Erlang bergerak gelisah, sejak tadi mondar-mandir di dalam kamarnya. Dia mengutuk dirinya yang terpengaruh dengan kabar yang diberitakan ayahnya.
Berulang kali dia membuka pintu kamar, lalu belum sempat melangkah, dia sudah masuk lalu menutup kembali pintu kamarnya itu.
Dia bingung harus melakukan apa. Marah, kesal dan terselip rasa cemburu. Dia tahu kalau tidak mungkin dia menjalin hubungan dengan Yura, tapi dia tidak bisa bohong kalau gadis itu membuatnya gelisah, mencoba menjauh, nyatanya dia tidak sanggup.
Satu hal yang disesali Erlang, bermain-main dengan Yura, menggoda gadis itu sejak pertama kali diperkenalkan sebagai ibu tirinya. Kenyataannya, dari hanya main-main itu berubah jadi serius.
Langkah kaki Erlang yang kini mondar-mandir dekat balkon, berhenti seketika kala mendengar suara mobil Roy bergerak keluar. Seketika dia berlari ke luar kamar ingin mengejar. Dia pikir Yura ikut dengan ayahnya, tapi kalau mendapati Titin baru saja keluar dari kamarnya, dengan nampan dan gelas gelas susu, Erlang yakin kalau wanita itu ada di dalam sana.
Setelah memastikan Titin sudah menjauh, Erlang segera masuk ke dalam kamar Yura. Gadis itu tampaknya sedang ada di dalam kamar mandi, bunyi air menjelaskan keadaan itu.
Erlang memilih bersandar di dinding, menghadap pintu kamar mandi, hingga nanti tepat saat gadis itu selesai, maka bisa langsung melihat wajahnya.
Erlang harus bersabar karena Yura tampaknya sedang mandi. Seketika pikiran Erlang berkelana jauh menembus pintu kamar mandi. Menduga-duga apa yang saat ini dilakukan gadis itu di dalam sana.
"Siap!" pekiknya tertahan. Menekan miliknya yang tampak ingin bangun pagi itu. Seharusnya dia memang masuk ke kantor pagi ini, tapi karena moodnya sedang buruk, Erlang memutuskan untuk tidak masuk satu hari ini.
Kemarin dia juga tidak bisa tidur, terlebih setelah mendengar penjelasan ayahnya perihal kehamilan Yura. Niatnya yang ingin kembali ke apartemen urung dia lakukan.
Ckrek!
Terdengar handel pintu diputar dan muncul'lah sosok Yura. Membayangkan Yura di dalam sana saja sudah membuat Erlang kejang, kini sosok gadis yang selalu mengusik pikirannya itu muncul dengan berbalutkan handuk putih, sebatas ketiak, memamerkan pundak telanjangnya.
Darah Erlang memanas kembali, hingga sesak untuk bernapas. Matanya terus mengunci wajah Yura sementara gadis itu memekik kaget.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Yura setelah bisa menguasai dirinya. Awalnya ingin menjerit, tapi akhirnya yang bisa dia lakukan hanya menutup mulutnya dengan tangan.
Mata Erlang tampak mengkilat, terbakar gairah. Bak singa yang ingin menerjang korbannya, dia melangkah maju ke depan yang berhasil membuat wajah Yura ketakutan.
"A-apa yang kau lakukan? Keluar kau!" Gadis itu mundur hingga mentok ke dinding yang ada di belakangnya.
Jangan harap Erlang mau mengindahkan perintah Yura, dia justru semakin beringas memangkas jarak di antara mereka sehingga tubuhnya mendekat dan mengunci ruang gerak gadis itu, seolah tersihir oleh tatapan mata Erlang, lagi-lagi Yura tidak berdaya dan hanya ada timbul kekaguman dalam hatinya.
Kembali domba kecil itu menjadi santapan sang singa. Erlang mulai mencium leher Yura, menghirup wangi sabun beraroma mawar yang begitu menyegarkan. Mengecup dengan lembut kulit gadis itu, hingga Yura hanya bisa mengepalkan tinju di sisi tubuhnya. Mata terpejam menikmati perbuatan 'bejat' Erlang padanya hingga menggigit bibir bawahnya.
Kembali Yura tersesat. Erlang berhasil membawanya kabur ke surga penuh kenikmatan.
Puas mencium dan menjilat telinga hingga leher, pria itu memberi jarak diantara mereka hanya untuk melihat mata Yura yang ikut menggelap karena gairah.
Erlang mengembangkan senyum, lalu mulai menyatukan bibir mereka, menggoda dan juga mencercap rasa manis di bibir wanita yang sudah menyihirnya jadi pria pendosa.
