Bab 18
Hafsah merasa pipinya pedas dan telinganya berdengung akibat dari tamparan Ruqoyah. Meski tidak sampai menangis, tapi mata dia berkaca-kaca. Untung saja Ali langsung melindunginya dengan memeluk tubuh ringkih itu.
"Ibu, kalau ada masalah bicarakan dengan baik-baik. Tidak perlu pakai kekerasan seperti ini. Aku tidak mau lagi ibu memukul, menampar, atau kekerasan fisik kepada istriku," kata Ali dengan lirih. Hati dia ikut sakit saat melihat wanita yang dihormati olehnya sudah menampar perempuan yang dia cintai.
"Dia memang pantas untuk mendapatkan itu!" hardik Ruqoyah dengan tatapan penuh amarah sampai bola matanya membulat besar.
Hafsah sendiri tidak tahu apa yang membuat ibu mertuanya sampai melakukan hal itu. Biasanya Ruqoyah akan mencaci maki dirinya dan menyebutkan apa yang membuatnya jadi marah.
"Tenangkan hati dulu, Bu. Istighfar!" titah Ali kepada ibunya.
"Kita bicara di bawah," lanjut Ali dan membawa Hafsah yang masih dalam pelukannya.
Kini mereka berempat sudah berkumpul di ruang depan. Meski waktu sudah menunjukkan pukul 22:05 mereka tetap merasa ngantuk. Hafsah duduk di samping Ali sedangkan Ruqoyah dan Alika duduk di sofa yang berhadapan dengan mereka hanya terhalang oleh meja.
"Coba Ibu jelaskan kenapa tadi sampai menampar istriku," kata Ali dengan sengaja mengganti panggilan Hafsah dengan mengucapkan kata "istriku" dengan terus menerus agar ibu dan adiknya sadar kalau perempuan itu adalah bagian dari dirinya.
"Istri kamu itu sudah memfitnah adikmu!" Ruqoyah berkata dengan sengit membalas ucapan putranya.
Hafsah langsung melirik ke arah Alika, karena dia merasa tidak mengatakan apa-apa yang akan membuat Alika atau Ruqoyah marah dan sakit hati. Dia juga tidak mengatakan apa pun kepada orang lain tentang kejadian siang tadi.
"Fitnah apa yang sudah disebarkan oleh istriku tentang kamu Alika?" tanya Ali kepada adiknya dengan tatapan penuh selidik untuk mencari tahu apa adiknya jujur atau bohong.
Alika menunduk ditatap tajam begitu oleh kakaknya. Namun, dia juga tidak bisa diam kalau tidak mau nama baiknya tercoreng.
"Tadi saat aku dan teman kampusku makan siang bertemu dengan Mbak Hafsah. Dan sepertinya Mbak sudah salah paham kepadaku dan teman aku itu," jawab Alika memulai kebohongannya.
Hafsah mengerutkan kening lalu melirik ke arah Ali. Begitu juga dengan laki-laki itu kini mengalihkan perhatiannya kepada sang istri. Hafsah menggelengkan kepala dengan pelan dan Ali pun menggenggam tangan wanita itu.
Ruqoyah yang melihat itu hanya bisa menarik napas menahan amarahnya. Matanya yang terus melotot ke arah pasangan suami istri nyaris tidak berkedip dalam waktu yang cukup lama.
"Mbak Hafsah sudah menyuruh teman aku itu untuk datang ke rumah jika benar-benar mau menjalin hubungan. Padahal kita hanya temanan saja. Dia tadi mentraktir aku makan siang sebagai ucapan terima kasih karena sudah membantu mengerjakan tugas dari dosen," lanjut Alika masih dengan kebohongannya.
"Lalu di mana letak fitnahnya yang dilayangkan kepada kamu?" tanya Ali masih dengan tatapan penuh selidik kepada Alika.
"Romi itu disuruh Mbak Hafsah untuk menghalalkan hubungannya dengan aku. Sementara kita berdua tidak punya hubungan apa-apa. Saling suka pun tidak, lalu kenapa Mbak Hafsah malah menyuruh Romi untuk datang ke rumah untuk menemui Kakak. Tentu saja dia tidak terima dan marah sama aku karena disangka sudah menjebaknya dan bekerja sama dengan Mbak Hafsah agar dia menikahi aku. Aku sakit hati dituduh sudah menjebak dia karena menginginkan harta miliknya," aku Alika sambil menangis.
"Dasar wanita mandul tidak tahu diri! Kamu sudah membuat nama baik Alika tercoreng!" hardik Ruqoyah dengan keras dan terdengar sampai ke luar rumah.
Dalam hati Alika merasa sangat senang karena ibunya percaya dengan cerita karangannya. Wanita yang sudah mengandung dan melahirkan dirinya juga selalu mendukung dirinya.
