5 Tahun Yang Lalu
Satria menunggu di Jembatan Merah, setelah menghadiri kegiatan di salah satu kantor kepala Deaa. Menunggu gadis cantik, yang dirinya dekati selama satu tahun terakhir.
Gadis cantik, yang di tunggu akhirnya datang, sambil mengayuh sepeda. Satria tersenyum saat, melihat Tiara yang masih mengenakan seragam SMA nya.
"Kakak dari tadi?" tanya Tiara.
"Nggak, Kakak baru saja." jawab Satria.
Tiara, menepikan sepedanya, kedua nya duduk di trotoar jembatan. Hanya kendaraan kecil yang melintas, dan tidak terlalu ramai.
"Dek, kakak ingin bicara serius sama kamu." ucap Satria.
"Tiara juga sama Kak." ucap Tiara.
"Kamu dulu dek, kalau ada yang mau di bicarakan."
"Kakak saja dulu."
"Kamu dulu." ucap Satria.
"Kakak saja dulu." ucap Tiara.
"Ok deh, tapi kamu jangan marah ya?"
"Marah kenapa kak?" tanya Tiara.
"Jangan marah, kalau Kakak bicara jujur." jawab Satria.
"Bicara saja Kak, saya tidak marah."
Satria menarik nafasnya, dan terasa grogi. Sampai menggaruk kepalanya yang tidak gatal, Satria tampak begitu gugup.
"Kak, katakan. Mau bicara apa?" tanya Tiara.
"Dek, Kakak cinta sama kamu." jawab Satria.
Tiara tersenyum, hatinya bahagia. Saat pria yang di sukainya, mengutarakan isi hatinya.
"Kamu mau, jadi pacar Kakak?" tanya Satria.
"Mau kak." jawab Tiara tersipu malu.
"Kamu terima kakak?"
"Iya kak."
"Alhamdulillah."ucap Satria.
" Sekarang, giliran Adek." ucap Satria.
"Jujur Kak, saya juga dari dulu. Awal kenal itu, suka sama kakak." ucap Tiara.
"Adek sayang." ucap Satria memegang kedua tangan Tiara.
"Jadi, kita pacaran nih?" ucap Tiara.
"Iya, kita pacaran. Dan setiap tanggal 16 februari, kita rayakan sebagai anniversary kita. Setiap tanggal 16 februari, kita rayakan di jembatan Merah ini." ucap Satria.
"Iya Bang, jembatan Merah jadi saksi kalau kita, hari ini menjadi sepasang kekasih." ucap Tiara.
****
Tiara berbaring di atas tempat tidur, sambil tersenyum sendiri. Mengingat beberapa jam yang lalu, pria yang selama ini disukainya, ternyata membalas hatinya.
"Ahhhhhh... senengnya, ternyata saya sekarang pacar Kak Satria. Ahhhhh... saya nggak jomblo lagi..!!! " ucap Tiara sambil memeluk bantal gulingnya.
Ceklek
Pintu kamar Tiara terbuka, Tiara langsung duduk saat Bundanya masuk ke kamarnya.
"Kamu kenapa? teriak - teriak sampai terdengar di luar. " tegur Bunda Lidia.
"Heeee... maaf Bund,lagi bahagia." ucap Tiara.
"Bahagia apa sih? boleh dong berbagi cerita sama Bunda." ucap Bunda Lidia.
"Ini urusan anak muda."
"Oh jadi gitu ya, sama Bunda main rahasia."
"Malu ah ceritanya."
"Cerita dong sama Bunda, kamu sedang bahagia karena apa?"
"Tapi Bunda jangan marah."
"Iya, cerita sama Bunda."
"Kak Satria, nembak Tiara." ucap Tiara bahagia.
"Satria, yang Tentara itu?" ucap Bunda Lidia.
"Iya Bunda, yang sering main kesini. Adu catur sama Ayah itu, Bunda masa lupa." ucap Tiara.
"Bunda tahu, kok bisa? kan awal kenal itu sama Ayah, karena dia kan sering ke kantor kecamatan.'
" Namanya juga jodoh Bund, tapi Bunda setuju kan? kalau Tiara nanti nikah sama Kak. Satria?"
