Tepat di hari minggu, Satria akan berangkat ke tempat tugas yang baru. Di jembatan Merah, Satria mengucapkan kata pamit pada Tiara. Gadis remaja tersebut, berkaca - kaca saat Satria, akan pergi.
"Kakak pamit ya, tahun depan kita ketemu disini." ucap Satria.
"Iya kak." ucap Tiara sambil terisak.
"Kamu jangan menangis terus dong, kakak jadi sedih lihatnya." ucap Satria sambil mengusap air matanya.
"Gimana nggak sedih, Kakak akan pergi. Baru tahu depan, kita nanti bertemu disini."
"Kan masih ada telepon, kita bisa saling kirim pesan. Nanti kita akan lakukan seperti itu, setiap hari tanpa bolong. "
Tiara tersenyum, begitu pun juga Satria. Pria itu langsung menarik tumbuh Tiara, masuk kedalam dekapan tubuhnya. Keduanya saling berpelukan, rasa tidak ingin berpisah itu ada di keduanya.
"Kakak pergi sekarang ya, pesawatnya 2 jam lagi terbang." ucap Satria.
"Iya kak, hati - hati." ucap Tiara.
Satria mengecup kening Tiara sangat lama, dan kembali memeluk tubuh Tiara. Setelah sekitar 2 menit berpelukan, Satria langsung pergi menggunakan mobil, bersama beberapa temannya.
Tiara menatap mobil itu hingga menjauh tidak terlihat, sedangkan Satria pun sama menatap dari arah kaca spion, hingga Tiara tak terlihat.
"Saya akan tunggu Abang, tahun depan di jembatan Merah ini." ucap Tiara.
****
"Kamu kok kayak nggak semangat begitu?" tanya Inara.
"Gimana nggak semangat, sudah satu minggu kak Satria belum kasih kabar. Bahkan ponselnya tidak aktif. Gimana nggak kepikiran, saya kan khawatir." jawab Tiara.
"Kamu berpikir positif saja, mungkin tidak ada sinyal." jawab Inara.
"Maksudnya, dia di hutan gitu?" ucap Tiara.
"Ya bisa jadi di hutan." ucap Inara.
"Mungkin, saya akan tetap menunggu dia." ucap Tiara.
Saat sedang duduk di kantin, bersama Inara. Tiba - tiba ponsel Tiara berbunyi, nomer asing menelponnya.
"Inara, ini nomer siapa ya?" tanya Tiara sambil menunjukkan nomer telepon asing.
"Nggak kenal, coba saja angkat." jawab Inara.
"Hallo." sapa Tiara.
"Hallo dek, ini kakak." balas terdengar suara pria dari seberang.
"Kakak, ya ampun kok baru kasih kabar sih? Kakak kemana saja, saya kepikiran disini." ucap Tiara.
"Maaf ya dek, kakak disini sibuk mengurus segala sesuatu di tempat dinas yang baru. Dan kebetulan, sinyal nya agak naik turun gitu."
"Nggak apa - apa kak, yang penting kakak sudah hubungi Adek."
"Maafkan kakak dek, kalau buat kamu khawatir."
"Iya kak, kalau ada penjelasannya kan saya lega."
"Dek, kakak kangen sama kamu."
"Sama kak, saya juga kangen sama kakak."
"Kabar orang tua Adek gimana?"
"Alhamdulillah sehat Kak, kakak juga disana baik - baik saja kan?"
"Kakak sakit dek."
"Sakit apa kak?"
"Sakit malarindu."
"Hah..!! "
"Malarindu itu, sakit kangen ingin ketemu kamu."
"Ih.. Kakak, sampe buat saya kaget." ucap Tiara sambil tersenyum.
"Hahahahaha.. kena prank."
"Nggak lucu prank nya."
"Kamu sedang apa dek sekarang?"
"Sebentar lagi masuk kelas kak, kalau kakak?"
"Ini Kakak sedang menelepon belahan jiwa yang jauh disana."
"Ah... kakak, bikin meleleh."
"Hahahahah... udah dulu ah, kakak sedang dinas ini. Nanti malam kita sambung lagi, satu kata buat adek, I love you." ucap Satria dari seberang.
"I love you too."
"Makasih sayang, muuuaaaccchhhh. "
"Muach juga."
Tiara menutup teleponnya, dan langsung memeluk tubuh Inara sangat kecang, hingga Inara merasakan sesak nafas.
Aaaaaa
Teriak Tiara.
"Ih.. lepasin, kamu kenapa sih? kayak habis menang undian." ucap Inara.
"Tadi kak Satria telepon, ih... senengnya." ucap Tiara.
"Akhirnya telepon juga kan?" ucap Inara.