"Kok, jadi begitu ceritanya. Bukannya kamu sendiri yang bilang kalau kamu dan Romi pacaran. Lalu, aku tanya sama Romi apa benar-benar serius dan berkomitmen dalam hubungan mereka. Kalau serius aku suruh untuk datang ke rumah untuk menemui Abang dan Ibu, agar mendapatkan restu," jelas Hafsah sambil melirik kepada Ali dan Ruqoyah secara bergiliran.
Alika tidak berani menatap balik Ali, karena dia takut sama kakaknya. Laki-laki itu jarang marah, tetapi sekalinya marah sangat menyeramkan.
"Hei, wanita kampung! Kamu jangan mengarang cerita untuk melakukan pembelaan terhadap dirimu. Jangan karena melihat Alika sedang berduaan dengan seorang laki-laki, maka mereka harus dinikahkan," tukas Ruqoyah sambil menunjuk ke arah Hafsah.
Istrinya Ali beristighfar dalam hatinya karena hinaan dan tuduhan dari ibu mertua dan adik iparnya. Tidak terbesit sedikit pun dalam hati dan pikirannya untuk memfitnah Alika atau membuat masalah untuknya.
"Sudah kakak bilang berulang kali kepadamu, jaga jarak pertemanan dengan laki-laki. Agar kamu bisa menjaga diri. Jika kamu pergi hanya berduaan dengan laki-laki, maka orang lain akan berpikir kamu dan dia punya hubungan yang spesial," ucap Ali dengan nada kesal karena adiknya sulit dinasehati.
Ali pun menyuruh semuanya untuk pergi tidur karena sudah tengah malam. Dia harus mencari tahu siapa saja teman-temannya Alika.
***
"Bang," Hafsah memanggil Ali dengan pelan.
"Ya," balas Ali sambil membaringkan tubuhnya.
"Sebenarnya ada yang mau aku bicarakan tentang Alika beberapa hari yang lalu, tetapi aku belum mengatakan sama Abang karena aku sendiri merasa tidak yakin," ucap Hafsah yang masih duduk di atas kasur.
Merasa ini pembicaraan penting maka Ali pun kembali duduk saling berhadapan dengan istrinya. Keduanya saling menatap satu sama lain. Ali melihat ada keresahan dari sorot mata Hafsah.
"Katakan saja semuanya," pungkas Ali.
Hafsah pun membuka handphone miliknya dan memperlihatkan beberapa foto Alika yang dikirim oleh Azizah kepada beberapa hari yang lalu. Lalu foto yang sedang berciuman dengan Romi dan juga video yang sempat diambil oleh temannya itu untuk menjadi barang bukti.
Terlihat raut muka Ali merubah menahan amarah. Terlihat jelas apa yang sedang dirasakan olehnya. Video berdurasi sekitar tiga belas menit itu memperlihatkan kejadian yang sebenarnya terjadi tadi siang.
"Abang jangan langsung marah kepada Alika. Nasehati dia dengan baik-baik, karena dia saat ini sedang dalam masa pemberontakan. Dia pasti akan melawan dan bersikap semaunya sendiri. Jangan sampai keadaan dia malah semakin kacau karena mendapatkan kekerasan didikan Abang," tutur Hafsah.
Bagaimanapun juga Alika sekarang adalah tanggung jawab Ali. Dia bertugas menjaga, mendidik, dan membiayai kehidupannya.
"Aku takut Alika jatuh ke dalam pergaulan yang tidak benar," lanjut Hafsah.
Bukan lagi rahasia kalau ada beberapa mahasiswi yang menawarkan dirinya kepada laki-laki hidung belang untuk mendapatkan uang yang banyak. Banyak macam alasan kenapa mereka melakukan hal itu.
"Bagaimana caranya agar abang bisa menjaga Alika? Perasaan Abang sering sekali memberinya nasehat dan selalu mengingatkan dirinya agar bisa menjaga diri. Kalau melihat kelakuan dia di foto dan video ini, abang merasa sudah gagal dalam mendidik dan menjaga Alika," ucap Ali dengan mata berkaca-kaca.
***
Apakah Alika akan berhenti memberikan jasa kencan untuk para lelaki hidung belang? ikuti terus kisah mereka, ya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Nurlaela
paling berhenti kalau sudah hamil tuh kan sama om Bimo ya, sudah melakukan ons, walau dalam keadaan tak sadarkan diri, fitnahanmu itu Alika akan jadi bumerang untuk kamu, apalagi sampe hamil nanti...
2023-05-11
1
Muhamad Bardi
untuk sekarang alika ga bakalan bisa berubah orang turunan nenek lampir sih, alika tobatnya mungkin nanti kalau dia hamil terus ga da yang ngaku anaknya, soalnya mau ditaruh dimana tuh muka mau dikantongin ga bakalan muat..🤣🤣🤣
2023-05-11
3
Syarifah
lanjutttt tambah seru
2023-05-10
3