Jati yang benar-benar takut karena ia mengira benar-benar ada hantu pun lari ke kamar mandi rasa kebelet membuat dia segera kabur, dan seketika rumah yang awalnya sepi pun rame, karena tawa dari Qara, dan ke dua adiknya.
"Hah lega..." gumam Jati yang mana ia baru saja sadar kalau dirinya jadi bahan ketawaan oleh dua bocil.
"Aa Jati takut jurig kunti?" tanya Diki yang saat ini sudah kelas satu menengah atas.
"Itu mah lain jurig A, tapi karung." Deva tidak mau kalah menunjuk karung yang ada di atas pohon durian.
"Hah, karung..." Jati melihat ke arah pohon yang tadi ia kira ada jurugnya. Saat ini sinar matahari sudah mulai terang sehingga ia bisa melihat kalau apa yang ia sebut jurig adalah sebuah karung yang sengaja diikt di atas pohon durian yang tengah berbuah.
Jati mengernyitkan keningnya hingga kedua alisnya hampir menyatu. "Kenapa karung ada di pohon-pohon?" tanya Jati heran.
Yah, setelah ia mengamati dengan seksama yang putih-putih duduk di atas pohon dan ia kira miss kun-kun adalah memang benar sebuah karung, dan parahnya lagi Jati baru tahu tenyata hampir setiap pohon durian ada karung tapi ada yang berwarna coklat dan putih.
"Itu buat bungkus buah durian yang hampir mateng A," jawab Diki lagi, dan di tambah anggukan kuat oleh Deva.
"Durian? Di bungkus karung biar apa? Bikin jantungan aja, hampir aku ngompol saking takutnya." Jati pun terus melihat-lihat pohon yang saat cahaya sinar matahari makin naik ia makin bisa jelas melihat apa yang sebenarnya terjadi. Hatinya gondok ketika ia pagi-pagi sudah kena prank karung.
"Itu karung gunanya untuk nahan nanti kalau buah durianya mateng, nggak jatuh ke bawah A, jadi tetap mulus, dan pas mateng di pohon buah durian juga rasanya akan enak," jelas Diki lagi.
"Aa itu lucu namanya Jati, tapi takut sama karung," ledek Deva.
"Hus, awas kamu. Tak aduin sama teteh loh," ancam Jati, ia pun kembali balik ke dalam rumah dari pada di dalam kamar mandi lagi yang ada dia diledekin sama Diki dan Deva.
"Aa Jati nggak mandi?" tanya Diki, itu hanya pertanyaan iseng aja.
"Nggak, airnya dingin."
"Ih jorok." Deva memang dia lebih jahil dengan Jati, yang bagi dia itu cemen, namanya aja Jati, tapi sama air dan karung takut.
Jati pun tetap berjalan, mengabaikan ledekan Deva.
"A Jati nggak mandi?" Kali ini Qara yang tanya.
"Enggak ah, airnya dingin banget, ini itu dekat dari gunung atau apa sih kok, udaranya dingin banget dan airnya itu loh berasa air dari kulkas." Jati memilih jongkok di depan tungku yang masih ada sisa api untuk masak, sehingga rasa dingin yang menusuk kulitnya sedikit terobati.
"Iya A, ini Jonggol dan tidak jauh dari rumah kita ada air terjun, banyak orang-orang Jakarta yang main ke sini," jelas Qara dengan menyiapkan bekal untuk dua adiknya yang sekolah serta untuk Abah yang akan ke sawah.
"Hah serius di sini ada air terjun?"
"Ya masa Qara bohong. Tapi maaf nya A, ngomong-ngmong Aa Jati kapan mau pulang, nggak enak Qara sama tetangga. Abah bilang A Jati hanya boleh nginap malam tadi saja, jadi nanti malam Aa pulang yah, nanti malah dikira kita berbuat yang tidak-tidak sama tetangga."
Bukan niat Qara mengusir, tetapi tinggal dilingkungan yang masih desa, serba salah niat hati mau menolong orang bisa-bisa malah kita kena omongan yang tidak-tidak.
