Tiara duduk di atas tribun gedung olahraga, setelah berlari memutari lapangan bersama Inara. Tiara hanya diam, sejak datang tidak banyak bicara.
"Kamu kenapa? kalau ada masalah cerita sama saya." tanya Inara.
"Kemarin, Kak Satria tidak datang. Dia hanya mengirim, sebuah kebaya untuk tahun depan. Minta saya untuk di ikat dulu, atau tunangan. Dan nikah nya nanti, menunggu saya lulus kuliah." jawab Tiara.
"Itu kan masih lama, ngapain tunangan dulu. Kalau jodoh, kalau tidak gimana?" ucap Inara.
"Justru itu loh, saya belum bicara sama Ayah dan Bunda. Terus Kak Satria belum bisa di hubungi, kok saya jadi mirip kamu ya pejuang LDR banyak curiganya." ucap Tiara.
"Curiga gimana ? kalau kamu kan, dia masih ada komunikasi, nah saya komunikasi gimana."
"Menurut kamu, Ayah sama Bunda setuju tidak ya? walau kenal dekat dengan Kak Satria juga kan, saya itu harus utama kuliah dulu."
"Kamu coba deh, bicara lagi sama Kak Satria."
****
Tiara sampai di rumahnya, kedua orang tua nya belum pulang dari kantor. Ayah dan Bunda Tiara, adalah seorang PNS yang bekerja di kantor kecamatan yang berbeda.
"Saya coba hubungi Kak Satria."
Tiara mencoba menghubungi Satria, ponsel beberapa kali di reject. Tiara pun memutuskan untuk menghubungi nanti, namun Satria menghubung balik.
"Hallo Kak." sapa Tiara.
"Kenapa dek?" tanya Satria.
"Kakak sedang sibuk nggak?"
"Nggak, ini sedang duduk di dekat pos. kenapa dek? ada hal penting ya?"
"Tentang kebaya putih kak."
"Kenapa, kamu nggak suka?"
"Bukan gitu kak, untuk tunangan apa tidak terlalu cepat? kan kita nikah masih lama."
"Nggak apa - apa dek, kakak ingin di ikat saja dulu."
"Saya belum bicara sama Ayah dan Bunda."
"Bicarakan lagi saja, kamu katakan sama mereka, untuk ke niatan Kita."
"Ya kak nanti saya bicarakan."
"Nanti kita sambung lagi, i love you."
"I love you too."
***
"Ayah Bunda, Tiara ingin bicara." ucap Tiara, pada kedua orang tuanya, saat mereka bersantai di ruang keluarga.
"Mau bicara apa?" tanya Bunda Lidia.
"Ayah Bund, kemarin Kak Satria lewat surat dan telepon, bilang katanya tahun depan minta kita tunangan dulu, kan tahu sekarang saya lulus SMA. Sama Ayah dan Bunda, gimana boleh tidak?" jawab Tiara sambil bertanya.
"Tunangan? kalau sudah istilahnya tunangan itu, harus segera menikah loh." ucap Pak Agus.
"Nggak Ayah, tidak harus menikah cepat. Maksudnya Kak Satria itu, kita tunangan dulu, baru menikahnya nanti kalau saya lulus kuliah dan sudah dapat kerja."
"Sayang, kok Satria tidak bilang sama Ayah. Bukannya Satria punya nomer Ayah, kenapa bicaranya sama kamu saja?" ucap Bunda Lidia.
"Mungkin ini baru pembicaraan antara kita, nanti kalau sudah dekat baru bicara sama Ayah dan Bunda." ucap Tiara.
"Gimana Ayah?" tanya Bunda Lidia pada Pak Agus.
"Gimana lagi, yasudah asal kamu selesaikan kuliah kamu." jawab Pak Agus.
"Makasih Ayah, Bunda." ucap Tiara senang.
****
"Ayah, apa tidak masalah tunangan dulu? takutnya saat udah tunangan , malah minta nikah. Terus gimana kuliahnya?" ucap Bunda Lidia.
"Semoga saja tidak, tapi anaknya mau ya harus gimana lagi, tahun depan Bund masih lama. Nanti keduanya mau gimana? kalau ingin nikah, nanti biar Tiara disini dulu untuk selesaikan pendidikannya." ucap Pak Agus.
"Ya Ayah, bunda sih terserah Ayah saja."
****
"Dek sudah makan?"
"Sudah Kak, kalau kakak sudah makan?"tanya Tiara, saat ber teleponan dengan Satria.
" Sudah dek, malah makannya itu nggak enak." Jawab Satria dari seberang.
"Kenapa kak?" tanya Tiara khawatir.
