Jembatan Merah 16 Februari

Jembatan Merah 16 Februari

Flashback On

5 Tahun Yang Lalu

Satria menunggu di Jembatan Merah, setelah menghadiri kegiatan di salah satu kantor kepala Deaa. Menunggu gadis cantik, yang dirinya dekati selama satu tahun terakhir.

Gadis cantik, yang di tunggu akhirnya datang, sambil mengayuh sepeda. Satria tersenyum saat, melihat Tiara yang masih mengenakan seragam SMA nya.

"Kakak dari tadi?" tanya Tiara.

"Nggak, Kakak baru saja." jawab Satria.

Tiara, menepikan sepedanya, kedua nya duduk di trotoar jembatan. Hanya kendaraan kecil yang melintas, dan tidak terlalu ramai.

"Dek, kakak ingin bicara serius sama kamu." ucap Satria.

"Tiara juga sama Kak." ucap Tiara.

"Kamu dulu dek, kalau ada yang mau di bicarakan."

"Kakak saja dulu."

"Kamu dulu." ucap Satria.

"Kakak saja dulu." ucap Tiara.

"Ok deh, tapi kamu jangan marah ya?"

"Marah kenapa kak?" tanya Tiara.

"Jangan marah, kalau Kakak bicara jujur." jawab Satria.

"Bicara saja Kak, saya tidak marah."

Satria menarik nafasnya, dan terasa grogi. Sampai menggaruk kepalanya yang tidak gatal, Satria tampak begitu gugup.

"Kak, katakan. Mau bicara apa?" tanya Tiara.

"Dek, Kakak cinta sama kamu." jawab Satria.

Tiara tersenyum, hatinya bahagia. Saat pria yang di sukainya, mengutarakan isi hatinya.

"Kamu mau, jadi pacar Kakak?" tanya Satria.

"Mau kak." jawab Tiara tersipu malu.

"Kamu terima kakak?"

"Iya kak."

"Alhamdulillah."ucap Satria.

" Sekarang, giliran Adek." ucap Satria.

"Jujur Kak, saya juga dari dulu. Awal kenal itu, suka sama kakak." ucap Tiara.

"Adek sayang." ucap Satria memegang kedua tangan Tiara.

"Jadi, kita pacaran nih?" ucap Tiara.

"Iya, kita pacaran. Dan setiap tanggal 16 februari, kita rayakan sebagai anniversary kita. Setiap tanggal 16 februari, kita rayakan di jembatan Merah ini." ucap Satria.

"Iya Bang, jembatan Merah jadi saksi kalau kita, hari ini menjadi sepasang kekasih." ucap Tiara.

****

Tiara berbaring di atas tempat tidur, sambil tersenyum sendiri. Mengingat beberapa jam yang lalu, pria yang selama ini disukainya, ternyata membalas hatinya.

"Ahhhhhh... senengnya, ternyata saya sekarang pacar Kak Satria. Ahhhhh... saya nggak jomblo lagi..!!! " ucap Tiara sambil memeluk bantal gulingnya.

Ceklek

Pintu kamar Tiara terbuka, Tiara langsung duduk saat Bundanya masuk ke kamarnya.

"Kamu kenapa? teriak - teriak sampai terdengar di luar. " tegur Bunda Lidia.

"Heeee... maaf Bund,lagi bahagia." ucap Tiara.

"Bahagia apa sih? boleh dong berbagi cerita sama Bunda." ucap Bunda Lidia.

"Ini urusan anak muda."

"Oh jadi gitu ya, sama Bunda main rahasia."

"Malu ah ceritanya."

"Cerita dong sama Bunda, kamu sedang bahagia karena apa?"

"Tapi Bunda jangan marah."

"Iya, cerita sama Bunda."

"Kak Satria, nembak Tiara." ucap Tiara bahagia.

"Satria, yang Tentara itu?" ucap Bunda Lidia.

"Iya Bunda, yang sering main kesini. Adu catur sama Ayah itu, Bunda masa lupa." ucap Tiara.

"Bunda tahu, kok bisa? kan awal kenal itu sama Ayah, karena dia kan sering ke kantor kecamatan.'

" Namanya juga jodoh Bund, tapi Bunda setuju kan? kalau Tiara nanti nikah sama Kak. Satria?"

"Tapi kamu masih kelas dua belas sayang, kamu harus kuliah dulu. Baru kerja terus nikah, Ayah sama Bunda nggak mau, kamu lulus sekolah malah nikah." ucap Bunda Lidia.

"Iya Bunda, Tiara juga ingin kuliah dulu. Masih ingin menikmati masa muda Tiara, makasih Bunda sudah kasih restu."

"Tapi ingat, kamu pacaran jangan sampai keluar batas."

"Iya Bunda, Kak Satria bukan pria semacam itu."

