Sesuai yang Jati katakan laki-laki itu pun begitu sampai Jakarta langsung datang ke markasnya di mana ia biasa istirahat bersama teman-teman satu genknya.
"Woy Jat, loe ke mana aja, semalaman ditungguin ada balap kenapa ngumpet takut loe," ucap salah satu temanya yang memiliki peran penting untuk mencari seponsor dan jadwal-jadwal untuk balapan.
"Sejak kapan Jati ada rasa takut lawan kecoa-kecoa jalanan. Gue semalam ke sasar mana kehabisan bensin," adu Jati sembari langsung mengambil dompet dan ponselnya.
Lima orang yang ada dalam markas tersebut pun hanya diam, dan menatap heran pada Jati yang langsung merebahkan tubuhnya dengan mengotak-atik ponselnya. Hal yang sangat berbeda dilakukan oleh Jati, biasanya laki-laki itu sangat antusias membicarakan balapan dan sebagainya, pokoknya tentang misi-misi genk motor gitu. Namun kali ini justru lebih serius dengan ponselnya.
"Jat, loe nggak tertarik berita balapan semalam hadiahnya sampai dua dijit loh." Kali ini Martin pun langsung duduk di samping Jati, dan laki-laki itu pun hanya melirik pada sohibnya yang duduk di sampingnya.
"Gue kayaknya mulai sekarang nggak ikutan balapan lagi deh," ucap Jati dengan pandangan mata yang tidak juga ia alihkan dari layar pintarnya.
Hampir secara bersamaan teman-teman Jati langsung memalingkan pandanganya pada laki-laki yang masih dengan santai rebahan.
"Kenapa heran gitu, wajar kan gue ngerasa bosen dan ingin pensiun dari pekerjaan ini," ucap Jati yang dia merasa dikuliti oleh teman-temanya. Yah, wajar mah wajar, tapi apa loe nggak sayang kalau apa yang loe capai selama ini berakhir sia-sia. Banyak loh Jat yang ingin gantikan posisi loe, banyak yang ingin menggeser kedudukan loe. Apa nantinya loe nggak nyesel. Kerja apa lagi coba yang gaji besar dan juga hanya dalam hitungan jam bisa langsung dapat puluhan juta, hanya balapan Jati." Kali ini Padi ambil alih menasihati temanya yang terkenal keras kepala.
"Tapi resikonya juga besar Di, bukan hanya cacat, tetapi justru bisa aja yang lebih fatal lagi dari itu. Uang segitu memang besar dan banyak, tapi kalau gue kenap-napa bukanya yang rugi gue-gue juga," ucap Jati dengan tatapan yang sangat berbeda dari Jati yang biasanya.
"De... ini Jati teman kita kan? Kok beda banget sejak kapan dia punya pikiran kaya gitu, bukanya Jati itu selalu santai dengan resiko-resiko itu. Loe pada ingat kan pas dia jatuh dari motor. Dia bilang apa?" sahut Martin lagi.
"Yah, saat itu gue belum punya tujuan hidup sekarang gue udah punya tujuan hidup, gue nggak mau ngecewain kedua orang tua gue dan seseorang yang berarti bagi hidup gue." Jati bener-bener berhasil buat temannya heran sampai akar-akarnya.
Uhukkk... Uhukkk... secara serentak lima orang yang ada di markas terbatuk-batuk.
"Sejak kapan otak loe bener?"
"Bukanya Loe dikejar-kejar Meca (Cewek yang suka dengan Jati) aja kabur dan malah nggak mau, nah ini siapa yang bisa buat kamu berarti? Gue nggak yakin seorang Jati ngomong kaya gitu?" Dewa pun terheran-heran dengan sohibnya itu.
"Loe kesasar di mana Jat, gue sangsi jangan-jangan loe semalam kesambet dan diculik makhluk goib. Kalau sama-sama manusia gue yakin iman sohib kita kuat."
Lebih baik kita patungan panggil ustad buat rukiah nih anak. Makin ngaco. Biasanya aja nyawa dipermainin kok ini tumben-tumbenan tobat."
Teman-teman Jati pun tidak ada yang percaya kalau Jati bakalan tobat dan memilih balik pada keluarganya, yang itu artinya ketua geng motor diganti dengan orang lain.
"Terserah kalian percaya atau tidak, tapi gue yakin dengan keputusan ini. Gue mulai saat ini bakal balik ke rumah, tapi kalian tenang saja gue bakal sering-sering main kemarkas ini, karena bagaimanapun The Kalongs adalah geng motor kesayangan, darah gue selamanya akan selalu cinta dengan The Kalongs, tapi saat ini gue juga harus ikut apa kata orang tua dan juga ingin membuat seseorang bangga dengan pencapaian gue yang halal dan aman." Sekali lagi Jati mengulas senyum misterius yang membuat teman-temanya semakin yakin kalau Jati itu kena guna-guna.
