Pukul sepuluh pagi Jati kembali meninggalkan rumah mewahnya dan bersiap akan kembali ke desa di mana Qara tinggal.
"Ah, aku mau cari cicin dulu deh."
Jati pun lebih dulu mengunjungi Mall terdekat dari tempat tinggalnya dan langsung menuju toko mas terbesar. Sebuah cincin dengan mata berlian pun diambil oleh Jati, tidak terlalu mencolok dan itu sangat cocok untuk Qara yang selalu tampil sederhana. Bukan hanya cincin, laki-laki yang sedang kasmaran itu pun memilih mampir kesebuah toko kue yang terkenal untuk ia bawa sebagai oleh-oleh dari calon kakak ipar untuk adik iparnya, dan dari laki-laki tampan yang akan menjadi menantu untuk abah.
Setelah laki-laki tampan itu membawa dua paper bag yang berisi cake dan mengantongi sebuah cincin dengan harga yang cukup fantastis. Ia pun kembali melanjutkan perjalanan agar segera sampai di rumah calon pujaan hati. Entah dari mana datangnya kepercayaan itu kalau lamarannya akan diterima oleh Qara sedangkan dari pertama ketemu ia ada obrolan apapun tiba-tiba dengan yakin Jati ingin menjadikan istrinya pantas saja kedua orang tuanya mengatakan halu.
Jakarta-Jonggol jarak yang cukup lama, hampir dua jamJati harus menempuh perjalanan itu. Pukul setengah satu akhirnya Jati pun sampai di rumah Qara.
"Assalamualikum... entah berapa kali Jati mengucapkan salam, tetapi belum ada yang menjawabnya.
"A, Teh Qara belum pulang..." Tetangga yang mungkin kasihan pada Jati pun menghampiri laki-laki yang terus mengucapkan salam, tapi tidak ada jawaban dari dalam sana.
"Abah, Deva dan Diki juga belum pulang yah Tan..." Jati bingung sendiri mau panggil wanita yang tengah gendong bayi dengan sebutan siapa.
"Diki, masih sekolah. Kalau Deva mungkin main. Mang Asep biasanya lagi ke kebon."
Jati pun lebih baik nunggu di bale rumah yang sangat dingin, biarpun rumah Qara sangat sedehana, tetapi laki-laki itu sangat betah di tempat itu selain tidak bising juga udaranya adem.
"A...A... A Jati bangun..."
Jati yang merasa kalau badanya ada yang menggoyang goyang pun memicingkan mata, wanita cantik ada dihadapanya.
"E Teh Qara sudah pulang. Rumahnya adem banget sampai ketiduran lagi." Entahlah matanya terbuat dari apa padahal baru saja bangun sudah tidur lagi.
"Kalau mau tidur di dalam," ucap Qara dengan meletakan sayuran yang ia bawa di kantong plastik besar. Ingat itu hanya tawaran basa-basi. Mana mungkin Qara membiarkan Jati masuk ke rumah sedangkan di rumah Qara hanya sendirian.
"Enggak orang ke sini mau ketemu kamu masa malah tidur. Ngomong-ngomong Deva dan Abah ke mana?" tanya Jati dengan basa basi.
Sebenarnya dari Jati datang ke rumah Qara banyak tetangga yang melihat seolah tidak suka tetapi laki-laki itu tetap cuek saja.
"Abah di kebon, kalau Deva biasa paling main. Maaf yah A, kita duduknya di bale aja, Qara takut nanti bakal banyak omongan tetangga yang tidak enak," ucap Qara dengan menyuguhkan air minum untuk Jati, meskipun Jati sendiri membawa air dalam botol yang ia beli di jalan.
"Untuk kamu dan Abah serta Diki dan Deva." Jati memberikan cake yang ia beli, sengaja untuk sogokan agar lamarannya diterima.
"Apa ini A, ya Alloh ini pasti harganya mahal. Ih, si Aa mah sok bawa yang kaya gini sayang uangnya atuh," balas Qara terlihat dari wajahnya wanita itu kurang nyaman dengan apa yang Jati berikan. Maklum ia di desa susah cari uang.
"Santai aja, lagian ini semua nggak seberapa dengan apa yang kamu berikan. Kalau bukan kamu yang bantu malam itu mungkin aku nggak bakal bisa pulang lagi deh ke rumah, atau bahkan hal buruk sudah terjadi dengan aku."
"Kalau gitu terima kasih banyak yah."
"Ini uang yang aku pinjam kemarin dari kamu..." Kembali Jati memberikan amplop berwarna coklat yang dari isinya cukup tebal.
Qara segera mengambil amplop yang diletakan dihadapanya oleh Jati.
"Ya Alloh, A Jati ini bukan uang yang dipinjam dari Qara." Wanita berhijab itu kembali menyodorkan uang yang bagi Qara terlalu banyak.
"Tidak apa-apa Qara, aku ikhlas." Jati kembali menyodorkan uang yang totalnya ada sepuluh juta. Bayangkan saja Qara meminjamkan uang seratus lima puluh rebu, tetapi dikembalikan sepuluh juta, bagaimana wanita itu tidak langsung kaget.
"Ini bukan hak Qara. Qara nggak mau nanti ada hutang budi."
"Sebenarnya kedatangan saya ke sini ada maksud lain," ucap Jati membuat Qara bingung dengan ucapan laki-laki tampan yang ada di hadapanya.
"Mksud lain, maksud apa A?" tanya Qara dengan wajah yang semakin bingung dan cemas.
"Aku ingin melamar Teh Qara..."
Uhukkk... Uhukk...
"A Jati kesambet... "
Bersambung...
...****************...
Otw jemput Teh Qara....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
revinurinsani
asekkk cakep bener visual nya...kukira kayak gembel🙏🤭
2023-12-31
0
Mahmudah Mahmudah178
visual ya thor ngak kelihatan mukaya
2023-07-29
1
Kamsia
cinta pndngan pertama selnjtnya tersrh dia yg udh ngebet nkh
2023-07-17
1