Tiara merasakan ada sebuah sentuhan, terasa sangat nyata saat tidurnya. Tiara membuka kedua matanya, saat melihat ada seorang pria, yang dia kenal. Tiara bangun, pria tersebut tersenyum dengan pakaian yang serba putih.
"Tidur lagi ya, maaf kakak ganggu tidur kamu." ucap Satria.
Tiara tersenyum lantas merebahkan kembali tubuhnya, tangan Satria terus membelai, kepala Tiara hingga akhirnya kembali terlelap.
"Tidurlah sayang, Kakak akan temani kamu." ucap Satria sambil mencium kening Tiara.
Suara kicauan burung terdengar, dan sinar matahari masuk ke celah jendela kamar. Tiara bangun, dan mencari Satria.
Tiara lantas bangun, dan keluar dari pintu kamarnya. Tiara hanya melihat kedua orang tuanya, yang sedang berada di depan meja makan.
"Pagi sayang." sapa Bunda Lidia.
"Sayang, kamu mau langsung sarapan?" tanya Pak Agus.
"Ayah Bunda, Kak Satria mana?" tanya Tiara.
"Satria? kamu janjian pagi ini sama dia?" tanya kembali Pak Agus.
"Tadi malam bukannya, dia menginap disini?" tanya Tiara.
Kedua orang Tiara saling bertatapan mata, Pak Agus dan Bunda Lidia tersenyum, sambil menggeleng kan kepalanya.
"Kamu pasti mimpi, sampai bangun - bangun kamu cari dia." ucap Bunda Lidia.
"Nggak Bund, saya merasakan sentuhan tangan dia nyata. Masa saya mimpi, orang saya bangun kok." ucap Tiara menjelaskan.
"Kamu pasti mengigau, sudah sana mandi terus sarapan." ucap Pak Agus.
"Iya, mungkin saya mimpi."ucap Tiara.
***
Satria menatap ponselnya berbunyi, dan langsung mengangkat telepon dari Tiara. Satria langsung pergi menjauh, untuk mengangkat panggilan dari Tiara.
" Hallo dek." sapa Satria.
"Hallo kak, sedang apa?" tanya Tiara dari seberang.
"Habis baris di lapangan tadi, ada pengarahan sebentar. Kenapa dek? kangen ya sama kakak?" ucap Satria sambil tersenyum.
"Iya kak, saya kangen sama kakak.Kakau kalau kakak?"
"Sama dek, sabar ya sebentar lagi kita akan satu rumah."
"Saya tadi malam, mimpi kakak datang. Nyata banget, pagi - pagi tanya sama Ayah Bunda, cari kakak eh nggak ada. Ternyata saya mimpi kak, sumpah sentuhan tangan kakak itu nyata banget."
"Iyakah? sampai segitunya kamu kangen sama kakak."
"Malam itu, kakak memakai pakaian serba putih. Harum wanginya, saya di suruh kembali tidur, saat bangun memang itu mimpi."
"Dek, kamu benar sayang sama kakak?"tanya Satria.
" Kalau iya kenapa?"tanya kembali Tiara.
"Kalau benar kamu memang sayang, kamu jangan membenci kakak ya, bila memiliki kesalahan yang besar. Kakak minta maaf, mungkin sekarang kakak juga sudah banyak salah."
"Saya tahu, kakak punya banyak salah."
"Kamu tahu dek?" tanya Satria serius.
"Kakak selama 5 tahun, sudah membuat saya menunggu menahan rasa rindu." bawah Tiara.
"Iya, maafkan ya."
"Setelah menikah, saya akan ikut kakak kemana kakak melangkahkan kaki."
"Iya dek, kita bayar semua yang tertunda."
"Iya kak, I love you."
"I love you too."
Satria tersenyum setelah menerima telepon dari Tiara, Alam menatap Satria setelah kembali dari menerima sebuah panggilan telepon.
"Jadi sudah belajar?" tanya Alam.
"Iya, saya harus belajar. Dari sekarang, dan harus siap suatu saat nanti akan terjadi." jawab Satria.
"Saya tidak bisa bicara lagi, saya sudah membayangkan bila itu terjadi. Apalagi masalah ini, berat untuk di terima. Pasti akan ada yang kecewa dan sedih."
"Saya tahu itu, saya akan katakan pelan - pelan, tapi tidak sekarang."
"Maaf kalau saya lancang, lebih baik sekarang." ucap Alam.
"Tidak bisa, saya juga harus mengerti perasaan orang tua saya."
****
"Enak banget, kamu buat sendiri?" tanya Tiara.
"Iya buat sendiri, telur gabus kesukaan saya." jawab Inara.