"Nggak ada kamu, jadi nggak enak." jawab Satria tertawa.
"Ih kakak, bikin orang khawatir saja."
"Hahahaha... kan biar nggak serius aja."
"Kak, Ayah Bunda setuju. Kalau kita, tahun depan tunangan dulu, tapi tidak langsung nikah. Karena Ayah sama Bunda, ingin saya selesaikan kuliah."
"Iya sayang, kakak ngerti kok. Kakak hanya ingin, kita di ikat dulu saja. Karena kakak itu serius sama kamu dek, kakak tidak mau kehilangan kamu."
"Kakak jangan nakal ya." ucap Tiara.
"Adek juga sama ya, jangan nakal."
*****
Satria menatap jendela kamarnya, rintik - rintik hujan turun sejak sore hingga malam hari.
"Minum nih, saya buatkan cokelat hangat." ucap Alam.
"Terima kasih." ucap Satria,menerima segelas cokelat hangat.
"Saya lihat, dia itu gadis yang setia. Dia itu lurus, tidak akan pernah berbelok. Cintanya begitu besar, buat seorang Satria. Saya melihat ada raut wajah kecewa, rasa rindu yang tidak bisa di salurkan." ucap Alam.
****
1 tahun kemudian
Acara pertunangan Tiara dan Satria, di laksanakan pada tanggal 16 februari, keluarga besar dari Pak Agus dan Bunda Lidia pun hadir, dan mengundang beberapa para tetangga.
Tenda warna putih, kursi dan karpet membentang dari pintu gerbang hingga pintu masuk, yang di sulap pihak Wedding Organizer di sulap layaknya dekorasi mewah yang minimalis.
Hari bahagia bagi Tiara dan keluarganya, momen indah di mana putrinya akan di lamar oleh pria pilihan hatinya.
Tiara yang mengenakan kebaya putih, pemberian dari Satria kini sedang duduk menanti Satria dan keluarganya.
"Tiara, mana? katanya sudah di jalan." ucap Bunda Lidia.
"Benar nak, tamu sudah pada datang." ucap Pak Agus.
"Sabar Ayah Bunda, mereka sedang dijalan." ucap Tiara, hatinya pun terasa panik.
"Tiara, telepon dong." ucap Inara berbisik.
"Sudah, tadi coba saya hubungi nggak di angkat, chat saya juga hanya di baca."
Pak Agus dan Bunda Lidia gelisah, hampir satu jam mereka tak kunjung datang. Bahkan ada beberapa yang pulang lebih dulu.
"Ayah, Bunda kok nggak enak." ucap Ibu Lidia.
"Sabar Bund, kita tunggu satu jam lagi." ucap Pak Agus.
Tiara mencoba menghubungi Satria, namun ponselnya tidak aktif. Hati Tiara tambah gelisah, di saat dirinya tidak bisa menghubungi Satria.
"Ayah Bunda." panggil Tiara.
"Gimana nak?" tanya Pak Agus.
"Ponselnya tidak bisa di hubungi." jawab Tiara.
"Astaga, bagaimana ini Bund. Apa Satria hanya memainkan anak kita, ya Allah kalau benar tega sekali dia." ucap Pak Agus.
Tiara sudah berkaca - kaca, keluarga pun sudah mulai panik. Tiara tak bisa membendung air matanya, Bunda Lidia langsung segera mengusap air mata Tiara.
"Jangan menangis di depan banyak orang, nanti kalau sudah pergi semua. Kamu boleh menangis kencang." ucap Bunda Lidia.
"Saya malu Bund, kalau memang benar tidak jadi." ucap Tiara.
"Tenang nak, kalau pun tidak jadi datang. Pasti ada alasan kenapa ini bisa terjadi, kita tenang dulu jangan panik." ucap Pak Agus.
Hampir dua jam, keluarga Satria belum juga datang. Pak Agus dan Bunda Lidia menatap putrinya, dan Tiara menganggukkan kepalanya untuk mengakhiri acara.
"Ayah akan umumkan, kalau acara pertunangan tidak jadi." ucap Pak Agus.
"Iya Ayah, benar kata Bunda dan Ayah. Kak Satria bukanlah jodoh saya, dan terbukti Allah menjauhkan saya dengan dia." ucap Tiara.
"Insya Allah nak, kamu akan mendapatkan lebih dari yang ini." ucap Bunda Lidia.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
ᴄᷤʜͦɪͮᴄͥʜͣɪᷡᴋͣ
lah satria tega bget
2023-05-09
1
MissHaluuu ❤🔚 "NingFitri"
ada apa yah?
2023-05-04
1
Nabil abshor
hiks,,,,, satria kmn,,,,
2023-05-04
1