Satria berjalan di jembatan Merah, jembatan dimana penuh dengan cerita. Satria menatap ke bawah arus sungai yang sangat deras, namun saat sedang berdiri di jembatan Merah, Satria melihat Tiara yang sedang berdiri di jembatan Merah.
Satria berjalan mendekat, dan Tiara tersenyum, saat melihat Satria berjalan mendekat.
"Saya tahu, kakak pasti akan datang kesini. Karena Kakak juga kangen jembatan ini kan?" ucap Tiara.
"Iya, jembatan Merah yang penuh cerita." ucap Satria.
"Tempat ini, entah kenapa ya Kak, seperti enak banget gitu. Views nya yang bagus, lihat pemandangan ke bawah, samping kanan kiri sungai, pohon - pohon kecil yang tumbuh subur, bebatuan yang berada di tepi sungai bahkan kita bisa melihat gunung dari kota Z, kalau cuacanya cerah." ucap Tiara.
"Seberapa besar cinta kamu, pada seorang Satria?" tanya Satria.
"Cinta saya, tidak bisa di ukur kak. Kakak harus tahu, sekarang wajah saya bisa tersenyum kembali. Karena apa? karena kakak datang, saya bisa memegang kakak. Tidak hanya suara, tapi fisik kakak juga." jawab Tiara.
"Saya beruntung bisa kenal kamu dek, pantas Ibu sama Ayah suka sama kamu, memang kamu itu pilihan yang tepat."
"Kak, setelah menikah. Saya akan ikut kemana kakak pergi, saya tidak ingin seperti kemarin, saya takut hubungan jarak jauh lagi."
"Iya, maafkan kakak ya." ucap Satria.
****
"Tiara, kamu nanti rencana mau undang berapa orang?" tanya Bunda Lidia.
"Saya tidak banyak Bunda, hanya teman dekat saja. Paling sekitar 100 orang, kalau Ayah sama Bunda?" jawab Tiara kembali bertanya.
"Yah, kita undang berapa, jadi 300 orang?" tanya Bunda Lidia.
"Ya sekitar segitu, untuk WO yang kemarin saja saat tunangan, itu bagus loh." ucap Pak Agus.
"Iya tuh, make up nya juga bagus. Nggak luntur kena keringat, suka banget. " ucap Tiara.
"Yaudah, nanti Bunda besok kesana. Nanti kamu pilih kebaya pengantin buat akad sama resepsi."
"Siap Bunda, nanti sama Kak Satria."
"Dia nggak sibuk?"
"Mudah - mudah an saja bisa, pulang Dinas kesini. Kan tutup sampai malam kan? bisa lah kak Satria ikut, Bunda buat janji saja dulu."
"Bunda chat dulu ya." ucap Bunda Lidia.
****
"Dek, kamu sudah siap semuanya?" tanya Satria saat berada di rumah Tiara, selepas Dinas Satria langsung ke rumahnya.
"Ini Kak, oh ya kita ke WO kak. Sambil pilih dekor, tema pernikahan kita seperti apa konsepnya, sama nanti kita kan photo prewedding gitu." ucap Tiara.
"Iya, adek atur saja." ucap Satria.
Ponsel Satria terus berdering, Satria lantas menonaktifkan ponselnya, Tiara menatap ponsel yang di letakkan kembali oleh Satria.
"Kakak kenapa di matikan?"tanya Tiara.
" Nggak apa - apa, nggak penting." jawab Satria.
Tiara hanya tersenyum kecut, lantas melanjutkan memeriksa berkas, untuk pengajuan nikahnya.
***
"Kak, kebayanya cocok kan?" tanya Tiara sambil memperlihatkan dirinya memakai kebaya putih untuk prosesi akad nikah nanti.
"Iya cocok." ucap Satria.
Ponsel Satria kembali berdering, Satria langsung beranjak bangun, dan pergi ke luar. Tiara menatap curiga, saat Satria menjauh saat menerima telepon.
Tiara mengikuti Satria, dari balik pintu Tiara memperhatikan gelagat Satria, lalu Tiara berjalan mendekat.
"Iya sabar, tunggu waktu yang tepat. Sekarang saya sibuk, kamu tolong mengerti."
"Kak." panggil Tiara, Satria langsung mematikan ponselnya dan memasukkan ke dalam saku celananya.