"Tapi kamu masih kelas dua belas sayang, kamu harus kuliah dulu. Baru kerja terus nikah, Ayah sama Bunda nggak mau, kamu lulus sekolah malah nikah." ucap Bunda Lidia.
"Iya Bunda, Tiara juga ingin kuliah dulu. Masih ingin menikmati masa muda Tiara, makasih Bunda sudah kasih restu."
"Tapi ingat, kamu pacaran jangan sampai keluar batas."
"Iya Bunda, Kak Satria bukan pria semacam itu."
"Iya, Bunda percaya. Bunda akan pegang, kata - kata kamu."
****
"Tiara pacaran sama Satria?" ucap Pak Agus, Ayah Tiara.
"Benar Ayah, Tiara yang bilang seperti itu."
"Ayah sih setuju saja, Satria itu anaknya baik, sopan."
"Tapi kok Bunda jadi takut Ayah."
"Takut kenapa Bunda?"
"Tiara kan anak perempuan kita satu - satunya, rasa was - was itu ada, apalagi sudah punya pacar."
"Bunda, Satria itu sudah dewasa. Bunda tenang saja, percaya sama Ayah. Satria tidak akan macam - macam, malah Satria akan menjaga Tiara."
"Ternyata anak kita sudah besar Ayah, sudah menginjak remaja. Bunda hanya menganggap, Tiara itu anak yang masih kecil, baru kemarin Bunda lahir kan. Sekarang malah tiba - tiba, bilang dia sudah punya pacar."
"Bunda, kita ini tidak akan muda terus, dan anak kita tidak akan kecil terus, pasti ada masa nya. Kita ini, semakin tua semakin besar tanggung jawab kita. Sebagai orang tua, kita do'akan agar anak kita, bisa menjadi anak. yang seperti kita harapkan." ucap Pak Agus.
"Amin."ucap Bunda Lidia.
****
"Dek, sudah ijin sama Bunda dan Ayah? kalau kamu pulang kegiatan telat?" tanya Satria.
"Belum." jawab Tiara, sambil memakan cilok yang di belikan Satria.
"Kok belum ijin sih dek, ini sudah mau jam 5 sore loh. Nanti kamu di cariin, Kakak minta kalau kita janjian, kamu ijin dulu." ucap Satria menegur.
"Iya, Kakak dong yang ijin sama Ayah. Kan punya nomer ponsel Ayah."ucap Tiara.
" Punya sih, Kakak bingung bilangnya."
"Bingung kenapa? Ayah pasti sudah tahu, kalau kita jadian. Soalnya kemarin, saya cerita sama Bunda."
"Terus Bunda bicara apa?"
"Setuju sih, tapi Kakak jangan ngajak Tiara nikah dulu, katanya harus kuliah, kerja baru nikah."
"Menangnya, Adek mau nikah setelah lulus sekolah?" tanya Satria.
"Nggak mau, Tiara masih mau senang - senang." jawab Tiara.
Satria tersenyum, lantas menarik pundak Tiara agar mendekat denga nya. Tiara menyandarkan kepalanya, sambil makan cilok.
"Kakak akan tunggu kamu dek, sampai kamu dewasa."
"Kakak mau menunggu, sampai 6 tahun lagi?" tanya Tiara.
"Iya, Kakak juga tidak mau, mengambil masa muda kamu. Kakak juga bebaskan kamu, agar menikmati masa remaja kamu bersama teman - teman."
"Kakak janji ya, jangan tinggalin Tiara."
"Janji sayang." ucap Satria mengecup keningnya.
****
"Maaf Pak Agus, saya bawa anak Bapak sampai di luar jam pulang." ucap Satria.
"Nggak apa - apa, bukan kamu yang salah. Tapi anak saya yang nakal, tidak mungkin Satria mengajak anak orang, tanpa ijin." ucap Pak Agus.
"Ayah kok bicara gitu sih?" ucap Tiara pelan.
"Ayah tahu, kalau kamu yang minta pulang telat sama Satria." ucap Pak Agus.
"Sana masuk, kamu mandi." ucap Pak Agus, masih bicara dengan nada pelan.
"Kak, saya masuk dulu ya." ucap Tiara.
