Bab 9
Hari libur ini Ali ingin mengajak Hafsah untuk jalan-jalan ke taman kota sambil olahraga pagi. Setelah sebelum sholat Subuh wanita itu sudah selesai memasak untuk sarapan dan mencuci. Dia tidak mau kalau sampai ibu mertua dan adik iparnya mengomeli dirinya karena pergi tanpa menyediakan sarapan untuk mereka.
Hafsah tidak neko-neko, diajak jalan ke taman berdua saja sudah membuatnya senang. Dia tipe perempuan yang sayang kalau menghambur-hamburkan uang hanya untuk pergi bermain berdua, kecuali jika pergi bersama-sama dengan keluarga besar. Bagi wanita itu hanya berada di sisi suaminya sudah membuat dia bahagia.
Pasangan suami istri itu berjalan sambil saling merangkul. Jika ada banyak orang Hafsah lebih suka saling menggandeng tangan, karena dia malu jika pusat perhatian orang banyak.
"Sayang, kamu mau makan sarapan apa?" tanya Ali.
"Nasi kuning saja," jawab Hafsah saat melihat sebuah gerobak yang tidak ada pembeli dan pedagangnya sedang duduk sendiri.
Ali melihat ke arah pandangan istrinya. Dia melihat ada seorang kakek-kakek sedang duduk di depan gerobaknya. Lalu, laki-laki pun menggandeng Hafsah menuju ke tempat itu.
"Kek, beli dua nasi kuning paket kumplit, ya!" pinta Ali kepada pedagang nasi kuning.
"Siap, Pak! Silakan duduk!" Kakek-kakek itu dengan cekatan melayani pesanan Ali.
"Berapa harga satu porsinya, Kek?" tanya Ali.
"Sepuluh ribu, Pak," jawab si Kakek. Lalu, Ali menyerahkan selembar uang warna biru.
Hafsah tersenyum saat suaminya tersenyum kepadanya. Kedua tangan mereka masih saling terpaut. Mereka duduk berdampingan memunggungi jalan dan menghadap dinding terpal penutup yang dipasang pedagang.
"Sayang, bulan depan akan diadakan liburan tiga hari tiga malam di kantor. Katanya akan pergi ke puncak. Apa kita akan ikut?" tanya Ali baru saja teringat obrolan kemarin sore bersama rekan-rekan kerjanya.
"Aku akan ikut pilihan Abang saja. Kalau Abang ingin liburan bersama teman-teman kantor, aku juga akan ikut. Namun, jika Abang tidak mau ikut, kita pergi liburan sekeluarga saja," jawab Hafsah.
Biasanya mereka selalu ikut kegiatan itu, tetapi sekarang ada Ruqoyah dan Alika. Pastinya mereka ingin ikut liburan juga. Banyak yang membawa semua keluarga, tetapi ada biaya sendiri jika ingin menambah kamar. Pihak kantor hanya memberikan satu kamar untuk satu orang karyawannya.
"Ibu dan Alika pasti ingin ikut juga," gumam Ali. Dia tahu benar sifat ibu dan adiknya ini. Mana mau ditinggal di rumah sedangkan mereka tahu kalau dia dan istrinya akan pergi liburan.
"Kalau ibu dan Alika ikut, Abang harus menyediakan akomodasi untuk mereka, karena kantor membatasi jatah setiap karyawannya," kata Ali.
"Itu bisa dibicarakan dengan ibu, karena semua uang sekarang ibu yang pegang," tukas Hafsah.
Keduanya pun menikmati nasi kuning yang masih panas dan membuat napsu makan Hafsah naik. Wanita itu menghabiskan semuanya tanpa sisa. Ini membuat Ali senang, dia sering melihat istrinya selalu menahan diri untuk tidak makan banyak saat di rumah. Padahal dia selalu bilang untuk makan yang banyak.
Ali tidak tahu kalau Ruqoyah selalu menyindir Hafsah jika terlihat makan banyak. Jika dia sampai nambah, maka jatah makan selanjutnya akan dikurangi, bahkan kadang tidak dijatah lauknya dan hanya makan nasi saja dicampur garam dan bawang goreng.
Hafsah tidak pernah mengadukan perbuatan Ruqoyah jika tidak ditanya oleh Ali karena ibunya itu suka playing victim. Dia baru melakukan pembelaan dirinya, kecuali kalau itu memang kesalahannya dia akan meminta maaf. Wanita itu tidak mau kalau sampai dibenci oleh suaminya karena sesuatu yang tidak pernah dia lakukan.
"Pak, ini kembaliannya!" teriak kakek penjual nasi kuning ketika melihat Ali dan Hafsah pergi. Laki-laki tua itu mengejar Ali.
"Itu untuk Bapak saja. Terima kasih, nasi kuningnya enak! Semoga laris manis jualannya, Kek," balas Ali.
