Suasana kembali hening ketika Deva dan Abah sudah pergi ke belakang untuk membersihkan tubuh yang gerah dan kotor karena dari kebon.
"A, berhubung Bapak dan Deva sudah pulang ngobrolnya di dalam saja yuk." Qara beranjak lebih dulu dari duduknya.
Mendengar Qara bilang seperti itu, Jati pun nampak mengembangkan senyum. Dalam hati ia langsung bersorak gembira. Apalagi di bale cukup panas karena cahaya matahari sudah mulai condong ke barat dan cahayanya cukup mengganggu saat duduk di bale yang kebetulan menghadap ke arah barat.
Adem, itu yang pertama kali Jati rasakan saat masuk ke rumah sederhana itu.
"A Jati kue ini Aa yang bawa?" tanya Deva dengan memakan kue yang sengaja Jati belikan untuk Qara dan keluarganya.
"Emang ada lagi yang baiknya kaya Jati," seloroh Jati dengan mengedipkan sebelah matanya menggoda anak usia sepuluh tahun itu.
"Dih nyesel tanya. Tapi enak A, Deva suka, terima kasih yah."
Deva memang ramah kalau sudah kenal dan merasa cocok seperti dengan Jati, bocah itu lebih banyak bicara. Tapi tidak jarang kalau dengan yang tidak terlalu ia sukai Deva akan jadi anak yang pendiam, dan bicara kalau ditanya saja.
"Sama-sama, tapi ngomong-ngomong tadi bilang ada hadiah, apa tuh?" Kali ini gantian Jati yang nagih apa kira-kira yang akan Deva berikan untuk dirinya, mengingat dari nada bicara anak itu sepertinya hadiah yang akan diberi cukup spesial.
"Tunggu yah, Deva ambil di keranjang Abah."
Deva pun langsung kembali ke belakang untuk mengambil sesuatu yang akan diberikan untuk Jati. Tidak lama Deva pergi kini gantian Abah yang masuk ke ruangan di mana Jati dan Qara masih saling diam.
"Maaf Nak Jati, Abah habis dari masjid jadi agak lama. Ngomong-ngomong sengaja ke sini ada perlu apa?" tanya Abah dengan logat sunda yang kental.
"Jadi gini Bah, Jati kesini pertama ingin membayar hutang yang Jati pinjam kemarin lusa dari Teh Qara untuk beli bensin, dan yang ke dua ada niat baik yang ingin Jati sampaikan pada Qara dan Abah." Jati menjeda ucapanya untuk kembali meyakinkan diri sendiri dengan apa yang dia sudah putuskan.
"Niat baik apa?" tanya Abah dengan bingung. pandangan mata laki-laki itu dialihkan pada Qara dan juga berganti dengan Jati.
"Jati ingin melamar putri Abah..."
Terlihat helaan panjang dari bibir Abah, menandakan laki-laki itu cukup kaget dengan niat baik yang Jati katakan. Sementara Qara hanya menunduk tanpa memberikan respon kaget atau sebaliknya. Cukup lama ruangan yang tidak terlalu luas itu hening, baik Abah, Qara maupun Jati tidak ada yang bersuara.
"Jati tahu, Abah dan Qara adalah orang yang cukup taat dengan agama sedangkan Jati adalah anak yang jauh dari ajaran agama, tetapi Jati akan belajar untuk menjadi imam yang baik untuk putri Bapak." Jati kembali meyakinkan kalau dia sangat serius dengan niat baik untuk melamar Qara.
"Bukan itu Nak Jati yang Abah pikirkan, Abah yakin kalau Nak Jati itu adalah laki-laki yang cukup tanggung jawab, masalah agama Abah yakin kalau Nak Jati bisa jadi imam yang baik untuk Qara selama mau berusaha, masalah Abah takut kalau keluarga Nak Jati tidak setuju apalagi Nak Jati tahu sendiri keluarga kita perekonomiannya seperti apa."
Tidak heran seorang tua akan berpikir seperti itu, apalagi Jati sendiri juga belum bisa meyakinkan papah dan mamahnya apakah setuju dengan niat baiknya atau tidak. Ini benar-benar masih tahap awal. Namun, entahlah laki-laki itu benar-benar sangat yakin dengan pilihan hatinya yang langsung jatuh hati dengan Qara.
"Justru itu niat Jati datang ke sini ingin mengenalkan Qara pada Papah serta Mamah, semalam Jati sempat menyampaikan niat baik Jati pada kedua orang tua Jati, dan mereka ingin bertemu dulu dengan Qara, itu sebabnya Jati ingin meminta izin pada Abah agar mengizinkan Qara ikut dengan Jati untuk berkunjung ke rumah Jati dan berkenalan dengan ke dua orang tua Jati."
Suasana kembali hening. Abah menatap ke Qara. "Qara bagaimana? Kalau Abah tidak bisa melarang dan juga tidak bisa memutuskan secara sepihak. Qara yang lebih berhak memutuskan niat baik ini."
"Qara terserah kata Abah saja."
"Kalau menurut Bapak, tidak ada salahnya bersilahturahmi dulu dengan ke dua orang tua Nak Jati, tapi untuk menikah sepertinya tunggu dulu, sampai semuanya saling kenal. Ngomong-ngomong umur Nak Jati berapa tahun? Dan kerjaanya apa?" tanya Abah untuk memastikan kalau anaknya memang layak untuk diserahkan pada laki-laki yang akan bertanggung jawab di akhirat dan dunianya.
"Yah, rencana Jati juga seperti itu, Jati ingin mengenalkan Qara dengan ke dua orang tua Jati dulu, dan memberikan cincin sebagai tanda kalau Qara sudah ada yang punya. Kalau soal kerjaan Jati membantu usaha orang tua, jualan. Dan soal umur Jati baru menginjak dua puluh tahu."
Tatapan Abah dan Qara secara bersamaan menatap kearah laki-laki tampan yang tengah duduk bersila di alas seadanya.
"Nak Jati sudah tahu umur Qara?" tanya Abah dengan nada bicara yang cukup terkejut dengan jawaban Jati tadi.
Jati menggelengkan kepalanya, memang tidak banyak yang Jati ketahui dengan wanita yang menolongnya kemarin lusa, tetapi entah mengapa hatinya yang terlalu yakin ingin langsung melamar wanita itu.
#Kira-kira umur Qara berapa yah?
Bersambung....
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Eli Supriatna
umur nya 24 jati
2023-07-01
2
Eli Supriatna
good jati
2023-07-01
1
Mimik Pribadi
Aku takut saat Qara dtng ke orng tua Jati justru mendapat hinaan dan tuduhan yng tidak2,,,,
2023-06-23
1