"Iya dek, kakak juga mau pamit sebentar lagi." ucap Satria.
Setelah Tiara masuk, Pak Agus meminta Satria untuk duduk di kursi teras depan rumah.
"Satria, saya ingin tanya sama kamu. Apa benar, kamu pacaran sama Tiara?" tanya Pak Agus.
"Betul Pak, saya minta ijin untuk menjadi pacar anak Bapak." jawab Satria.
"Saya setuju kamu jadi pacar anak saya, tapi maaf anak saya itu sifatnya masih anak - anak, kamu bimbing dia agar memiliki pemikiran yang dewasa, kamu juga harus sabar. Apalagi dengan umur, yang terpaut jauh." ucap Pak Agus.
.
.
"Kak, tadi Ayah bicara apa sama Kakak?" tanya Tiara, lewat telepon.
"Ada lah, rahasia antara calon menantu dan calon mertua." jawab Satria dari seberang.
"Oh jadi gitu ya, sekarang main tertutup." ucap Tiara.
"Nggak sayang, bukan gitu. Maksudnya ini Obrolan antara pria dewasa."
"Ok kalau begitu, saya tutup telepon nya. "
"Jangan dek, kakak masih ingin ngobrol sama kamu."
"Habisnya Kakak main rahasia segala."
"Ayah hanya minta, untuk kakak jaga kamu."
"Jaga apa maksudnya?"
"Jaga hati adek."
"Ih.. itu sih bahasanya kakak."
"Perasaan adek gimana? setelah jadi pacarnya kakak?"
"Yang jelas senang lah, bahagia. Siapa sih yang tidak bahagia, pria yang di sukainya ternyata suka juga sama Adek."
"Kakak akan bahagiakan kamu, Kakak akan menjadi payung, dimana pun kita, hati kita tetaplah satu."
"Kakak jangan pergi tinggalin saya ya, Adek itu nggak mau kehilangan kakak."
"Kakak juga sama, tidak mau kehilangan adek. "
****
"Pagi Inara." sapa Tiara yang baru saja sampai di sekolah.
"Cieee cerah amat nih." ucap Inara.
"Ya dong, karena hati saya sedang berbunga - bunga. " ucap Tiara.
"Ada yang sedang bahagia nih, cerita dong ada apa?"
"Cerita nggak ya?"
"Tuh kan, kesel deh." ucap Inara cemberut.
"Hahahaha... marah nih." ledek Tiara.
"Cerita dong, ayo." ucap Inara memohon.
"Ini anak kepo banget deh."
"Kan, ratu kepo." ucap Inara.
"Ok deh, saya kasih tahu nih. Kalau saya sekarang tidak lagi jomblo, alias sudah punya pacar." ucap Tiara.
"Serius? sama anak kelas apa?" ucap Inara masih penasaran.
"Bukan sama anak sini, tapi sama orang luar sini." ucap Tiara.
"Anak SMA atau SMK?"tanya Inara.
"Bukan anak sekolah, tapi orang dewasa." jawab Tiara.
"Om - om? " ucap Inara.
"Ih.. bukanlah."
"Ya terus siapa? jangan buat saya tambah penasaran loh."
"Sama Kak Satria."
"Hah.. Satria siapa?"
"Tentara itu, yang saya suka."
"Ya Allah dia, kok bisa?"
"Ya bisalah, Tiara gitu loh." ucap Tiara.
"Ceritain dong, gimana dia tembak kamu?" tanya Inara.
"Waktu itu, Kak Satria kan minta ketemuan di Jembatan Merah. Nah disitu, dia nembak saya. Terus saya juga, ungkapin isi hati saya juga. Eh kita sama - sama memiliki perasaan yang sama, kita jadian deh." jawab Tiara sambil mengingat, saat mereka baru jadian.
"Selamat, akhirnya punya pacar." ucap Inara memeluk Tiara.
"Sama - sama."
Bel pun berbunyi, Ibu leha masuk dan semua murid duduk di bangku masing - masing.
"Anak - anak, hari ini kumpul di Aula, karena ada sosialisasi dari Akmil. Barang kali, kalian ada yang berminat masuk Akmil, bisa tanya - tanya langsung pada mereka." ucap Ibu Leha.
