Menerima Takdir

Tiara diam selama di perjalanan, Satria membawanya ke rumah lama untuk menunjukkan sesuatu padanya. Hampir dua jam, Tiara tidak bersuara hingga akhirnya sampai di rumah lama keluarga Satria.

Tiara hanya menatap rumah itu, diam bagai patung. Tangan Satria menarik pelan tangan Tiara, hingga akhirnya Tiara jalan masuk kedalam rumah.

"Mau minum apa?" tanya Satria, tetapi Tiara hanya diam dan duduk dengan memainkan jarinya.

"Kakak buatkan sirup saja ya." ucap Satria.

Tiara menoleh ke kanan dan kiri, menatap setiap photo. Satria menaruh gelas di atas meja tamu.

"Kamu pasti tidak pernah melihat photo kami berdua ya? itu dia photo padahal saya dan dan Almarhum. Kamu tidak sadar, melihat photo itu padahal dua orang." ucap Satria.

Tiara meminum sirup buatan Satria, menegaknya sampai habis. Satria tersenyum, saat melihat Tiara meminumnya.

"Dek, kamu masuk yuk ke kamar Esa." ajak Satria sambil mengulurkan tangannya.

Tiara menyambut uluran tangan Satria, dan Satria membawa Tiara masuk kedalam kamar Esa Satria.

"Kamu duduk ya, ini kasur dimana dia tidur. Kalau kakak kamarnya di sebelah, disini tidak ada yang dirubah selama 5 tahun, semuanya keinginan Almarhum." ucap Satria sambil membuka lemari pakaian saudara kembarnya.

Satria mengambil sebuah seragam, Tiara menatap seragam yang terlihat warna nya yang berbeda.

"Ini seragam terakhir yang dia pakai, kamu lihat ada bagian yang robek, dan darah yang sudah mengering. Seragam ini, yang membalut tubuhnya hingga menghembuskan nafas terakhir." ucap Satria dengan suara tercekat.

Tiara memegang seragam tersebut, lantas di peluknya. Air mata Tiara keluar, saat memeluk seragam loreng milik Satria Esa. Diciumnya seragam tersebut, dan Tiara melepaskan tangisannya.

"Kamu percaya kan kalau Satria kamu itu sudah tidak ada." ucap Satria.

Hiks.. hiks.. hiks..

"Kakak..!! " Tiara terisak.

"Kamu harus ikhlas, harus menerima kenyataan, kalau kekasih kamu sudah tiada." ucap Satria kembali.

"Kakak hiks.. hiks.. kamu tega pergi meninggalkan saya, hiks.. hiks.. kakak hiks.. hiks.. " ucap Tiara.

Satria menarik tubuh Tiara kedalam pelukannya, Tiara terus menangis hingga tubuhnya bergetar.

"Kamu harus ikhlas dan menerima kenyataan, sama seperti kami harus ikhlas walau awalnya kami juga sama tidak mau menerima kenyataan, tapi kita harus menerimanya." ucap Satria.

****

Satria melihat Tiara masih tertidur lelap, setelah capek menangis. Terlihat Tiara masih memeluk seragam milik Almarhum.

Satria berjalan ke arah jendela ruang keluarga, menatap pepohonan yang daunnya melambai kesana kemari.

"Kak." panggil Tiara.

Satria menoleh ke arah Tiara, gadis itu tetap berdiri di depan kamar. Satria pun berjalan mendekat ke arah Tiara.

"Ada apa?" tanya satria.

"Saya ingin ke makam Kak Satria Esa." jawab Tiara.

"Iya nanti kakak antar, sekarang Kakak siap - siap." ucap Satria.

Tiara hanya diam duduk di sofa keluarga, sedangkan Satria tengah bersiap - siap di dalam kamarnya. Satria pun telah siap, kini mereka berdua menuju ke mobil.

***

"Dek, kalau kamu tahu. Saat jenazah Almarhum datang, kami shock saat itu. Ibu pingsan berkali-kali, saat peti nya di buka. Memang itu Satria Esa, semua bukti barang - barang miliknya juga." ucap Satria.

"Buku Diary itu, ada dalam tas nya. Pasti kamu sudah baca? itu semua isi hati dia menceritakan tentang kamu." ucap Satria kembali.

