Sebelum lanjut baca, tolong ini mah pake bingit, tekan Like yah. Tekan setiap bab untuk meningkatkan jejak kasih sayang. ❤❤
...****************...
"Aduh berisik banget sih," gerutu Jati yang mana ia baru saja terlelap tidur, tapi sudah berisik, dengan orang yang lalu lalang. Maklum rumah Qara adalah rumah panggung di mana ada orang jalan maka papan yang ada semua goyang sekalipun jalan pelan-pelan, tetap akan ada getaran yang berasa, apabila yang belum terbiasa makan akan seperti Jati sangat terganggu.
Jati yang sudah tidak bisa merasa nyaman pun langsung membuka matanya. Ia baru sadar kalau dirinya saat ini berada di rumah orang lain. "Oh ya Tuhan badan ini," erang Jati yang badanya terasa sakit semua.
"Mana dingin banget lagi ini, berasa aku tidur di kulkas. Jati pun menggunakan sarung yang semalam di berikan oleh Qara dan meskipun itu bukan sarung tebal, tetapi bisa di manfaatkan oleh Jati untuk menangkal dingin yang menusuk kulitnya.
"Orang-orang di sini itu kenapa sih, masih jam empat pagi sudah pada bangun emang mau ke mana?" gerundel Jati lagi yang merasa baru tidur sebentar sudah terbangun gara-gara orang yang sudah bangun dan berisik. Padahal menurut laki-laki itu di jam empat itu waktu yang paling nyaman untuk tidur, tapi malah orang-orang di rumah ini sudah pada bangun, dan sibuk mengerjakan ini itu.
Cukup lama Jati diam, meskipun dia tidak tidur, tetapi ia juga tidak bangun. Dan kali ini dia yang sudah tidak sabar karena berisik pun bangun dan duduk. Ia melipat kakinya dan menggunakan tangan untuk memeluk kaki dan sarung ia gunakan untuk menutupi tubuhnya yang benar-benar terasa dingin.
"Deva, ayo atuh gera hudang engal sekolah (Deva, ayo atuh segera bangun cepat sakola)" Itu adalah salah satu suara bising yang membuat Jati bangun, belum suara orang jalan yang membuat papan yang ia tiduri bergetar dan berisik. Suara alat-alat dapur yang saling beradu membuat kepala Jati berdenyut dengan hebat. Cukup lama Jati hanya duduk diam sembari nunggu orang-orang yang sedang sibuk dengan kegiatanya.
"Nak, Jati nggak sholat?" tanya Abah yang baru pulang dari mushola yang tidak jauh dari rumahnya.
"Tidak Pak, lagi ha... halangan," jawab Jati dengan santai dan sedikit terbata. Dia mana pernah melakukan Sholat. Sedangkan kehidupanya pun banyak melakukan kejahatan.
"Oh..." Abah hanya menjawab dengan singkat dan langsung kembali ke kamarnya, dengan memberikan gelengan halus dan senyum samar. Laki-laki itu pun hanya menduga kalau keyakinannya dan keyakinan laki-laki yang ditolong oleh sang putri adalah beda, sehingga tidak harus diteruskan untuk bertanya.
Setelah merasa badannya tidak terlalu dingin dan juga tidak terlalu sakit. Jati pun menyisikan sarungnya dan menuju dapur untuk bertanya kamar mandi. Di bawah sana penampungan rasanya sudah penuh.
"Ehemz... sibuk banget, masih pagi loh Teh," goda Jati ketika melihat Qara menggunakan baju daster dan kerudung sedang sibuk masak.
"Loh A, sudah bangun?" tanya Qara dengan santai. "Pasti badanya pada sakit yah?"
"Iya nih, mau numpang kamar mandi di mana Teh?" tanya Jati sembari mengedarkan pandanganya, kembali hati kecilnya tercubit ketika melihat dapur seadanya bahkan perabot hanya sedikit dan masak dengan tungku dan kompor gas hanya untuk memasak sayur, Qara memang memasak nasi menggunakan tungku.
Sebegini sederhananya kehidupan Qara sedangkan dia hanya tinggal makan enak dan patuh pada orang tua malah tidak mau dan hidup dengan pilihanya yang Jati akui tidak bisa dia jadikan untuk masa depan. Mungkin saat ini ia bisa mengandalkan dari hasil balapan liar yang taruhanya tidak sedikit, tapi juga Jati paham betul dengan apa yang jadi resikonya. Untuk urusan polisi mungkin bagi Jati bisa dikelabuhi dan itu bukan hal yang berat, tetapi soal kesialan. Sekalinya dia sedang tidak beruntung dan jatuh bisa jadi dia akan berurusan dengan nyawanya, dan justru malah dia akan lebih parah dengan menjadi cacat pada tubuhnya seumur hidupnya.