"Kalau begitu, kalian semua ke Aula ya." ucap Ibu Leha.
"Baik Bu." ucap semuanya.
***
"Ih.. itu Pak Tentaranya ganteng - ganteng." ucap salah satu, siswi yang berada di belakang Tiara dan Inara.
"Ganteng - ganteng ya, itu saya mau jadi pacar yang Tentara paling tinggi." ucap salah satu siswi yang di samping Inara.
"Tiara, ini semua pada kenapa sih? murid perempuan pada kayak cacing kepanasan." ucap Inara berbisik.
"Saya biasa saja tuh." ucap Tiara.
Acara pun dimulai, sambutan dari kepala sekolah, dan berlanjut dari perwakilan Tentara. Tiara terbelalak kaget, saat yang berbicara di depan adalah pacarnya.
"Kok Kak Satria yang bicara di depan?" ucap Tiara.
"Mungkin di antar Kak Satria kali, tuh pacar kamu sedang bicara di depan, di belakang pada diam - diam ambil photo." ucap Inara, dan Tiara menoleh ke arah belakang.
"Pada kenapa sih? bukannya dengarin orang bicara malah pada photo." ucap Tiara kesal.
Satria mengenalkan satu persatu siswa Akmil, dan salah satu dari mereka pun mengenalkan diri. Mulai dari penjelasan cara masuk Akmil, tentang kegiatan seorang Tentara bahkan suka duka menjadi Tentara.
Satria mencari keberadaan Tiara, dan kedua tatapan matanya menemukannya, yang sedang duduk di baris kedua.
Tiara tidak menyadari, kalau Satria memperhatikan Tiara dari jauh, hingga tak terasa acara sosialisasi usai. Dan banyak para siswa siswi yang meminta photo, bahkan ada yang meminta photo bersama Satria.
Tiara menatap kesal, ke arah Satria. Melihat kekasihnya, sedang asik ber photo dengan para siswi, secara bergantian.
Satria langsung pergi, dan berjalan ke arah Tiara. Bahkan beberapa siswi, melihat Satria mendekati Tiara.
"Dek, kok kamu nggak ikut minta photo?" tanya Satria sambil membelai rambut Tiara.
"Enak ya, photo dekat sama para siswi. Ada yang menyandar, pegang lengan, nggak risih di lihatnya. " ucap Tiara kesal.
"Jangan marah gitu ah, hanya photo saja. Kalau mau, kita photo. Kakak photo ya, kita kan belum punya photo berdua."
"Malas ah."
"Ayolah sayang, Inara tolong photo kan kita." pinta Satria.
"Ok siap, sini ponselnya." ucap Inara, lalu memotret mereka berdua, dengan beberapa jepretan.
***
"Tiara." panggil salah satu siswi, bernama Ani.
"Iya, ada apa?" ucap Tiara bertanya.
"Kalau boleh tahu, Tentara yang photo sama kamu itu, kakak kamu ya? soalnya kita juga punya beberapa photo dia."ucap Ani.
"Dia bukan kakak saya, tapi pacar saya." ucap Tiara.
"Oh dia pacar kamu, maaf ya. Kalau kita jadi fans, dadakan dia. Habis ganteng banget pacar kamu, kamu beruntung deh."
Tiara hanya tersenyum, lalu melanjutkan kembali langkah masuk ke dalam kelas.
****
"Gimana nggak cemburu, Kak Satria dikerubuti teman - teman cewek Tiara di sekolah. Pada minta photo segala, sedang bicara di depan Sosialisasi malah pada photo kak Satria. Berasa jadi artis sehari, gimana nggak bete tuh." ucap Tiara kesal, sedangkan kedua orang tuanya hanya tersenyum.
"Jadi anak Ayah sedang cemburu?" ucap Pak Agus.
"Iya, kesel banget kan. " ucap Tiara.
"Itu resiko kamu, punya pacar ganteng." ucap Bunda Lidia.
"Lama - lama itu muka, saya suruh pakai topeng." ucap Tiara yang masih kesal.
"Jangan lebay deh kamu, Satria itu bukan buaya darat, tidak seperti Ayah kamu buaya cap kadal." ucap Bunda Lidia.
