"Ngomong-ngomong rumahnya masih jauh Mbak?" tanya Jati yang jalanya mulai ngos-ngosan. Mungkin mereka sudah berjalan hampir setengah jam, dengan Jati menuntun motor dan wanita berhijab itu menuntun sepedanya dengan sang adik yang naik di boncengan. Memang perjalanan mereka tidak terlalu berasa karena mereka berdua terus mengobrol. Namun, Jati yang tidak biasa berjalan cukup jauh pun merasakan ngos-ngosan juga.
"Mungkin setengan jam lagi A."
"Hah, setengah jam lagi? Sejauh itu kah rumahnya Mbak?" tanya Jati yang langsung menghentikan jalanya, kaget dan ingin pingsan tentunya. Mana jalanan ternyata nanjak lagi beban jalannya pun bertambah.
"Hehehe tidak kok A, paling seratus meter lagi, itu sudah mulai kelihatan lampu-lampu nyala, itu desa kami. Dan dari situ sudah tidak jauh lagi." Wanita berhijab itu menunjuk arah kampung tempat tinggalnya.
"Huh, akhirnya. Aku pikir serius setengah jam lagi. Ini aja berasa mau copot kaki. Besok pasti badan pada pegel, jalan jauh banget dan nuntun motor lagi." Jati terus merancau dan wanita berhijab itu pun hanya terkekeh samar.
"Masa jalan segitu sudah menyerah sih bukanya namanya Jati, dan kalau nama Jati biasanya identik dengan kuat loh," ledek wanita berhijab itu.
"Loh kok tau namanya Jati?" tanya Jati heran. Pasalnya mereka belum juga kenalan. Memang Jati itu sangat payah sudah ngobrol ngalor ngidul, tapi dia belum juga menanyakan nama wanita yang menolongnya.
"Kan tadi Aa yang bilang Jati, berati namanya Jati kan?" ucapnya, sembari mengingatkan kalau laki-laki itu sempat menyebut namanya tanpa sadar.
"Emang iyah, perasaan aku tidak bilang kalau namaku Jati, tapi ngomong-ngomong kamu namanya siapa? Masa kamu sudah tahu namaku Jati, tapi aku belum tahu nama kamu, itu namanya tidak adil," balas Jati, akhirnya kenalan juga kan.
"Aa-nya nggak sadar kayaknya, kalau sempat nyebut nama, dan kalau saya namanya Qara," balas wanita itu akhirnya Jati tahu namanya yang hampir sama dengan merek santan siap pakai.
"Kara, kaya nama santan," kelakar Jati.
"Itu Kara, kalau nama saya pakai Q jadi Qara," balas Qara menekankan sekali lagi namanya tidak diawali huruf K.
Mereka pun melanjutkan perjalanan lagi yang tandanya tidak lama lagi kalau hanya seratus meter. Namun, tenaga Jati yang sudah terkuras pun tidak bisa berjalan dengan kencang.
"Tapi nanti jangan kaget yah A, rumah kami itu hanya gubug jadi sangat jauh dari nyaman," ucap Qara yang sudah mulai memasuki perkampungan. Bahkan rasanya wanita itu entah berapa kali mengatakan hal itu.
"Tidak apa-apa Mbak, yang penting Jati bisa tidur, dan tidak bermalam di pinggir jalan. Santai saja, biar kaya gini aku sering tidur di emper toko ko," akunya dengan sombong. Yah, sebagai berandalan tidur itu di mana saja yang penting bisa merem dan aman.
"Masa sih, motornya aja mahal gini, masa tidur di emper toko, ngapain?" tanya Qara, mana percaya wanita itu kalau Jati yang tampan, dan motornya sport, di mana motor seperti yang Jati pakai meskipun Qara tidak begitu paham dengan harganya, tetapi Qara tahu kalau harganya motor itu tidaklah semurah motor beat.
