yang ditekuk, sangat cocok jadi anggota bos mafia.
Sudahlah, lebih baik Yura ikut saja. Diperintahkan masuk, maka dia masuk. Toh tubuhnya sudah bukan jadi miliknya lagi.
Ternyata begitu memasuki rumah, di sayap kiri dan kanan berbaris masing-masing lima orang pelayan yang membungkuk hormat padanya.
"Ini adalah istri tuan Roy Magenta, nyonya di rumah ini sekaligus majikan kalian, apapun yang dia perintahkan, maka kalian wajib melaksanakannya!" ucap asisten berkaca mata. Yura penasaran siapa yang nama pria itu.
Semua orang tampak menyambut Yura dengan ramah, terlebih gadis yang seumuran dengannya, sejak tadi memberinya senyuman selamat datang.
"Bi Ijah, tolong tunjukkan kamar nyonya Yura," ucap pria itu tegas. Wanita sebaya Om Roy itu mengangguk, lalu mempersilakan Yura mengikutinya.
"Ini kamar Nyonya, yang paling ujung kamar tuan," ucap Bi Ijah menunjuk kamar yang ada disebelah kamarnya.
Satu hal yang disyukuri Yura, ternyata dia dan Om Roy tidur di kamar yang terpisah. Yura tebak, mungkin pada saat si Om pengen baru dia akan menemui Yura.
"Bi, jangan panggil nyonya, panggil Yura aja. Aku gak nyaman," ucap Yura menggenggam tanga bi Ijah yang tampak keibuan.
"Saya mana berani, Nyah."
"Gini aja, kalau didepan mereka terserah panggil apa, tapi kalau hanya kita, panggil nama aja ya, Bi," pinta Yura tersenyum.
Bi Ijah mengangguk sembari tersenyum. Dia pikir wanita yang dinikahi majikannya itu adalah monster mata duitan yang sombong, yang hanya menikah dengan Om Roy demi uang saja.
"Oh iya, Bi. Nama asisten Om Roy itu siapa?"
"Tuan Niko, Nyah, eh... Yura," ralatnya setelah melihat wajah protes Yura.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Neng Ati
nyimak
2023-05-09
1