"Loh kok Ayah di bawa - bawa sih bund." ucap Pak Agus.
"Ayah nggak ingat? kalau dulu Ayah banyak ceweknya?" tanya Bunda Lidia.
"Tapi kan Ayah setia sama Bunda, buktinya kita menikah dan punya anak satu." jawab Pak Agus.
"Oh jadi Ayah itu buaya cap kadal Bund, pantas saja kalau berbau pria, ada tanda - tanda mau punya salah kayaknya dukung banget." ucap Tiara.
"Ya itu, memang benar." ucap Bunda Lidia.
"Terserah kalian mau bicara apa, yang penting Ayah sudah insaf, bukan Buaya cap Kadal lagi, tapi Singa cap Harimau." ucap Pak Agus.
Geeeeerrrr Aaaaaarrrr
Tiara yang mengikuti, suara macam yang siap menerkam mangsa.
.
.
.
Satria harus pindah tugas, di luar pulau. Dimana dirinya harus , menjalin hubungan jarak jauh dengan Tiara.
"Napa kamu?" tanya Santoso.
"Ini Bang, gimana Tiara ya? baru saja jadian belum pas se umur jagung, udah LDR kita." kawan Satria.
"Kalau dia memang sayang sama kamu, jarak berpuluh kilometer pasti akan tetap setia, menunggu waktu yang tepat untuk melamarnya." ucap Santoso.
"Dia memang nggak mau nikah dulu Bang, orang tuanya juga bilang begitu. Dia harus kuliah, kerja baru nikah. Masih panjang perjalanannya, hanya saja sedang manis - manis nya kita harus berpisah." ucap Satria.
"Namanya juga Tentara, kita harus siap jauh dengan orang yang kita cintai."
"Iya Bang, benar kata Abang."
"Kapan kamu kasih kabar dia?"
"Hari ini, saya tunggu dia di tempat biasa." ucap Satria.
****
Satria berdiri di jembatan Merah, menunggu Tiara melintas. Hampir 15 menit menunggu, Tiara akhirnya terlihat sedang mengayuh sepeda.
"Dek." panggil Satria.
Tiara menghentikan sepedanya, dan menepikan sepeda dekat dengan trotoar. Tiara tersenyum, dan mencium punggung tangan Satria.
"Kakak,kok nggak telepon atau kirim pesan kalau mau janjian kesini." ucap Tiara.
"Kakak mendadak ingin ketemu sama kamu, Kakak kangen sama kamu." ucap Satria sambil memegang tangan Tiara.
"Tapi kenapa tidak di tempat lain saja, kenapa harus disini?" tanya Tiara.
"Kakak ingin, disini saja. Kakak ingin, jembatan Merah ini jadi saksi." jawab Satria.
"Sepertinya, kakak ada hal serius yang mau di bicarakan?" ucap Tiara.
"Iya, kakak ingin bilang sama kamu. Kalau kakak , tidak tugas disini lagi. Kakak pindah, dan jauh di luar pulau."
Tiara diam sambil menatap ke arah Satria, pria yang di cintainya itu kini sedang menatapnya juga.
"Kapan Kakak akan pergi?" tanya Tiara.
"Kakak, akan mengurus semuanya dulu disini. Kalau sudah selesai, baru kakak akan berangkat." jawab Satria.
"Saya akan tetap menjalani hubungan ini, kakak juga mau kan menunggu saya?" tanya Tiara.
"Iya, kakak mau menunggu kamu."jawab Satria.
" Kita harus saling komunikasi ya Kak, kita harus saling percaya. Karena kepercayaan itu penting, disaat kita menjalani hubungan jarak jauh."
"Iya sayang, nanti setiap tanggal 16 Februari, kakak akan pulang, kamu tunggu kakak di jembatan ini. Biar jembatan ini jadi saksi cinta kita, hingga kita menua bersama, ada sepanjang sejarah tentang kita disini."ucap Satria.
****
" Kamu kok makanya sedikit sayang?" tanya Bunda Lidia.
"Nggak selera saja." jawab Tiara, hingga membuat kedua orang tuanya menghentikan makannya.
"Kamu kenapa sayang?" tanya Pak Agus.
"Kak Satria, mau pindah Ayah Bunda." jawab Tiara.
