Bab 20
Hafsah pergi ke toko perlengkapan sekolah bersama Azizah untuk membeli keperluan untuk madrasah. Selain sebagai guru, dia juga merangkap sebagai pengatur anggaran untuk semua kebutuhan tempatnya mengajar.
"Apa semua sudah dibeli?" tanya Azizah saat melihat Hafsah memeriksa catatannya.
"Alhamdulillah, sudah semua terbeli," jawab Hafsah senang.
Buku belajar membaca Alquran, buku cerita islami, spidol, penghapus papan bor, dan buku agenda untuk para murid dan guru. Meski biaya yang dikeluarkan tidak sesuai dengan budget dan Hafsah harus menutupinya dengan uang pribadi, tidak masalah bagi dia. Dengan niat bersedekah mengharapkan ridho dan pahala di sisi Allah, sudah membuatnya senang.
"Kamu itu kerja bukannya dapat duit ini malah mengeluarkan duit untuk keperluan belajar mengajar," gerutu Azizah sambil menggelengkan kepala.
"Segala sesuatu harus diniatkan karena Allah, maka semuanya akan terasa mudah. Rezeki aku dan Bang Ali lancar dan berkecukupan. Jadi, ketika aku tidak mendapatkan gaji dari mengajari anak-anak, itu bukan sesuatu yang menyulitkan," balas Hafsah.
Setelah selesai berbelanja, kedua orang itu pun mendatangi sebuah masjid agung yang sering mengadakan pengajian bulanan. Kegiatan dimulai pukul 10:00 sampai masuk waktu Zuhur. Biasanya akan banyak jemaah dari berbagai daerah.
Hafsah melihat ada seorang kakek-kakek dan nenek-nenek hendak menyebrang ke arah masjid. Mereka kesulitan akan menyeberang karena banyak motor yang lewat. Lalu, dia pun berlari keluar area masjid. Ternyata Hafsah sengaja membantu kedua orang manula itu untuk menyeberang.
"Terima kasih, Nak," ucap si kakek dengan tatap berbinar meski netranya mulai meredup cahayannya.
"Sama-sama, Kek. Apa ada yang bisa saya bantu kembali?" tanya Hafsah dengan suaranya yang lembut.
Kini mereka sudah berada di pelataran masjid. Hafsah dan Azizah membantu mereka duduk.
"Tidak, terima kasih. Kalau boleh tahu siapa namamu, Nak?" tanya laki-laki tua itu sambil tersenyum.
Meski Hafsah menggunakan niqob tapi kedua orang tua itu tahu kalau dirinya juga membalas senyum mereka. Bentuk mata perempuan itu menyipit dan pancaran matanya membuat mereka tenang.
"Hafsah," jawab istri dari Ali.
"Kalau Kakek dan Nenek, siapa namanya?" tanya Hafsah balik.
Hafsah dan Azizah membantu kedua manula itu membuka sandal mereka. Lalu, memasukan ke dalam kantong keresek agar bisa disimpan di dalam tas mereka.
"Kakek namanya Qomar dan Nenek namanya Maesaroh," jawab laki-laki tua itu.
Hafsah dan Azizah pun tersenyum membalas senyuman wanita tua itu. Sejak tadi wanita itu tidak bicara hanya tersenyum saja.
***
Hafsah menyambut kepulangan Ali di depan rumah. Dia mencium tangan suaminya dengan takdzim dan Ali pun membalas dengan mencium kening dan memeluk mesra sang istri.
Terlihat Ruqoyah menatap mereka dengan kesal. Dari hari ke hari anak dan menantunya itu semakin terlihat mesra. Hafsah dulu yang selalu terlihat malu-malu, kini terlihat agresif. Begitu juga dengan Ali yang sama banyak berubah. Dia lebih suka melakukan hal-hal romantis meski di depan orang lain. Bahkan tiap malam terlihat menggoda istrinya setelah selesai makan malam.
'Percuma tiap malam bercinta kalau wanitanya mandul, tidak akan bisa hamil,' batin Ruqoyah sambil menatap kedua sejoli yang sedang naik tangga sambil saling merangkul.