"Alhamdulillah. Semoga Allah memberikan ganti yang lebih banyak dan mengabulkan hajat Bapak dan Ibu," kata Kakek itu dengan mata berkaca-kaca.
"Aamiin," balas Ali dan Hafsah bersamaan.
Keduanya berjalan mengelilingi kompleks taman kota sambil membicarakan apa saja yang menurut mereka seru.
"Ali!" Terdengar panggilan dari seorang perempuan.
Saat Ali dan Hafsah melihat ke arah belakang terlihat ada Sarah yang menggunakan setelan baju olahraga. Wanita itu menggunakan baju yang pres dibadannya, sehingga memperlihatkan semua bentuk tubuhnya. Ali pun langsung menundukkan pandangannya.
"Ada apa Sarah?" tanya Hafsah saat melihat gerak tubuh suaminya yang merasa tidak nyaman.
"Aku memanggil kamu, Ali. Kenapa tidak menyahut panggilan aku," balas Sarah mengabaikan keberadaan Hafsah.
Ali sengaja semakin merapatkan tubuh Hafsah kepadanya. Dia berharap wanita di depannya ini sadar kalau ada istrinya di sana.
"Ada apa Sarah?" tanya Ali mengulang pertanyaan sang istri.
"Kamu tinggal di daerah sini?" tanya Sarah pura-pura tidak tahu, padahal dia sudah menyuruh orang untuk mencari di mana rumah Ali.
Ruqoyah yang sedang jalan-jalan bersama Alika melihat Ali sedang bicara dengan perempuan yang berpenampilan seksi dengan pakaian bermerk terkenal di dunia.
"Siapa itu yang bicara dengan Kakak?" tanya Alika.
"Yuk, kita samperin!" ajak Ruqoyah.
Ibu dan adiknya Ali pun sudah sampai di mana ada tiga orang sedang berdiri dengan suasana kaku dan canggung. Ruqoyah melihat Sarah dari atas sampai ke bawah. Tercium wangi parfum mahal.
"Bu, siapa wanita kaya ini?" tanya Alika berbisik.
"Tidak tahu," balas Ruqoyah.
Sarah melihat ke arah Ruqoyah dan Alika. Lalu dia tersenyum, karena dia mengetahui kalau mereka adalah ibu dan adik dari laki-laki yang dia sukai. Maka dia pun akan mencuri hati keduanya agar menyukainya bahkan mendukung hubungannya dengan Ali nanti.
"Ibu, kenalkan saya Sarah, temannya Ali saat masih sekolah dulu," kata Sarah sambil mencium tangan Ruqoyah lalu memeluknya.
"Oh, temannya Ali," balas Ruqoyah sambil tersenyum ramah.
"Ajak ke rumah, dong! Jangan di jalanan seperti ini, nanti mengganggu orang lain," kata Ruqoyah kepada Ali.
Ruqoyah melihat ada kecemburuan di mata Hafsah. Dia merasa sangat senang dan menduga kalau Sarah adalah wanita spesial di masa lalu putranya.
Kini Sarah sudah berada di rumah Ali. Rumah sederhana dengan dua lantai, mempunyai halaman yang cukup luas dengan banyak ditumbuhi oleh pepohonan. Entah kenapa dia merasa sangat nyaman saat datang ke rumah ini.
"Hafsah ambilkan minuman dan kue-kue, dong! Masa ada tamu tidak disuguhi apa-apa. Kamu itu tidak bisa menjadi tuan rumah yang baik," sindir Ruqyah yang membuat hati Hafsah tersentil dan sakit hati karena ibu mertuanya sedang merendahkan dirinya di hadapan perempuan yang pernah hadir di hidup suaminya di masa lalu.
Sarah menutup mulutnya. Dia sekarang tahu kalau Hafsah tidak disukai oleh ibu mertuanya.
'Ini kesempatan! Kesempatan emas, maka aku tidak boleh melewatkan ini. Aku harus mendapatkan dukungan dari ibunya Ali agar aku bisa mendapatkan Ali,' batin Sarah bersorak gembira.
***
Apakah Sarah akan mendapatkan dukungan dari Ruqoyah? Bagaimana Hafsah menghadapi calon pelakor? Ikuti terus kisah mereka, ya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Muhamad Bardi
soang betina ketemu nenek lampir udah deh ini mah celaka dua belas siap" hafsah telingamu bakal panas yang sabar ya hafsah..
2023-05-08
2
Nurlaela
jelas donk dapat dukungan dari ibu mertua, bahkan mertua semakin di depan, wow apalagi melihat tampilan dan mencium parfum mahal wiiih calon mantu idaman, dasar ibu ngank lihat anak sudah beristri, kenapa cuma 1 bab up nya🙃
2023-05-08
3
sefti bella
lanjut
2023-05-08
3