Hari terus berganti paska ketemuan Jati dan Qara malam itu. Dan kini tanpa terasa hubungan mereka berdua sudah terjalin selama sepuluh bulan, hubungan Qara dan Jati pun bisa dibilang baik. Meskipun Jati yang sibuk bekerja, sehingga Jati pun jarang mengunjungi rumah Qara lagi, selama sepuluh bulan ini Jati hanya ketemu selama dua kali. Itu semua memang kesepakatakan Qara dan juga Jati.
Bukan hanya pekerjaanya yang sepertinya sukses, tetapi juga agama Jati jauh lebih baik, hafalan sholat dan juga sholat wajib tidak pernah tertinggal lagi. Qara yang melihat perubahan calon suaminya pun semakin bangga dan jatuh cinta.
"Pah, ini sudah sepuluh bulan Jati membuktikan keseriusannya dalam bekerja membantu perusahaan kita, dan kerjaan Jati pun bisa dibilang sangat baik. Anak kita itu tidak pernah main-main dalam berucap buktinya kali ini dia sudah membuktikan kerja kerasnya. Dan Papah bisa lihat sendiri kan Jati meskipun tidak lulus sekolah menengah atas, tetapi dia tetap tanggung jawab," ucap Iren di saat mereka baru selesai makan malam.
"Papah sudah bilang pada Qara agar jauhi Jati, Papah tidak akan merestu kalau Qara dan Jati menikah mereka masih sangat kecil," balas Thomy dengan nada yang santai.
"Tapi kalau nanti Jati tahu bagaimana, kalau ternyata kita hanya berbohong." Iren tidak setuju dengan ide suaminya itu, tetapi dia juga masih ragu menikahkan anaknya yang baru berusia dua puluh tahun.
"Dia tidak akan bisa berbuat apa-apa. Papah sudah tahu siapa Qara, rumah dan juga orang tuanya. Papah bisa gunakan anak itu untuk menekan Jati agar tetap patuh dan ikut dengan kemauan kita."
Sedangkan Jati yang berdiri dari balik skat pembatas ruangan sangat jelas mendengar percakapan Papah dan mamahnya. Tangan Jati mengepal, dadanya bergemuruh hebat. Ia tidak menyangka kalau papahnya akan sejahat itu. Bahkan ia tidak menyangka kalau mamahnya juga mendukung rencana sang papah. Bukannya sang mamah sangat hangat saat Qara datang ke rumah, tetapi ia tidak menyangka sikap baik pada Qara hanya sebatas basa basi semata.
"Pantas saja beberapa hari ini Qara menghindar kalau diajak telpon, di WA pun nggak balas. Ini toh alasanya. Kenapa Papah dan Mamah jahat sekali. Kenapa kalian selalu mengatur anaknya, apa kalian tidak mau lihat anaknya bahagia?" Jati langsung meluapkan rasa kecewanya dihadapkan kedua orang tuanya sorot mata dan suara yang bergetar menandakan bahwa ia sangat marah, dan kecewa berat.
"Papah gak akan melarang kalau umur kamu sudah matang, dan lagi pilih calon istri dari keluarga sederajat bukan anak orang miskin seperti wanita itu. Berapa banyak uang yang kamu berikan buat dia?" Thomy tidak kalah tinggi suaranya dari Jati.
"Jadi ini karena Qara miskin? Apa Papah tidak lihat dia wanita yang baik, sabar, agamanya juga taat, soal kaya atau miskin hanya sebuah status, kaya juga bisa saja jadi miskin, bukannya harta hanya titipan Tuhan lalu kenapa harus jadi pembeda. Mati pun tidak akan bawa harta. Dan kalau Papah bilang Jati memberikan uang pada Qara. Papah bisa lihat mutasi rekening Jati apa pernah Jati kirim Qara uang. Tidak Pah, mereka tahu batasnya. Mereka bukan orang matre."
Ruang yang luas seketika jadi rame. Bahkan Noah dan Nara pun melihat pertengkaran Jati dan ke-dua orang tuanya.
"Terserah yang penting Papah tidak akan pernah setuju menikahkan kamu dengan wanita itu. Kamu cari wanita lain saja yang sederajat dengan kita."
Arkkkkhhhh... pyarrrr... Jati membanting vas bunga dan pergi menenangkan diri.
"Jati kamu mau kemana Bang.... " Iren yang melihat Jati sangat marah pun coba mengejarnya, tapi sayang Jati sudah pergi dengan menaiki motor spor-nya.
Markas the kalongs menjadi tempat untuk menenangkan diri.
"Wey Bos, ke mana aja?" Teman-teman satu genk senang Jati datang.
"Ada balapan gak malam ini?" tanya Jati dengan mata merah. Tangannya langsung mengambil sebatang rokok.
"Ada, kenapa tumben loe balik ngetrek, udah gak kerja bareng bokap?" tanya Padi dengan tatapan yang heran dengan gelagat Jati. "Loe ada masalah dengan keluarga?"
"Gue pengin mati."
"Jat, loe apa-apaan sih kayak anak kecil ajah ngomongnya." Dewa langsung menyela omongan Jati.
"Gue ambil balapan, berapa pun taruhannya gue ambil."
Bersambung....
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Mimik Pribadi
Papahnya Jati ky bkn laki2 sejati karna ucapannya tidak bisa dipegang,sebaiknya kamu kerja sendiri Jati,usaha apa gitu biar kamu gak terlalu bergantung bngt pada perusahaan papahmu,,,,jdi kamu bener2 bisa sukses tanpa embel2 perusahaan orng tua
2023-06-23
1
Ovira
aduh belum apa2 udah dag dig dug nie hati, sabar jati, rintis usaha sendiri, buktikan sama orang tua, kamu bisa sukses, bahagiakan kara, pulang ke tempat kara.
2023-05-18
3
misli abimana
A jati ngomongnya padu ih😟
2023-05-18
2