Selama ini Erlang menjadi pria sejati. Menghormati kekasihnya yang dulu, dengan tidak menyentuh gadis itu dengan berlebih. Dia pikir itu menunjukkan rasa sayang dan cintanya. Namun apa yang dia terima? Kenyataannya, sang kekasih justru tidur dengan pria lain!
Hati Erlang hancur. Dia sangat mencintai wanita itu, yang menjadi cinta pertamanya. Setelahnya, dia membenci makhluk yang disebut wanita. Sampai sosok Yura yang juga menerima kebenciannya muncul.
Sentuhan pertama Erlang di kulit wanita itu, merasakan embusan napasnya, dan lembut bibir Yura, justru mengubah Erlang jadi pria brengsek yang sesungguhnya.
Awalnya hanya ingin menakuti sang ibu tiri dengan melakukan hal itu, tapi justru dia yang terbakar oleh gairah sang ibu tiri. Dia menginginkan wanita yang menjadi milik ayahnya!
Lutut Yura lemas. Permainan Erlang begitu menguras tenaga, tapi dia suka. Lihat saja, dengan tanpa bersalahnya, dia membuka mulutnya untuk dijelajahi pria itu.
Tangan Erlang segera menangkap Yura yang sudah tidak sanggup berdiri, dan menggendongnya menuju ranjang.
Permainan tampaknya masih akan berlanjut. Erlang segera menutup tubuh Yura dengan tubuhnya, mulai menjelajah dan mengklaim tubuh mulus yang menawarkan kepuasan itu menjadi miliknya.
Erlan melepaskan pagutannya. Bibir Yura tampak membengkak dengan napas yang tersengal-sengal. Erlang belum mau berhenti, bahkan itu hanya permulaan baginya.
Dengan kasar pria itu menarik simpul handuk yang melilit di dada Yura hingga terbuka dan memamerkan kedua milik Yura yang indah. Dengan tangan gemetar Erlang menyentuh salah satunya. Tepat penuh di genggaman tangannya seolah benda itu tercipta hanya untuknya, begitu pas dan pemikiran itu membuatnya kembali tersenyum.
Tak bisa menguasai dirinya lagi, Erlang segera menunduk. Merasai ujung salah satunya yang memerah dan juga membesar. Rang*sangan yang diberikan Erlang bukan main mengoyak akal sehat Yura. Bahkan gadis itu menginginkan Erlang untuk mengisapnya. Dan seolah mendengar keinginan Yura, Erlang melakukan hal itu.
Seperti kesetrum aliran listrik, Yura mengejang kala bibir panas dan lidah Erlang bersatu menyedot miliknya dengan rakus. Tidak hanya bibir Erlang yang meresahkan, tangan pria itu juga ikut bermain di tempat yang satunya. Hancur sudah pertahan Yura.
Namun, suara langkah kaki di depan kamarnya membuat Yura tersadar. Benar saja tak lama ketukan terdengar di pintu.
"Minggir, itu pasti Titin," bisik Yura saat Erlang juga sudah mengangkat wajahnya dari dada Yura.
"Tapi aku masih pengen!" jawab Erlang menyeringai.
"Jangan gila kamu! Awas!"
Erlang akhirnya mengangkat tubuhnya, membiarkan Yura membenarkan lilitan handuk di tubuhnya.
Satu... dua... tiga...
Tok... Tok... Tok...
"Nyonya, ada tamu yang mau menemui Anda." Terdengar suara Titin memanggil.
"Aku heran, kenapa setiap kita lagi buat dosa, pelayan sialan itu selalu tahu saja, mengganggu di waktu yang tepat!" umpat Erlang berdiri dan bersandar di dinding. Dia menatap geli pada Yura yang panik dan ketakutan.
Dia mengabaikan ucapan Erlang, buru-buru mengambil pakaian dari dalam lemari.
"Siapa, Tin? Bilang tunggu, aku baru selesai mandi dan sedang berpakaian," jawab Yura berdiri tepat di depan pintu. Dia takut kalau Titin sewaktu-waktu membuka handle pintu dan melihat Erlang di dalam kamarnya.
"Perlu saya masuk Nyonya, untuk membantu Anda berpakaian?" tawar Titin yang menambah kepanikan di wajah Yura dan Erlang hanya tersenyum melihat hal itu.
"Gak perlu. Jangan masuk! Aku akan turun segera!"
*
*
Kuys,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Rere Niae Cie'kecee
hot mnatap thor tapi tanggung🤣🤣🤣😀
2023-07-02
1
⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾
Basah basah 😆😆😆
2023-05-29
1
Neng Ati
duh Erlang kamu nekat banget
2023-05-14
0