Tiara hanya diam dan terus menatap ke samping kaca, sedangkan Satria menatap serius ke depan sambil mengemudikan mobilnya.

Mobil pun sampai di area pemakaman, Satria menggandeng tangan Tiara. Langkah kaki Tiara begitu sangat berat, saat akan sampai di area pemakaman kekasihnya.

Tiara memegang erat tangan Satria, saat dirinya menatap makam kekasih yang telah lama dinanti.

"Itu adalah asli makam dia, kami buat apa bohong." ucap Satria.

Tiara lantas terduduk di tanah, sambil memegang pusara tersebut lantas memeluknya dengan mata berkaca- kaca.

"Ternyata perpisahan itu, mengantarkan kakak untuk pergi keabadian, kita tidak lagi saling bertemu. Rasa berat itu, ternyata perpisahan untuk waktu yang lama." ucap Tiara sambil terisak.

"Rindu yang saya rasakan, memang rindu yang tidak berujung. Sekarang kakak sudah bahagia disana, dengan membawa cinta sejati kakak. Saya selalu menunggu kakak di jembatan Merah, tapi ternyata menunggu yang tidak berujung." ucap Tiara kembali.

Satria memegang nisan makam saudara kembarnya, di rabanya tulisan nama Almarhum.

"Esa, janji saya akan menjaga kekasih kamu. Ijinkan saya meneruskannya, mungkin akan berat bagi Tiara untuk menerima saya. Tapi saya janji, akan menjadi yang terbaik dan membahagiakannya, dan membawa keluar dari kesedihan ini." ucap Satria.

"Semoga kamu mendapatkan tempat terindah disana, saya akan melanjutkan dengan menikahi Tiara." ucap Satria.

Tiara terisak dengan mencium nisan dan memeluknya, Satria mengusap punggung Tiara.

"Suatu saat semoga kita di pertemukan lagi, di waktu yang berbeda. Saya akan melanjutkan perjuangan kamu, dengan cara saya mencintainya."

Tiara menoleh ke arah Satria dengan mata berkaca - kaca, Tiara lantas memeluk tubuh Satria di depan makam Satria Esa.

"Tolong jangan paksa saya untuk mencintai kakak hiks.. hiks.. "

"Iya, kakak tidak akan paksa kamu. Tapi kakak akan melanjutkan, untuk menjaga kamu dengan menjadi kekasih untuk masa depan." ucap Satria.

****

"Kok makannya tidak di habiskan?" tanya Satria melihat masih ada sisa di piring Tiara.

"Masih kenyang." jawab Tiara.

"Kakak senang, kamu sudah mulai bicara, kakak senang kamu sudah bisa menerima." ucap Satria.

"Dia cinta pertama saya, cinta yang membawa sampai mati. Kak Satria pun juga sama, berharap kita akan terus bersama hingga keabadian, tapi dia lebih dulu pergi disaat kami sedang sayang - sayangnya, dan ternyata ada yang lebih saya dari saya." ucap Tiara dengan mata berkaca - kaca.

"Dia itu orang yang banyak senyum, tidak pernah menunjukkan kondisi dia bagaimana, dia selalu menepati janji. Tapi tiba - tiba janji dia tidak di tepati, janji yang selalu membuat saya menunggu, ternyata dia sudah bahagia disana. Di tempat yang yang indah, dan saya merasakan itu, dia dengan wajah yang cerah, bau yang harum saat datang dalam mimpi. Saya yakin, dia seperti ada di dalam mimpi." ucap Tiara.

"Saya akan melanjutkan perjuangan Almarhum, saya akan menjaga kamu hingga kedua mata ini tertutup."

.

.

Terpopuler

Comments

Murni Zain

Murni Zain

Bagus' Tiara buka hati untuk hidup lebih baik..ttp doakan bang satria 🤲🏼🥺 dn mulai dgn lembaran baru 💪🏼☺️

2023-05-13

1

NauraHaikal

NauraHaikal

lanjut mb' say🥰🥰

2023-05-13

1

Grafity_ky

Grafity_ky

sem0ga tiara bahagia lg,rindu si rindu tapi rindu ada khusus didlm hatinya buat satria esa😥☺️lanjut kak

2023-05-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!