"Iya, Bunda percaya. Bunda akan pegang, kata - kata kamu."

****

"Tiara pacaran sama Satria?" ucap Pak Agus, Ayah Tiara.

"Benar Ayah, Tiara yang bilang seperti itu."

"Ayah sih setuju saja, Satria itu anaknya baik, sopan."

"Tapi kok Bunda jadi takut Ayah."

"Takut kenapa Bunda?"

"Tiara kan anak perempuan kita satu - satunya, rasa was - was itu ada, apalagi sudah punya pacar."

"Bunda, Satria itu sudah dewasa. Bunda tenang saja, percaya sama Ayah. Satria tidak akan macam - macam, malah Satria akan menjaga Tiara."

"Ternyata anak kita sudah besar Ayah, sudah menginjak remaja. Bunda hanya menganggap, Tiara itu anak yang masih kecil, baru kemarin Bunda lahir kan. Sekarang malah tiba - tiba, bilang dia sudah punya pacar."

"Bunda, kita ini tidak akan muda terus, dan anak kita tidak akan kecil terus, pasti ada masa nya. Kita ini, semakin tua semakin besar tanggung jawab kita. Sebagai orang tua, kita do'akan agar anak kita, bisa menjadi anak. yang seperti kita harapkan." ucap Pak Agus.

"Amin."ucap Bunda Lidia.

****

"Dek, sudah ijin sama Bunda dan Ayah? kalau kamu pulang kegiatan telat?" tanya Satria.

"Belum." jawab Tiara, sambil memakan cilok yang di belikan Satria.

"Kok belum ijin sih dek, ini sudah mau jam 5 sore loh. Nanti kamu di cariin, Kakak minta kalau kita janjian, kamu ijin dulu." ucap Satria menegur.

"Iya, Kakak dong yang ijin sama Ayah. Kan punya nomer ponsel Ayah."ucap Tiara.

" Punya sih, Kakak bingung bilangnya."

"Bingung kenapa? Ayah pasti sudah tahu, kalau kita jadian. Soalnya kemarin, saya cerita sama Bunda."

"Terus Bunda bicara apa?"

"Setuju sih, tapi Kakak jangan ngajak Tiara nikah dulu, katanya harus kuliah, kerja baru nikah."

"Menangnya, Adek mau nikah setelah lulus sekolah?" tanya Satria.

"Nggak mau, Tiara masih mau senang - senang." jawab Tiara.

Satria tersenyum, lantas menarik pundak Tiara agar mendekat denga nya. Tiara menyandarkan kepalanya, sambil makan cilok.

"Kakak akan tunggu kamu dek, sampai kamu dewasa."

"Kakak mau menunggu, sampai 6 tahun lagi?" tanya Tiara.

"Iya, Kakak juga tidak mau, mengambil masa muda kamu. Kakak juga bebaskan kamu, agar menikmati masa remaja kamu bersama teman - teman."

"Kakak janji ya, jangan tinggalin Tiara."

"Janji sayang." ucap Satria mengecup keningnya.

****

"Maaf Pak Agus, saya bawa anak Bapak sampai di luar jam pulang." ucap Satria.

"Nggak apa - apa, bukan kamu yang salah. Tapi anak saya yang nakal, tidak mungkin Satria mengajak anak orang, tanpa ijin." ucap Pak Agus.

"Ayah kok bicara gitu sih?" ucap Tiara pelan.

"Ayah tahu, kalau kamu yang minta pulang telat sama Satria." ucap Pak Agus.

"Sana masuk, kamu mandi." ucap Pak Agus, masih bicara dengan nada pelan.

"Kak, saya masuk dulu ya." ucap Tiara.

"Iya dek, kakak juga mau pamit sebentar lagi." ucap Satria.

Setelah Tiara masuk, Pak Agus meminta Satria untuk duduk di kursi teras depan rumah.

"Satria, saya ingin tanya sama kamu. Apa benar, kamu pacaran sama Tiara?" tanya Pak Agus.

"Betul Pak, saya minta ijin untuk menjadi pacar anak Bapak." jawab Satria.

"Saya setuju kamu jadi pacar anak saya, tapi maaf anak saya itu sifatnya masih anak - anak, kamu bimbing dia agar memiliki pemikiran yang dewasa, kamu juga harus sabar. Apalagi dengan umur, yang terpaut jauh." ucap Pak Agus.

.

.

Terpopuler

Comments

Afternoon Honey

Afternoon Honey

menarik nih.

2023-06-27

1

ᴄᷤʜͦɪͮᴄͥʜͣɪᷡᴋͣ

ᴄᷤʜͦɪͮᴄͥʜͣɪᷡᴋͣ

kayaknya seru

2023-05-09

1

Nurmila Karyadi

Nurmila Karyadi

aku ketinggalan UP nyaa🫢🫢😂😂😂😂

2023-05-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!