Jati pun bergidik ngeri ketika ia membayangkan temanya yang baru saja mengalami kecelakaan dan sampai saat ini belum sadar juga, kemungkinan ia cacat seumur hidup. Namun, Jati juga sadar untuk keluar dari lingkaran yang sudah dua tahun dia geluti tidak segampang itu. Apalagi dia adalah kepala geng motor yang sudah terkenal sadis. dan tidak terkalahkan dalam balapan motor, mereka bahkan menyebut Jati sebagai pemilik nyawa cadangan. Ia apabila sedang beradu gas di jalan raya memang tidak pernah tanggung-tanggung selalu totalitas dalam melakukan misinya, dan tentunya tidak mau kalah, dan mengecewakan para pendukungnya.
"A, kenapa malah ngelamun. Kamar mandi ada di belakang rumah ini," ucap Qara sembari menunggu bangunan gubug kecil yang berada di belakang rumahnya, meskipun sekarang sudah pukul lima pagi, tapi rasanya cukup serem Jati untuk menyusuri jalan setapak yang dialasi batu-batu kali yang cukup besar untuk mencapai ke kamar mandi.
"Teh, bisa antar gak? Takut ih, serem sumurnya," ucap Jati yang langsung Qara menggelengkan kepalanya.
"Aa ke sana aja, ada Diki sama Deva lagi nyuci sama mandi," ucap Qara lagian udah cukup terang masa takut? Ya, kecuali mau modus.
Jati yang sudah tidak tahan karena pengin buang air kecil pun mengikuti apa kata Qara, ia berjalan ke belakang rumah yang banyak di tumbuhi pohon-pohin besar. Bahkan Jati sampai terdiam sesaat ketika melihat satu pohon yang di atas sana ada putih-putih seperti makhluk goib.
"Ya Tuhan apa itu yang namanya miss kunti, sedang duduk di atas pohon," batin Jati, jam lima di pegunungan memang masih sedikit gelap dan itu berhasil membuat bulu kuduk Jati merinding.
Ia kembali balik ke rumah Qara, meskipun di bawah sana sudah merasakan tidak nyaman karena ingin buang air kecil.
"Loh A, kenapa balik lagi," tanya Qara dengan heran.
"Teh, anterin yuk. Beneran deh ini serius di sana ada hantu kuntilanak, lihatin aku terus," bisik Jati dengan suara bergetar yang cukup menanyakan kalau dia memang tengah ketakutan.
Qara yang sejak lahir tinggal di sini dan sering ke luar rumah malam-malam sendirian belum pernah lihat ada hantu. Masa Jati lihat ada hantu lagi pula kata ustadz hantu itu adanya malam hari kalau pagi hari masa iya hantunya kesiangan balik ke kandang.
"Ya udah yuk Qara temanin." Qara yang tidak tega pun akhirnya mengalah juga memilih menemanin tamunya. Jati pun langsung kembali berjalan lebih dulu kali ini ia memilih menunduk takut kalau miss kunti kembali melihatinya dari atas pohon.
"Ngomong-ngomong di mana aya jurig A?" tanya Qara yang penasaran sejak kapan ada hantu di lingkungan rumahnya. Rumah di sekitar kediaman Qara memang masih jauh-jauh jaraknya, tapi rumah yang dia tempati setahu Qara dan orang-orang bukan tempat yang serem.
"Itu Teh dia atas pohon putih-putih. Kunti sedang duduk di atas pohon," jawab Jati dengan menunjuk tanganya ke arah miss kunti yang dia maksud, tetapi tanpa mengalihkan pandanganya dari ia menunduk.
Hahahaha... Qara malah tertawa dengan renyah yang membuat Jati heran.
"Fix, ini tempat keramat. Si teteh pasti ke sambet?" gumam Jati yang bingung antara balik ke rumah atau lanjut ke kamar mandi yang cukup jauh.
"Ngompol ini mah... "
Bersambung...
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
revinurinsani
seruu tor baru kali ini ada berandal takut kuntii🤣🤣
2023-12-30
0
Sulaiman Efendy
KETUA GENG MOTOR KEJAM KOQ TAKUT MA HANTU, KDUA ORG TUA SAJA DILAWAN.
2023-09-26
0
Eli Supriatna
bersndal ko takut
2023-07-01
0