Bab 2 Fitnah Mertua
Setelah menyelesaikan semua pekerjaan rumah, Hafsah cepat-cepat bersiap untuk berangkat ke acara pertemuan para guru mengaji se-kabupaten. Wanita itu pergi dijemput oleh rekan sesama guru mengaji.
"Mpok, apa ada tisu?" tanya Hafsah saat lewat ke warung milik tetangganya.
"Ada. Mau pergi ke mana, ustadzah?" tanya Mpok Noni saat melihat Hafsah memakai pakaian rapi dan bagus.
"Paling jalan-jalan menghabiskan duit lakinya," sahut wanita paruh baya bertubuh gempal.
"Hei, Ratna kamu jangan ngomong seenaknya. Bisa fitnah, itu!" ucap Mpok Noni dengan sarkas.
"Lah, aku ini ngomong kebenarannya. Kata Bu Ruqoyah, menantunya ini kerjaannya cuma ongkang-ongkang dan menghabiskan uang suaminya. Makanya Bu Ruqoyah sering mengeluh sakit badan kepala karena kelelahan bekerja membereskan rumah," balas Ratna yang merupakan teman baik Ruqoyah. Wanita itu menatap sinis ke arah Hafsah.
"Iya, kasihan Bu Ruqoyah. Dia itu sudah tua, seharusnya disenangkan sama anak dan menantunya. Ini malah dijadikan babu," lanjut wanita berdaster bunga.
"Bu-ibu, aku tidak percaya kalau Hafsah ini melakukan hal seperti itu kepada Bu Ruqoyah. Dia itu guru ngaji dan sering menasehati anak-anak kita agar berbuat baik kepada orang tua. Aku percaya kalau Hafsah adalah wanita baik," balas Tia, tetangga yang rumahnya dekat madrasah tempat mengajar Hafsah.
Wanita ini juga sering melihat cara mengajar Hafsah kepada murid-muridnya. Menurut dia penuh dengan kelembutan dan kasih sayang. Makanya Tia tidak sayang memberikan hadiah kepada Hafsah saat menjelang lebaran. Tahun ini dia memberikan sebuah tas bermerek karena merasa kasihan saat melihat guru ngaji anaknya memakai tas yang sudah jelek.
"Kamu bisa bicara begitu karena tidak pernah melihat Bu Ruqoyah yang sering mengeluh kesakitan badannya karena mengerjakan pekerjaan rumah," bantah Ratna dengan sewot kepada Tua, yang usianya terpaut sangat jauh.
"Iya, kerja Hafsah cuma menyapu halaman depan saja, agar terlihat kalau dia yang mengerjakan pekerjaan rumah. Padahal semua itu dikerjakan oleh mertuanya," tambah wanita berdaster bunga.
"Iya, kamu tega melakukan hal itu sama mertua, karena dia menumpang tinggal di rumah Ali yang notabene adalah anaknya Bu Ruqoyah," timpal Ratna lagi dengan netra yang memicing dengan pancaran mata sinis.
"Sudah ... sudah! kalian di sini itu mau belanja atau mau apa?" hardik Mpok Noni dengan kesal. Wanita paruh baya ini juga sering mendengar cerita Ruqoyah yang curhat sering di dzalimi oleh menantunya sendiri semenjak tinggal di rumah Ali. Namun, dia tidak percaya dengan cerita itu, karena selama dia bertetangga dengan Hafsah, tidak sekali pun dia melihat keburukan wanita yang sehari-harinya menggunakan jilbab.
Kecerewetan ibu-ibu di warung itu tidak memberikan kesempatan untuk Hafsah membela dirinya atau memberi tahu kebenaran yang terjadi. Setiap kali dia membuka mulutnya pasti Ratna langsung memotongnya.
Hafsah hanya bisa beristighfar dalam hati. Dia selalu mendoakan sang ibu mertua itu agar dilembutkan hatinya dan sayang kepadanya. Dulu kehidupan rumah tangga dia dengan Ali sangat bahagia sampai ayah mertua meninggal dan Ruqoyah ikut pindah ke rumahnya. Semenjak itu kehidupan perempuan itu jadi berada dalam tekanan wanita yang sudah melahirkan suaminya.
"Aku hanya mau mengatakan kalau apa yang ibu-ibu katakan tadi adalah kesalahan. Aku masih mengerjakan pekerjaan rumah seperti bagaimana biasanya aku lakukan sejak menikah dengan Bang Ali," ucap Hafsah sebelum dia pergi. Wanita itu tidak mau menjelek-jelekkan ibu mertuanya di depan umum. Tidak harus keburukan seseorang dibalas dengan hal yang buruk lagi, ini malah akan memunculkan dendam kedepannya. Seharusnya kita melakukan sesuatu yang bisa membuat sifat dan kelakuannya yang buruk itu berubah menjadi lebih baik. Diantaranya adalah dengan mendoakan kebaikan untuknya dan berbuat baik, serta berkata lemah lembut.
