Bab 12
Ruqoyah memamerkan baju dan tas yang dia dapat dari Sarah kepada ibu-ibu kompleks. Wanita paruh baya itu juga mengatakan kalau Sarah adalah kekasih Ali semasa sekolah.
"Jadi, mereka sudah saling kenal. Maka tidak akan butuh waktu lama untuk bersatu," kata Bu Ratna dan diiyakan oleh dua orang lainnya.
"Tidak apa-apa,kok, jika laki-laki punya dua istri," ucap Ruqoyah.
"Memangnya si Hafsah mau di madu?" tanya salah seorang tetangga.
"Dia harus mau dipoligami, kalau nggak mau … ya, cerai saja sama Ali. Dia tidak bisa memberi anak jadi harus membiarkan Ali menikah lagi dengan Sarah," jawab Ruqoyah dengan entengnya tidak memikirkan bagaimana jika Alika di posisi Hafsah.
"Benar. Anak itu sangat penting. Mereka itu generasi penerus keluarga, kalau tidak ada keturunan bagaimana saat kita tua nanti," sahut Bu Ratna dengan sombong.
"Iya, anaklah yang akan menjaga dan merawat kita saat tua nanti," balas ibu yang lainnya.
Tya, seorang tetangga yang tinggal tidak jauh dari rumah mereka merasa geram dan sakit hati. Dia membayangkan bagaimana guru anaknya akan sakit hati saat tahu suaminya mengkhianati dirinya dengan menikahi wanita lain. Sungguh dia tidak menyangka kalau Ali akan menyakiti perempuan seperti Hafsah hanya karena belum memberikan anak. Dia juga punya kakak yang belum mempunyai anak meski pernikahan mereka sudah hampir satu dekade.
'Kenapa aku menangis? Padahal bukan aku yang mengalami hal itu, tetapi kenapa sakitnya sampai seperti ini. Ya Allah, apa yang harus aku lakukan untuk Ustadzah. Wanita sebaik dia seharusnya memiliki kehidupan yang bahagia,' batin Tya.
Wanita itu sedang berbelanja ke warung Mpok Noni dan mendengar pembicaraan keempat orang itu.
"Mereka bisa bilang begitu karena tidak mengalami apa yang dialami Ustadzah Hafsah. Coba jika mereka berada di posisinya, apa akan rela untuk dipoligami oleh suami mereka itu!" ucap Mpok Noni dengan penuh rasa kesal.
Tya juga membenarkan hal itu. Pada dasarnya wanita adalah makhluk pencemburu jadi pastinya dia tidak mau kalau suaminya punya wanita lain di hatinya. Sangat langka seorang istri menyuruh suaminya untuk poligami, sementara wanita itu sudah bisa memberi semua yang diingkan seorang suami.
***
Hafsah tidak banyak bicara saat masak untuk makan malam. Bahkan saat Ruqoyah sedang membangga-banggakan Sarah kepada Alika di dapur duduk di kursi meja makan. Sementara itu, Hafsah sibuk masak sendiri sambil menahan sakit hati.
"Kak Sarah baik sekali membelikan Ibu baju seharga 10 juta dan membelikan juga tas bermerek seharga 25 juta. Apa aku juga akan diajak jalan-jalan dan ditraktir barang-barang mewah?" Alika bicara sambil melirik ke arah Hafsah yang memunggunginya.
"Sudah pasti. Dia itu wanita baik dan kaya raya. Sarah itu menantu idaman ibu," kata Ruqoyah menohok Hafsah.
"Jadi, ibu memberi restu kepada Kak Sarah?" tanya Alika dengan senyum lebarnya.
Sudah terbayang dalam dunia halu-nya gadis itu. Dia akan sering pergi shopping dengan Sarah dan mendatangi tempat-tempat bagus dan juga hanya diperuntukkan kaum berduit tebal.
"Tentu saja ibu merestui Sarah dengan Ali. Mereka itu pernah pacaran saat sekolah dulu. Jadi, Sarah itu tidak merebut Ali dari Hafsah karena dia lebih dahulu bersama Ali. Hanya saja kakakmu harus melanjutkan sekolah khusus laki-laki, jadi mereka berpisah. Kasihan sekali Sarah terus menunggu Ali sejak dahulu sampai sekarang. Tapi, apa dia dapatkan? Laki-laki yang ditunggu-tunggu olehnya malah menikah dengan wanita lain," jawab Ruqoyah dengan lirikan ke arah Hafsah.