"Dek, itu bagus kok. Tinggal buat resepsinya, yuk Kakak bantu pilih." ucap Satria.
"Iya." ucap Tiara.
**
"Ini saja Dek, cantik kamu pakai ini." ucap Satria.
"Wah betul kata Satria, ini kelihatan mewah." ucap Bunda Lidia.
"Benar kah? kalau begitu yang ini saja." ucap Tiara.
"Nah itu cocok, apalagi dengan dekorasi kamu pilih paket yang tadi Bunda kamu minta. Itu terlihat elegan, dan seperti dekorasi di dalam gedung. Gaun pengantin yang ini, terus buat pengantin prianya jas nya serasi." ucap Maria, pemilik WO.
"Kita ambil yang ini, ingat catat tanggalnya." ucap Bunda Lidia.
"Siap, Bunda kan langganan tetap kita. Mulai dari nikahannya ponakan Bunda, terus saudara Bunda lagi tuh, sama satunya lagi, aduh lupa ih banyak deh yang pakai jasa kita." ucap Maria.
"Sudah langganan diskon dong." ucap Bunda Lidia.
"Ampun seribu ampun, ini sudah murah kalau di WO lain yang begini hampir lebih 100 juta, ini sih buat langganan 100 juta itu, sudah sama Catering, yang lain mah belum tentu."
"Iya deh percaya." ucap Bunda Lidia tersenyum.
****
"Bunda duluan turun ya." ucap Bunda Lidia, turun dari mobil Satria.
"Dek, kok kamu belum turun?" tanya Satria.
Tiara memiringkan tubuhnya, lantas menarik tengkuk leher Satria. Sebuah ciuman Tiara daratkan, Satria membelalak kedua matanya, saat Tiara mencium bibir nya.
Satria diam tidak membalas, kedua tangannya mengepal. Tiara membuka kedua matanya, lantas menjauh dari tubuh Satria.
Satria membenarkan posisi duduknya, dia hanya diam sambil memegang setir mobil. Tiara menatap lurus ke depan, tanpa sepatah katapun.
"Saya itu tulus mencintai kakak, selama ini saya tetap bertahan. Saya memberikan kesempatan untuk kakak, sebelum semuanya terlambat." ucap Tiara.
"Kakak juga mencintai kamu." ucap Satria.
"Benarkah?" tanya Tiara sambil menoleh.
"Kenapa? kok jadi ragu." ucap Satria.
"Walau sikap kakak seperti ini, kakak itu tidak mengkhianati kamu."
"Hati - hati kak di jalannya." ucap Tiara membuka pintu mobil, namun ditarik kembali oleh Satria.
Pintu mobil kembali tertutup, kini Satria berada tepat di depan Tiara. Wajah keduanya sangat dekat, hingga hembusan nafas Satria menerpa wajah Tiara.
"Kita sudah berjanji, untuk tetap saling percaya. Kita jalanin selama 5 tahun, kita tetap berusaha untuk tetap saling berkomunikasi. Kakak memang salah, selalu membuat kamu di bohongi. Tapi hati ini tetap milik kamu, dan kamu tetep milik kakak. Apa kamu tidak cukup percaya, dengan kita menikah? asal kamu tahu, pernikahan tidak untuk main - main." ucap Satria.
"Maafkan saya, kalau saya memiliki sikap curiga." ucap Tiara.
Satria mencium bibir Tiara, ada rasa getaran dalam tubuh Satria. Tiara memejamkan kedua matanya, saat merasakan bibir Satria menyentuhnya. Keduanya saling berciuman, tangan Tiara dan Satria saling menggenggam erat, saat bibir mereka masih saling bersentuhan.
****
Satria berdiri di jembatan Merah, mobilnya terparkir di tepi jalan, dengan menatap derasnya aliran sungai.
"Saya akan menjaganya, maafkan saya untuk hati yang saya lukai. Keputusan yang telah saya ambil, memang akan menyakitkan kamu."
Satria lantas masuk kembali ke dalam mobil, dan meninggal Jembatan Merah.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
ᴄᷤʜͦɪͮᴄͥʜͣɪᷡᴋͣ
pasti ada wanita lain
2023-05-09
1
Nabil abshor
masih menunggu,,,, terpantau,,
2023-05-06
1
MissHaluuu ❤🔚 "NingFitri"
dia bkn satria 😭
2023-05-06
1