"Bagi resep dong, ingin coba."
"Boleh nanti saya kirim resepnya, lewat pesan." ucap Inara.
"Eh.. ada Tiara, apa kabar?" sapa Bang Tedi, kakak ipar Inara.
"Alhamdulillah Bang, gimana sehat?" ucap Tiara, kembali bertanya.
"Alhamdulillah sehat." ucap Bang Tedi.
"Bang, dia mau nikah loh, jadi sama kak Satria, Abang kenal kan?" ucap Inara.
"Satria, Satria yang mana?" tanya Tedi.
"Itu Bang, dulu pernah dinas disini terus pindah ke luar pulau." jawab Tiara.
"Oh iya, Abang tahu. Tapi tidak terlalu akrab sih, hanya tahu kita kan beda sih nggak bareng. Tapi kenal sekilas, hanya Abang itu pernah dengar kabar, kalau ada Tentara 5 tahun lalu, kecelakaan meninggal satu di tempat. Katanya pindahan dari sini, Abang saat itu, baca dari pesan group sih. Baru saja turun dari pesawat, mobilnya itu kecelakaan masuk jurang karena rem blong." ucap Bang Tedi.
"Abang tahu siapa?" tanya Inara.
"Siapa ya, Abang lupa. Tapi sekilas, dinas nya di kota ini, tapi dimana ya Abang lupa." jawab Bang Tedi.
"Yang jelas, bukan calon suami saya. Buktinya kan Kak Satria ada, mungkin temannya." ucap Tiara.
"Yaiyalah, kalau kak Satria masa dia mau menikah sama kamu. Kalau dia hantu, nggak akan mungkin semuanya bisa melihat dia." ucap Inara.
"Memangnya sekarang tugas dimana?"
"Di kota T Bang." jawab Tiara.
"Dekat lah, dia bisa pulang pergi." ucap Bang Tedi.
"Iya Bang." ucap Tiara tersenyum.
***
"Kakak kok, kesini nggak chat atau telepon dulu." ucap Tiara sambil menaruh secangkir kopi.
"Nggak boleh? kakak kangen loh sama kamu." ucap Satria.
"Bukan gitu, takut saya sedang pergi."
"Tadi siang, bilang kangen. Jadi kakak kesini, jauh - jauh belain buat calon istri, jujur Kakak juga kangen."
Tiara tersenyum saat Satria menatap wajahnya, dan Satria memegang tangan Tiara.
"Jujur, setiap malam Kakak itu, selalu ingat kamu. Suara kamu, terngiang terus di telinga." ucap Satria.
"Ih.. kakak, jadi merah nih pipi." ucap Tiara.
"Serius, kakak tidak bohong."
"Sudah ah, jangan gombal terus. Jadi malu, nih lihat muka sudah merah gini. " tunjuk Tiara.
Hahahahah..
"Lucu kamu, di gombalin gitu dek wajahnya sudah merah. " ucap Satria tersenyum.
"Ya makannya, jangan gombalin terus."
"Iya, takut tuh muka nanti berubah seperti hello boy."
"Udah ah, minun dulu kopinya."
"Iya, kakak minum."
Tiba - tiba, ponsel Satria berdering. Tiara sempat melihat nama yang tertera di layar ponsel. Satria hampir tersedak, dan buru - buru mematikan total ponselnya.
"Siapa itu kak?" tanya Tiara.
"Bukan siapa - siapa." jawab Satria.
"Namanya Nunik, siapa dia kak?" tanya Tiara curiga.
"Oh.. dia itu teman, dia teman sekolah. Biasa ngajak ketemuan, reuni sekolah gitu. Kakak malas saja, ikut begituan." jawab Satria.
"Kenapa kak? ada mantan ya, sampe tidak mau hadir." ucap Tiara memancing.
"Nggak juga kok, malas saja." ucap Satria.
"Oh gitu ya, semoga kakak tidak bohong sama saya."
"Ya nggak lah dek, Kakak itu hanya punya kamu, gimana mau punya dua pacar, waktu kakak nggak ada." ucap Satria.
"Berarti, kalau punya banyak waktu. Kakak mau punya pacar satu lagi?" ucap Tiara.
"Nggak, bukan gitu konsepnya." ucap Satria keceplosan.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
ᴄᷤʜͦɪͮᴄͥʜͣɪᷡᴋͣ
jgan bilang tuch cowok kembaran satria
2023-05-09
1
Naufal Zaidan
bikin penasaran
2023-05-08
1
Rangga Alfiano
aduuuh penasaran sama satria
jgn2 satria udh punya istri si Nunik itu hmmm bingung jd nya mlh menebak nebak
2023-05-08
1