Kedua perempuan berbeda generasi itu tidak tahu kalau Hafsah memasak sambil berderai air mata. Istri Ali ini sebenarnya sudah tidak kuat mendengar pembicaraan antara mertua dan adik iparnya ini. Ingin dia berlari ke kamar dan menangis sepuasnya di sana. Namun, dia harus menyelesaikan pekerjaannya ini.
'Allahuakbar … Ya Allah berikan aku kekuatan. Aku tahu Engkau tidak akan memberikan cobaan atau teguran kepada hamba-Mu melebihi kemampuanku. Aku yakin aku pasti bisa melewati dan menjalani semua ini,' batin Hafsah yang sedang sibuk memasak.
***
Ali pulang ke rumah seperti biasa, hanya saja dia tidak melihat Hafsah saat masuk ke pekarangan rumah. Biasanya sang istri akan menyambutnya begitu dia masuk ke pekarangan rumah.
"Assalamualaikum," salam Ali begitu masuk ke rumah.
"Wa'alaikumsalam, Kak." Alika menyambut kedatangan kakaknya dengan penuh suka cita. Lalu, gadis itu menahan Ali agar mau mendengarkan cerita ibunya yang mendapatkan beberapa barang mahal dari Sarah.
"Jadi, kapan Kakak dan Kak Sarah akan menikah? Aku ingin segera punya kakak ipar seperti Kak Sarah," tanya Alika.
Ali mengerutkan kening dan tidak suka mendengar cerita ibu dan adiknya itu. Dia merasa kalau mereka hanya memanfaatkan kekayaan Sarah. Begitu juga dengan wanita itu memanjakan keluarganya dengan harta miliknya agar bisa menikah dengannya.
"Aku mau mandi dulu karena sebentar lagi masuk waktu sholat Maghrib. Ibu dan Alika juga jangan terus bergosip, sebentar lagi waktu Maghrib jangan menunda-nunda waktu sholat," ucap Ali sambil beranjak dari sofa.
Dia pun masuk ke kamarnya di lantai dua. Terlihat Hafsah sedang berbaring di atas tempat tidur. Dengan pelan Ali membelai wajah sang istri.
'Hafsah menangis?'
Laki-laki itu melihat bekas jejak air mata di wajah istrinya. Dengan pelan dia menghapus air mata itu.
"Kamu pasti sedih mendengar cerita ibu," gumam Ali.
"Sayang, bangun! Sebentar lagi Magrib," kata Ali sambil menggoyangkan bahu Hafsah.
Wanita itu merasa ada yang membangunkan dirinya. Perlahan dia membuka mata dan terlihat sudah ada suaminya sedang duduk disampingnya.
"Sayang," panggil Ali lalu memberi ciuman di kening, pipi, ujung hidung, dan terakhir di bibir ranum milik Hafsah.
"Jangan dengarkan ucapan ibu yang membuat hati kamu sakit. Insha Allah, hatiku masih milikmu, begitu juga dengan ragaku," kata Ali.
Mendengar ucapan suaminya barusan membuat Hafsah senang. Entah kenapa dia tadi meragukan perasaan dan janji suaminya. Dipeluknya erat tubuh laki-laki yang sudah mencuri hatinya sejak lima tahun lalu.
"Aku tidak akan sanggup menjalani rumah tangga berpoligami," ucap Hafsah dengan suaranya yang serak.
Ali ikut bersedih melihat keadaan istrinya seperti ini. Mana mungkin dia tega menyakiti seorang istri seperti Hafsah dengan mengkhianati janjinya.
"Aku tidak punya niatan untuk berpoligami. Hanya kamu satu-satunya wanita yang menjadi istriku selamanya," balas Ali disela-sela kecupan di pucuk kepala Hafsah.
"Takdir Allah siapa yang tahu, Bang. Jika itu terjadi, aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan nanti," tukas Hafsah dengan lirih dan membuat Ali seakan ditikam jantungnya.
***
Akankah Ali mampu memegang janjinya kepada Hafsah? Sarah sudah mendapatkan dukungan dari Ruqoyah dan Alika, bisakah dia menggoyahkan hati Ali untuk berpaling kepadanya? Ikuti terus kisah mereka, ya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Muhamad Bardi
seorang laki laki sejati itu yang dipegang adalah janjinya, semoga kau selalu menepati janji itu ali baba..
2023-05-09
3
Nurlaela
kalau didesak terus apalagi ibunya buat drama ampuh buat Ali mati kutu dan tak terbantahkan pasti lakukan, sekarang buktikan janji mu Ali ya, disisi dia ibumu, tapi ada hati istrimu,
2023-05-08
3