"Lapar A?" ledek Qara, yang mana Jati makan sampi nambah dua kali.
"Enak Teh, si Teteh mah pintar masak," puji Jati dengan mengacungkan dua jari jempolnya.
Ia memang sudah biasa makan apa adanya tapi tidak sampai ikan asin dan kangkung. Bahkan ia lebih cenderung makan enak, uang-uang hasil taruhan balapan liar dia habiskan untuk makan dan tinggal di tempat yang cukup nyaman, dalam hidupnya tidak ada kata menabung, setiap dapat uang yang tidak sedikit dia pasti gunakan untuk makan enak dan membeli barang apapun yang ia inginkan.
Qara hanya mengulas senyum samar, dan anggap saja percaya dengan apa yang dikatakan Jati, toh memang selama ini hasil olahanya dinilai enak oleh abah dan juga kedua adiknya.
"Ini uang yang A Jati pinjam, tapi kalau bisa secepatnya balikin yah A," ucap Qara sepertinya sangat berat melepaskan uang-uang yang dia kumpulkan untuk biaya sekolah kedua adiknya.
Jati melirik uang lusuh yang terdiri dari pecahan uang dua ribu, lima ribu, sepuluh ribu dan dua puluh rebu. Dalam hati Jati sebenarnya sangat sesak ketika melihat uang-uang itu yang Jati tahu pasti untuk mengumpulkan uang-uang itu tidak mudah bagi Qara yang notabenya penghasilanya tidak menentu.
"Terima kasih Teh, aku janji secepatnya akan balik lagi ke sini dan kembalikan uang-uang Teh Qara, kalau boleh aku juga minta nomer HP-nya biar gampang ngehubunginya kalau mau ke sini." Jati pun dengan berat hati mengambil uang-uang yang berjumlah seratus lima puluh ribu rupiah yang ia pinjam untuk membeli bensin, agar ia bisa pulang.
Qara pun tanpa menunggu lama mengambil pena dan kertas selembar menulis nomer HP serta alamat ia tinggal agar apabila Jati mau datang ke sini tidak kesasar lagi.
"Terus saya pulangnya gimana ini? Tuntun motor lagi ke pombensin?" tanya Jati, bahkan SPBU di mana saja Jati tidak tahu.
"Kebetulan Qara mau berangkat kerja, dan A Jati bisa jalan bareng Qara, nanti di depan ada yang jual bensin eceran, untuk sementara beli bensin eceran saja dulu satu atau dua liter supaya bisa sampai SPBU yang nanti ada di dekat pasar," jelas Qara, dan dibalas anggukan kepala penuh semangat oleh Jati.
"A Jati mau ke kama?" tanya Deva, anak yang kata Qara pendiam nyatanya dia cukup bawel dengan Jati.
"Pulang, ngomong-ngomong terima kasih yah tumpanganya," balas Jati, entahlah tumben-tumbenan dia ada rasa sopan santunnya.
"Iya, hati-hati yah, lain kali kalau mau ke mana-mana bawa dompet," sambung Diki yang mana adik kakak itu juga sudah siap akan berangkat sekolah.
Jati hanya mengulas senyum masam. Yah, akibat kecerobohanya ia hampir saja bermalam di jalanan, untung ada Teh Qara yang cantik, dan baik hati mau nolongin, untuk nampung semalaman, dan meminjamkan uang untuk modal dia bisa balik ke tempat tinggalnya.
"Ya udah Teh, kita berangkat dulu," pamit Diki dan Deva pada Qara, dan tentunya pada Jati.
"Oh ya A Jati ada salam," ucap Deva sebelum mereka benar-benar berangkat sekolah dengan menggoes sepeda sama dengan Qara mau berangkat kerja naik sepeda juga.
Jati menaikan kedua alisnya, "Salam? Dari siapa?" tanya Jati, tetapi dalam hatinya ia sudah menduga kalau yang memberi salam adalah teteh mereka.