"Iya telepon, katanya sinyal juga naik turun, sama lagi sibuk."
"Makannya, jangan berpikir yang tidak - tidak, Kak Satria itu, tidak seperti Mas Tino."
"Yuk ah masuk, 5 menit lagi bel bunyi." ajak Tiara.
****
1 Tahun Kemudian
Tiara menunggu di jembatan Merah, tepat tanggal 16 februari, Satria akan menemuinya. Tiara berdiri di tepi jembatan Merah, berharap kekasihnya itu datang tepat waktu.
Hingga matahari, tepat di atas kepala, Satria tidak kunjung datang. Namun tidak ada niat, untuk kembali pulang ke rumah.
"Mungkin Kak Satria sedang di jalan, saya harus menunggu." ucap Tiara.
Hingga hampir jam 1 siang, Tiara pun mencoba menghubungi ponselnya namun tidak juga aktif. Sudah ada rasa gelisah, dan pikiran yang tidak ingin terjadi.
"Kok ponselnya tidak aktif, dia kan sudah janji datang hari ini." ucap Tiara.
Ponsel Tiara berbunyi, Satria menghubunginya. Tiara pun langsung mengangkat panggilan teleponnya, pria yang di nanti akhirnya memberikan kabar.
"Hallo kak, saya sudah ada di jembatan Merah." ucap Tiara.
"Dek, maafkan kakak. Hari ini tidak bisa datang. Sebagai gantinya, kakak kirim paket melalui kurir, tolong nanti kamu balas paketnya. Dan langsung kamu kasihkan pada dia, Kakak tunggu, paket balasan dari kamu."
"Paket, kakak tidak bilang dari kemarin? kalau tidak jadi datang. Saya kira, kakak akan tepati janji, malah yang datang paket." ucap Tiara.
"Maafkan kakak dek, tolong terima. Nanti ada pria datang menemui kamu, dia akan berikan sebuah paket, tolong nanti kamu balas ya."ucap Satria dari seberang.
"Maafkan kakak dek, tahun depan kakak janji, akan datang menemui Adek." ucap Satria kembali.
"Ya kak, saya akan tunggu." ucap Tiara, ada rasa kecewa.
Setelah telepon di tutup, datang seorang pria berpakaian serba hitam, dengan memakai topi warna hitam. Pria itu berjalan membawa sebuah paper bag, ke arah Tiara.
"Mba Tiara." ucap pria tersebut.
"Iya." ucap Tiara singkat.
"Ini ada titipan dari Satria, buat kamu." ucapnya sambil memberikan sebuah paper bag pada Tiara.
"Ini paket dari Kak Satria?" tanya Tiara.
"Iya benar. " jawabnya.
"Dia titip apa lagi?" tanya Tiara.
"Tidak ada lagi, hanya memberikan ini saja." jawabnya.
"Makasih Kak." ucap Tiara.
"Sama - sama, kalau begitu saya pamit." ucapnya lalu pergi.
"Tunggu, nama kakak siapa?" tanya Tiara.
"Panggil saja saya Alam." jawabnya.
***
Tiara membuka paper bag tersebut, saat di buka sebuah kebaya warna putih. Dan terdapat sebuah, surat di dalam nya.
Teruntuk Tiara
Dek, kakak kasih kamu kebaya, nanti kamu pakai kebaya ini. Bila suatu hari kakak melamar kamu, Kakak ingin mengikat kamu dulu, saat kamu nanti lulus SMA.
Tunggu Kakak, di tanggal 16 Februari tahun depan, kakak tahun depan pulang, akan melamar kamu. Kita bertunangan dulu, maaf untuk sekarang, kakak tidak bisa bertemu kamu.
Dek, kakak minta kamu tukar hadiah ya. Kamu titipkan lagi sama Alam, besok pukul 10 siang.
Love Satria
Tiara memegang kebaya warna putih itu, dan mencari sesuatu untuk di berikan pada Satria. Tiara menemukan sebuah syal rajut, warna putih yang di buat dengan tangannya sendiri.
****
"Ini buat Kak Satria, katakan pada dia. Saya akan tetap menunggu di Jembatan Merah." ucap Tiara.
"Saya akan sampaikan pada dia, kalau begitu saya pamit." ucap Alam.
Alam lalu pergi, masuk ke sebuah mobil yang menjemputnya. Tiara menatap mobil hitam tersebut, hingga mobil hilang dari pandangan Tiara.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
ᴄᷤʜͦɪͮᴄͥʜͣɪᷡᴋͣ
sabar ya Tiara
2023-05-09
1
MissHaluuu ❤🔚 "NingFitri"
duhhh jgn sampai bang sat gugur 🥺
2023-05-04
1
NauraHaikal
lanjut thorr🥰🥰
2023-05-03
1