"Dih masa nggak percaya, namanya anak muda pastinya cari yang beda Mbak," balas Jati lagi memang mungkin bagi orang lain anak seperti Jati hanya membuat keributan dan bikin malu orang tua, tetapi ada kepuasan tersendiri yang laki-laki itu rasakan. Pengalaman yang tidak akan bisa terulang kembali, berpetualang. Namun, yang awalnya hanya coba-coba dan ikut-ikutan teman malah dia kini terjebak dengan pergaulan yang bebas, dan makin sulit untuk diarahkan. Bahkan kedua orang tuanya bingung mau menasihatinya seperti apa lagi. Mungkin orang tuanya hany mengandalkan keajaiban kalau sang anak akan sadar hidup tidak selamanya tentang kesenangan. Ada banyak tanggung jawab yang kadang mau tidak mau harus dijalani.
"Percaya sih," balas Qara pasrah aja, toh mereka nggak terlalu kenal juga.
"Ngomong-ngomong malam-malam gini Mbak Qara dari mana sama anaknya?" tanya Jati dengan percaya diri.
"Oh, saya abis beli obat untuk Abah. Emang saya setua itu yah. Sampai adik saya disangka anak," jawab Qara, hanya bercanda sih. Yah tidak aneh juga kalau dia dianggap tua, apalagi dirinya sering ke kebon, kerja keras dan kalau di suku sunda kebanyakan menikah muda. Sedangkan dirinya boro-boro memikirkan nikah, memikirkan kesehatan abahnya dan juga biaya adik-adiknya sekolah bisa tercukupi saja bersyukur.
"Oh, adik yah, maaf aku pikir anak. Abisan gelap nggak begitu kelihatan wajahnya. Udah gitu nunduk terus si teteh mah. Kenapa malu atau kenapa. Aku nggak jahat kok, nggak usah malu ataupun takut, kalau mau jahat udah dari tadi," ucap Jati yang nyerocos terus.
"Bukan malu Aa Jati, tapi dalam agama saya tidak dianjurkan lawan jenis untuk saling bertatapan, sebaiknya dihindari hal yang seperti itu," jawab Qara yang langsung membuat Jati salah tingkah, padahal dari tadi dia menatap Qara terus, belum pergaulan dia juga bukan pergaulan yang suci. Pacaran atau hal yang lain dalam dunianya bukan hal yang tabu.
"Alhamdulilah, akhirnya sampai juga. Ini Mas rumah kami..." ucap Qara sembari menunjukan rumahnya yang terbuat dari papah dan jauh dari kata mewah.
"Ini rumahnya...?" tanya Jati sembari menatap kaget. Mungkin ekspekstasinya terlalu tinggi sehingga ketika melihat rumah yang ada di hadapannya cukup terkejut.
Ini gambaran rumah Qara, di mana di dalamnya ia tinggal dengan Abah, dan ke dua adiknya. Sang ibu sudah berpulang ke Pangkuan Sang Pencipta. Itu sebabnya ia tidak kunjungan menikah sedangkan usianya sudah dua puluh empat tahun. Kalau di suku Sunda kebanyakan umur segitu udah gendong anak dua..., tapi tergantung jodohnya juga yah.
"Iya, kenapa jelek yah?" Qara sih sudah tidak kaget, karena memang mereka hidup dengan serba pas-pasan.
"Oh tidak, aku kaget saja terlihat sangat nyaman. Ngomong-ngomong nanti orang tua kamu tidak marah kan kalau aku nginap di sini?" tanya Jati lagi.
"Loh siapa yang bilang kalau Mas Jati akan tinggal satu rumah dengan kami. Mas Jati nanti tidurnya di situ." Qara menunjuk rumah kecil yang berada di samping rumah utama mereka.
"Hah, kamu serius? Bukannya itu kandang kambing?"
#Nah loh Jat, kamu suruh tidur sama. kambing....
Bersambung....
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
revinurinsani
hahah baru ada berandal akrab biasanya berandal tukang genit🤣🤣
2023-12-30
0
Atik Karyati
Bagus kok rumahnya, nyaman...
2023-07-19
1
Eli Supriatna
wah kaya nya bakal seru nie
2023-07-01
1