***
Ruqoyah berdandan dengan sangat cantik dan anggun. Dia akan menemui teman-teman yang kaya di pusat kota. Dia sengaja memesan kendaraan online untuk pergi ke sana. Dia paling anti naik angkot atau kendaraan umum yang berdesak-desakan dengan banyak orang.
"Bu Ruqoyah, mau pesan apa? Kita semua sudah memesan makanan dan minuman, tadi kalau kamu pesankan untuk Ibu takut tidak cocok di lidah makanannya," ucap Bu Joko sambil menyerahkan buku menu.
Mata Ruqoyah melihat harga makanan dan minuman yang ada di sana. Semua mahal-mahal bisa untuk jatah belanja selama satu minggu untuk satu potong daging stik dan segelas jus.
'Jika aku pesan makanan paling murah, nanti mereka akan mengatai aku orang kere,' batin Ruqoyah.
"Aku pesan iga bakar dan jus alpukat," kata Ruqoyah memilih makanan yang termasuk mahal di daftar menu.
"Tuh, 'kan? Apa kata aku juga tadi, Bu Ruqoyah akan pesan iga bakar," kata Bu Budiman kepada ibu-ibu yang lainnya.
"Selera Bu Ruqoyah itu tinggi dan tahu mana yang enak dan juga memiliki kwalitas bagus," sahut Bu Darma.
Acara arisan itu berjalan dengan baik dan lancar. Lagi-lagi Ruqoyah menelan kekecewaan karena nama dirinya tidak keluar sebagai pemenang arisan.
"Bukannya itu Alika, putri Bu Ruqoyah, ya?" tanya Bu Joko sambil menunjuk ke arah Alika sedang bersama seorang laki-laki yang terlihat sudah berumur.
Mata Ruqoyah terbelalak saat melihat putrinya sedang bersama seorang laki-laki asing. Wajah dia mendadak kaku dan dadanya bergemuruh. Dia merasa malu dan marah saat ini, takut teman-temannya berpikiran buruk.
"Iya, itu Alika. Dia sedang bersama Omnya, katanya ada hal yang perlu mereka bicarakan. Sebenarnya Alika ingin kerja sambil kuliah. Putriku itu ingin mandiri dan tidak suka bergantung kepada orang lain," ucap Ruqoyah bohong.
"Wah, putri Bu Ruqoyah sangat hebat, ya! Anak aku boro-boro ingin hidup mandiri, bangun tidur saja masih harus aku bangunkan," kata Bu Budiman dan dibenarkan oleh ibu-ibu yang lainnya.
"Alhamdulillah, aku punya dua orang anak itu hebat-hebat dan mandiri. Mereka paling tidak suka merepotkan orang lain," ujar Ruqoyah memuji anaknya sendiri meski itu tidak bener adanya.
"Oh, iya. Bagaimana dengan menantu itu? Apa masih belum hamil?" tanya Bu Darma.
"Wanita itu mandul. Meski begitu tidak mau di madu ... tidak mau juga diceraikan! Aku sampai pusing harus bagaimana lagi. Aku bicara baik-baik, dia malah mencaci maki aku. Aku tidak tahu harus berbuat apa lagi, kasihan Ali. Putraku itu sangat baik dan tidak mau membuat istrinya bersedih, tetapi kebaikan dia malah dibalas dengan kesombongan dan keangkuhan menantuku," kata Ruqoyah lagi-lagi berbohong dan itu membuat orang-orang yang ada di sana merasa simpati kepada Ruqoyah dan Ali.
"Apa kalian tahu kenapa Ali tidak bisa lepas dari istrinya yang mandul itu?" Ruqoyah berbisik.
"Tidak tahu, Bu. Memangnya kenapa dengan Ali?" tanya Bu Joko.
***
Apakah Hafsah bisa mengubah tabiat ibu mertuanya yang suka dzalim? Siapa laki-laki yang bersama Alika? Ikuti terus kisah mereka, ya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Bety Yatmikasari
ibu mertua lukcnut.... tidak ada akhlak...
2023-06-09
1
Muhamad Bardi
jangan suka nyebar fitnah nenek lampir nanti berbalik kebadan sendiri baru tau rasa, jangan" anakmu yang mandul nenek lampir..😠😠😠😠
2023-05-03
2
Syarifah
pengen plester mulut ibu2 julit. kyk kalian udh bener aj. Aplg ibunya Ali pengen digetok supaya lupa ingatan😁😁😁
2023-05-02
3