Jati langsung pindah duduknya di bangku yang terbuat dari anyaman bambu. "Ngomong-ngomong bisa kan aku pinjam duit?" tanya Jati kali ini dengan suara yang sedikit dipelankan.
Cukup lama Qara diam dan berpikir, Jati pun tahu, kondisi mereka itu sulit tidak sepatutnya dia menambah kesulitan baru, dengan ia yang meminjam uang.
"Aku janji nanti balik lagi ke sini untuk kembalikan uang yang aku pinjam, sekalian aku juga mau lihat air terjun yang kamu bilang." Jati meyakinkan apa yang dia bilang, lagi pula dari pertama dia melihat Qara hatinya sudah bergetar, ia suka dengan kebaikan wanita yang menolongnya, apalagi setelah diamati Qara itu memiliki wajah yang cantik, sayang keluarga dan pekerja keras.
"Kira-kira berapa hari A Jati bakal balikin uang Qara. Maaf bukan karena tidak percaya, tetapi uang itu akan segera dipakai untuk bayaran sekola Deva dan Diki, belum juga Abah sekarang tidak sekuat dulu, kerja hanya selingan saja, kalau kecapean sering sakit-sakitan, seperti semalam tiba-tiba dadanya sesak. Qara harus punya uang tabungan untuk jaga-jaga takut Abah kenapa-napa."
Bukan ingin dikasihani, tetapi Qara berharap sekali kalau Jati tidak mengingkari janjinya, karena bagi Qara mencari uang itu sangat sulit.
"Iya secepatnya saya akan balik lagi ke sini dan ganti uang yang saya pinjam dua kali bahkan tiga kali lipat."
"Tidak perlu A, yang penting dibalikkan saja Qara mah udah alhamdulillah, tapi ngomong-ngomong A Jati mau pinjam berapa?" tanya Qara dengan hati deg-degan.
"Tiga ratus."
"Hah...sebanyak itu A?" Qara kembali terkejut, uang segitu setengah gaji dia yang bekerja sebagai pengajar anak-anak TK.
"Teteh punyanya berapa?" tanya Jati mungkin dia akan isi bensin pertalite dulu menyesuaikan uang yang ada.
"Seratus," jawab Qara ragu-ragu.
"Dua ratus nggak ada Teh, aku janji bakal balik lagi untuk ganti uang-uang itu, itu pun isi bensinya yang subbsidi," ucap Jati dengan wajah memelas.
"Seratus lima puluh yah A. Itu juga uang belanja kami ikut kepake untuk A Jati, mungkin nanti Qara akan pinjam untuk belanja kebutuhan sehari-hari.
Meskipun bagi Jati itu masih kurang, tapi bukanya tidak masalah, ia hemat-hemat dan akan tanya-tanya pada warga untuk keluar dari desa ini. Biar nggak nyasar dan nanti kehabisan bensin lagi kalau nyasar.
"Ya udah Teh, nggak apa-apa, tapi sebelum pulang, aku numpang isi bensin dulu yah, lapar..." Jati nyengir kuda, malu nggak malu dari pada dia kelaparan di jalan, mana uang yang pinjam dari Qara hanya cukup buat beli bensin. Masalah malu urusan sekian yang penting kenyang dulu, itu yang ada dalam pikiran Jati. Gadaikan rasa malu sekarang mah yang penting kenyang. Itu yang ada dalam pikiran Jati.
Qara pun menelan salivanya, "Tapi makanya sama garang asem ikam peda (ikam asin) , sama sayur kangkung mau?" tanya Qara sembari menunjukan lauk sederhana yang dibagi-bagi, Jati pun mengintip, dan tidak lama pun mengangguk.
"Apa aja deh yang penting kenyang."
#Si Jati emang malu-maluin ajah... 😁
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
revinurinsani
kiyowoo buat kalian, ❤️🥰
2023-12-30
0
Eli Supriatna
jati jati
2023-07-01
0
Mimik Pribadi
Smoga nnt Jati bener2 balikin tuh duit kasian kehidupan Qara udh susah,,,,
2023-06-23
0