"Miss kunti... hahaha..." Deva pun langsung menggoes sepedanya dengan kencang menyusul Diki yang sudah duluan di depan.
"Sue... bocah satu itu memang usil banget. Masa aku tampan kaya gini dijodohin sama penunggu pohon," dengus Jati, tapi ia akui baru pertama kali tinggal di rumah ini ia merasakan nyaman dan seru, tidur badan pada pegel semua, udara yang sejuk cenderung dingin, makan seadanya, tapi bikin nambah lagi terus yang bikin seru si bontot Deva yang kalau ngomong ceplas-ceplos, cenderung ngajak perang persis kedua adiknya.
Jati dan Qara pun berjalan bersama untuk menuju warung yang jual bensin eceran, tidak jarang tetangga yang kepo laki-laki yang nginap di rumah itu siapa dan dengan sabar, Qara pun mengatakan sebenarnya siapa laki-laki yang semalam menginap di rumahnya.
"Orang-orang itu pada kenapa sih kok kepo banget sampai tanya-tanya segala," tanya Jati yang tidak biasa hidupnya dikepoin oleh orang-orang yang tidak kenal.
Qara mengulas senyum sebelum memberikan jawaban atas pertanyaan Jati. "Kalau tinggal di kampung memang seperti itu, banyak yang kepo. Makanya Abah tidak izinkan A Jati untuk menginap lagi di rumah kami karena bisa menimbulkan fitnah. Udah kih pulang! Qara mau berangkat kerja sudah hampir telat," usir Qara ia sendiri sudah bersiap menggoes sepedanya.
"Baiklah terima kasih untuk bantuan, dan semuanya. Aku janti secepatnya hubungi kamu dan bayarkan utang-utangku," balas Jati, dan membiarkan Qara berangkat kerja lebih dulu yang arahnya berlawanan dengan jalan Jati pulang. Tentu sebelumnya Qara sudah memberi tahu arah jalan yang harus dilalui Jati pulang ke Jakarta.
Pandangan mata laki-laki tampan itu terus tertuju pada gadis berhijab yang berhasil menggetarkan hatinya.
"Ya Tuhan apa ini namanya cinta? Mana si teteh cantik banget," gumam Jati tidak henti-hentinya dia memuji kecantikan Qara yang natural, dan orangnya tentu sopan.
"Tapi kalau aku minta nikahin dia kira-kira boleh nggak yah sama papah dan mamah." Jati kembali bermonolog, apalagi umur dia masih tergolong muda, kalau mau nikahin Qara bagaimana dia mau kasih makan istri dan anaknya nanti.
"Apa ini tandanya aku harus balik ke rumah dan ikut apa kata papah dan mamah? Mulai memikirkan masa depan?" Jati justru semakin dibuat bingung dengan arah hidupnya, sedangkan dia sendiri masih ingin bersenang-senang dengan teman-teman geng motornya, masih ingin menaklukan jalanan yang dia sadari resikonya sangat tinggi, entah kapan dan bisa saja suatu waktu ia akan apes dan bukan tidak mungkin penyesalan yang ia dapatkan.
Jati semakin dibuat bimbang dengan permintaan orang tua dan juga kesenanganya. Ia tahu namanya orang tua melarang anaknya terus-terusan balapan itu semua karena mereka sayang pada sang anak dan tentu ingin agar anaknya tidak melakukan hal berbahaya lagi, tetapi kalau dia kembali ke keluarganya, geng motornya bakal kehilangan orang yang berani seperti dirinya, yang selalu memenangkan balapan motor.
Laki-laki itu pun langsung menarik gas motor sport-nya ketika Wara sudah tidak lagi terlihat. Dan berjanji akan segera kembali ke tempat ini untuk membayar hutang-hutangnya.
Bersambung....
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Mimik Pribadi
Lanjuuuttt
2023-06-23
0
mama oca
gmthe kalongs langsung yobat berjamaah kalau ketemu mis kunkun..
2023-05-09
2
Ovira
lanjut ka
2023-05-08
1