"Tapi kalian masih menjalani hubungan kan, sama Satria?" tanya Bunda Lidia.
"Masih, hanya saja kan kita jarang ketemu. Katanya Kak Satria, akan pulang setiap tanggal 16 februari." jawab Tiara.
"Kenapa harus tanggal 16 Februari?" tanya Pak Agus.
"Kan tanggal 16 februari itu, tanggal keramat nya kita. Dimana tanggal tanggal itu, adalah hari jadi kita." jawab Tiara menjelaskan.
"Kalau Satria itu jodoh kamu, dia nggak akan pergi jauh. Pasti akan tetap sama kamu, kalau Satria bukan jodoh kamu, Allah akan menjauhkan kamu dari dia." ucap Pak Agus.
"Betul kata Ayah kamu, kalau jodoh dimana Satria berada, dan kamu dimana berada. Pasti akan di satukan." ucap Bunda Lidia.
****
"Tiara, saya itu kok kayaknya putus saja deh, sama Mas Tino." ucap Inara sambil makan snack.
"Memangnya, Mas Tino kenapa?" tanya kembali Tiara.
"Dia jarang balas chat saya." jawab Inara.
"Bukannya, Mas Tino itu sedang sibuk skripsi ya? mungkin karena sedang sibuk jadi jarang balas chat kamu."ucap Tiara.
" Mungkin kali, tapi dia bilang sibuk. Tapi sosmed nya, aktif terus tiap jam."
"Memang aktifnya apa?"
"Ya suka upload saja, upload apa yang sedang dia lakukan."
"Sama cewek?" tanya Tiara penasaran.
"Nggak juga sih, hanya saja dari gaya bahasa nya tuh beda aja gitu." jawab Inara.
"Kok saya jadi kepikiran sama Kak Satria ya?" ucap Tiara.
"Kenapa?" tanya Inara.
"Dia pindah dinasnya, nggak disini lagi, tapi di luar pulau." jawab Tiara.
"Tapi kok, saya jadi takut seperti cerita kamu ya. Takut seperti Mas Tino, kita kan nggak tahu." ucap Tiara kembali.
"Nah itu dia, godaan orang LDR an."
"Tapi kita harus percaya deh, kata Ayah Bunda bilang. Kalau dia itu jodoh kita pasti Allah akan dekatkan, tapi kalau bukan jodoh kita, Allah akan jauhkan." ucap Tiara.
"Jadi saya doa nya yang mana?" tanya Inara.
"Ya doa tadi itu." jawab Tiara.
****
Satria mengajak Tiara pergi jalan - jalan ke Alun - alun kota, mereka berdua berjalan sambil bergandengan tangan.
Satria berkeliling Alun - alun, yang ramai para muda mudi duduk di rumput hijau Alun - alun sambil menikmati, alunan musik jalanan.
"Dek, kita duduk disitu yuk." ajak Satria.
"Boleh Kak." ucap Tiara.
"Dek, kakak beli minum dulu ya. Kamu mau apa lagi?" tanya Satria.
"Apa ya Kak, beli gorengan saja ya." jawab Tiara.
"Yaudah, kamu tunggu ya."
Tiara duduk sendiri sambil menunggu Satria membeli minuman dan gorengan, dengan mendengarkan alunan musik yang di mainkan, musisi jalanan.
"Dek, lama ya?" ucap Satria sambil memberikan minuman pada Tiara.
"Nggak juga Kak, kan ada hiburannya jadi nggak kerasa." ucap Tiara.
"Dek, malam seperti ini, kita tidak akan bisa lagi. Mungkin kalau kakak pulang, baru bisa seperti ini. Adek nggak apa - apa kan? kalau nanti pas malam minggu bete di rumah saja, tapi Kakak nggak akan melarang adek, untuk jalan sama teman - teman." ucap Satria.
"Nggak apa - apa kak, saya nggak akan bete, kan Inara juga sama pacarnya jauh."
"Makasih ya, nanti jangan nakal disini."
"Kakak juga, disana jangan nakal."
"Iya sayang, kakak nggak akan nakal kok. Intinya kita saling percaya, itu yang utama." ucap Satria.
.
.
.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!