"Bagaimana caranya agar Ali dan Sarah lebih sering bersama?" gumam Ruqoyah bermonolog.
Wanita paruh baya itu duduk di sofa sambil berpikir keras. Dia menginginkan cucu dan juga bisa hidup dengan bergelimang harta. Ruqoyah lupa dengan cara hidup sederhana yang selalu diajarkan oleh Said, mendiang suaminya. Dia jadi gelap mata akan harta setelah pergaulannya dengan para sosialita. Awalnya dia masuk ke grup itu karena punya teman yang bernama Ana. Lalu dia dikenalkan kepada arisan grup Bu Joko. Mulai dari sanalah dia ingin dilihat sebagai orang yang berada dan mampu setara dengan orang-orang itu.
Kali ini Ruqoyah akan semakin banyak mengenal kaum golongan atas karena sudah bergaul dengan Sarah. Tempo hari saat dia makan di restoran bersana Sarah, dia bertemu dengan beberapa orang wanita dari keluarga terpandang negara ini. Mereka sangat menghormati dirinya karena perempuan itu mengenalkan sebagai calon mertuanya. Betapa bahagia dia saat para nyonya dari kalangan atas memperlakukan dirinya dengan sangat baik.
"Bu, ngapain melamun begitu?" tanya Alika tiba-tiba membuyarkan imajinasi indah yang sedang dibangun oleh Ruqoyah.
"Kamu itu bisanya mengagetkan ibu saja!" jawab Ruqoyah dengan nada kesal.
Alika tertawa terkekeh melihat ekspresi wajah ibunya. Dia lupa kalau tadi mau meminta izin untuk pergi ke rumah Niken.
"Mau ke mana kamu pakai baju bagus begitu? Wangi lagi," tanya Ruqoyah tanpa curiga.
"Aku mau ke rumah Niken, Bu. Ada tugas dadakan dari dosen," jawab Alika berbohong.
Sebenarnya gadis itu ada acara kencan dengan Om Haris. Ada acara pembukaan cabang restoran milik teman baiknya. Dia diajak karena laki-laki itu tidak punya pasangan untuk diajak ke acara itu. Om Haris adalah duda beranak tiga dari hasil pernikahan dia yang tiga kali gagal.
Alika yang memiliki paras cantik dan bentuk tubuh yang aduhai semok, membuat Om Haris menyukainya.
Setelah mendapat izin dari ibunya, Alika buru-buru pergi sebelum ketahuan oleh Ali. Setelah kejadian kemarin itu, kakaknya selalu saja melarang dia ke luar rumah jika sudah Magrib.
Sementara itu, Ali sudah selesai mandi dan Hafsah juga sudah menyiapkan baju ganti untuk pergi ke masjid. Laki-laki itu bukannya segera berpakaian, dia malah memberikan ciuman-ciuman nakal di wajah sang istri.
"Sudah, Bang. Sebentar lagi adzan Magrib, harus segera pergi ke masjid," titah Hafsah dan Ali pun melepaskan istrinya.
Ketika Ali akan pergi ke masjid, dia melihat Alika yang buru-buru naik ojek online pesanannya.Tentu saja ini membuatnya marah karena sudah melawan kata-katanya untuk tidak pergi setelah sore hari.
'Kenapa dia berani melawan omongan aku?' batin Ali
***
Apakah Ali bisa menjadi pemimpin bagi keluarganya menuju kebaikan atau dia menyerah? Ikuti terus kisah mereka, ya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Sri Puryani
semoga alikah hamil biar tau rasa
2025-01-13
1
Muhamad Bardi
biarin aja ali adik kamu tuh belum dapat karmanya makanya ngeyel dibilanginnya, nanti kalau udah ada yang ngelabrak baru tau rasa dia🤣🤣🤣
2023-05-12
3
😘Mrs. Hen😘
biarin aja Alika...kalo ada apa apa dengan dia biar tahu rasa...dibilangin ngeyel.. bandel...
2023-05-12
3