"Hust, kalian curiga nggat?" tanya Martin pada Padi dengan menyiku lenganya dan berbicara dengan sangat berhati-hati.
"Iya, curiga lah, bahkan curiga banget kalau Jati itu diguna-guna sama lawan kita agar the Kalongs yang selalu menang balapan kalah. Yah kalau Jati keluar sudah jelas the kalongs kehilangan panutan dan jagoanya, mana mungkin kita bakal dapat pengganti Jati yang selalu menang setiap taruhan." Dewa pun langsung menuduh lawan gengnya yang melakukan perbuatan mitis. Sedangkan Jati meskipun ia sebenarnya mendengar apa selentingan-selentingan dari teman temanya tetapi ia tetap mengabaikannya, Ia tetap memejamkan matanya dengan bayang-bayang Teteh cantik yang menolongnya tadi malam. Wajah cantik tadi pagi saat mereka berjalan bersama masih terekam jelas dalam ingat Jati sehingga laki-laki itu yang niatnya akan istirahat dulu sebelum pulang ke rumah bukanya istirahat dengan santai, ia malah senyum senyum terus membayangkan Qara.
"Jat, loe sebenarnya kesasarnya di mana sih, kita-kita pada makin was-was sama perbuatan loe deh. Gimana kalau kita sekarang priksa ke psikiater?" tanya Anji, laki-laki kalem yang tidak banyak bicara pun akhirnya mengeluarkan suara emasnya setelah melihat Jati yang makin mencemaskan.
"Kalian kenapa sih, apa kalian nganggap kalau aku ini gila?" tanya Jati setengah tidak terima atas tuduhan sohibnya.
"Bukan gitu, kami takut aja efek loe kesasar malah ada makluk goib yang ngikutin loe, karena loe itu aneh banget deh. Kayak bukan asli Jati yang biasa kita lihat dan kenal."
"Eh, tapi benar juga sih. Apa jangan-jangan hantu yang semalam ada di pohon durian ngikutin gue." Jati langsung beranjak untuk pindah ke kamar dan teman-temanya pun serentak ikut ke mana Jati pergi.
Hahahah... besok-besok kalian pakai rok aja lah, masa baru ditakut-takutin kaya gitu udah pada cemen, gimana kalau kalian ada di posisi gue tadi pagi, sampai mau ngompol.
"Serius Jat, loe ketemu tuh makhluk?" tanya Anji yang paling kenceng pegang tangan Jati.
Jati yang memang sudah terlahir dari keisengan pun langsung mengangguk dengan kuat.
"Bahkan tertawanya masih teringat-ingat terus sampai sekarang." Iyalah, yang Jati maksud ia masih teringat ketawa Teh Qara
"Ah loe mah nggak seru sekarang Jat, masa kayak gitu aja dicerita-ceritakan, kan gue jadiikutan parno," balas Martin laki-laki itu sih terlihat kalau dia itu lebih berani, tetapi jangan salah tanganya juga memegang baju yang Jati pakai. Hingga Jati benar-benar terhibur oleh teman-temanya,
"Eh ngomong-ngomong ada yang mau kenalan nggak sama Mis Kunti yang gue maksud? Atau malah ada yang pengin gue jodohin sama penunggu pohon durian?" Rasanya tidak afdol kalau tidak prank temanya sampai percaya apa yang dia katakan itu seolah benar.
"Se... Serius ada Jat?" Kembali pertanyaan ada atau tidak kembali terlontarkan.
"Ya, yakin seratus persen. Kalau kalian ketemu sama Mis kun-kun gue yakin bakal tobat juga sama seperti gue." Dari ucapan sih Jati sangat meyakinkan, tetapi dalam hatinya ia tetawa dengan renyah. Mas dia jodohkan mis kun-kun dengan temanya.
"Ah tidak apa-apa dijodohkan dengan sesama manusia mah sudah biasa coba di jodohkan dengan penunggu pohon durian, pasti terbaper-vaper.
#Jati isengin ketularan Deva
Bersambung....
Nah, sembari nunggu persetujuan Mis kun-kun alias penunggu pohon durian, kira-kira mau apa nggak dijodohin dengan teman-teman Abang Jati. Yuk mampir ke karya bestie othor dijamin wafer juga dah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
revinurinsani
hahaha bisa gitu yahh dasar geng parno🤣sekalian pake baju pink
2023-12-31
0
Mimik Pribadi
Beneran lho Jatiii kamu plng dan merubah jalan hidup lo,,,,
2023-06-23
0
Nanda Lelo
geng motor "tumbuhan" nih 😁
2023-06-16
0