Bab 7
Sarah mendatangi kantor di mana Ali bekerja. Dia ingin mengajak kerja sama dengan perusahaan itu.
Ali yang bekerja sebagai asisten direktur perencanaan, mau tidak mau harus menghadapi perempuan itu. Dia bekerja selalu profesional dan tidak mau membuat tim yang selalu bekerja keras itu kecewa kepadanya.
"Aku mewakili perusahaan Makmur Jaya ingin mengajukan kerja sama dengan perusahaan ini," ucap Sarah.
"Boleh kami melihat proposal yang akan kalian ajukan," kata Ali dengan suaranya yang tegas.
Sejak perempuan itu datang, mata Sarah tidak lepas dari memandang wajah Ali yang teduh dan tampan. Sungguh dia sangat mencintai laki-laki itu.
"Bu Sarah! Boleh aku lihat proposalnya," kata Ali mengulangi lagi ucapannya.
"Oh, iya." Lalu, Sarah pun mengeluarkan sebuah map dari kantongnya dan Ali menerimanya.
Laki-laki itu membaca dengan seksama isi dari proposal itu. Ali tahu kalau Sarah masih saja melihat ke arahnya. Dalam hati dia meminta perlindungan kepada Allah agar dijauhkan dari fitnah.
"Aku akan memberi tahu Pak Harun tentang proyek kerja sama ini," ucap Ali setelah selesai membaca seluruh isinya.
"Baiklah. Aku harap mendapat kabar gembira dari Anda," balas perempuan berbaju cukup terbuka di bagian dada dan pahanya.
Ali sejak tadi tidak menatap ke arah Sarah. Selain menjaga hati, dia juga menjaga pandangannya. Sebenarnya di perusahaan itu baju yang dipakai seluruh karyawan harus sopan dan tidak boleh terbuka apalagi menampilkan bagian tubuh yang bisa membuat seseorang bertindak tidak baik atau melakukan pelecehan. Makanya Ali suka bekerja di perusahaan ini.
"Bagaimana kalau kita makan siang bersama?" Sarah mengajak Ali.
"Maaf, aku rasa tidak bisa karena aku sudah bawa bekal dari rumah dan masih ada banyak pekerjaan lainnya," tolak Ali dengan sopan dan raut muka Sarah langsung berubah.
'Kenapa, sih, sulit sekali mendekati dia?' Sarah menggerutu di dalam hatinya.
***
Hafsah sedang membersihkan halaman samping dari rumput-rumput liar. Di sana dia banyak menanam tanaman yang sering dijadikan bumbu dapur atau apotek hidup. Meski tidak terlalu luas, tetapi dengan penataan yang baik dan rapi, banyak tanaman yang dia tanam. Ada pohon cabe merah, cabe rawit, tomat, jahe, kencur, seledri, daun bawang, pandan, salam, laja, dan kunyit.
Sementara itu, di bagian halaman belakang ada beberapa pohon sayuran dan pohon pepaya juga pisang. Untuk halaman depan Hafsah menanam beberapa jenis bunga. Dengan menanam semua itu Hafsah bisa menghemat uang untuk membeli bumbu, kecuali yang tidak dia tanam harus beli di pasar atau warung.
"Hafsah! Baju aku yang kemarin di cuci mana?" teriak Ruqoyah di depan pintu.
Hafsah yang sedang mencabuti rumput langsung menghentikan aktivitasnya. Dia pun bergegas masuk ke rumah untuk mencari pakaian yang dimaksud mertuanya.
"Ini semua milik pakai ibu, maaf kemarin belum sempat dimasukkan ke lemari karena pintu kamar ibu kunci," kata Hafsah dengan suaranya yang lembut.
"Alah, alasan saja kamu! 'Kan bisa setelah aku bangun tidur ketuk pintunya," omel wanita paruh baya itu sambil membawa semua pakaian miliknya yang sudah rapi disetrika.
Terlihat Ruqoyah memakai daster terbaiknya dan memasang muka sendu dan wajahnya juga tidak memakai riasan seperti biasanya. Lalu, dia pun berbaring di atas tempat tidur.
Belum juga Hafsah kembali ke halaman samping, pintu depan rumah ada yang mengetuk dan mengucapkan salam. Segera saja perempuan itu membukakan pintu untuk tamu yang datang ke rumahnya.
"Apa Bu Ruqoyah ada?" tanya seorang wanita paruh baya yang berdandan sangat glamor begitu juga dengan beberapa orang lainnya yang berdiri di belakangnya.
"Masuk dulu, Bu. Ibu barusan masuk kamar, akan saya panggilkan," jawab Hafsah dengan senyum menghiasi wajahnya yang ayu dan teduh.
Ibu-Ibu itu saling melirik lalu masuk ke dalam rumah. Mereka saling berbisik-bisik setelah Hafsah pergi.
"Tuh, 'kan? Apa kata aku juga, kalau menantunya itu terlihat baik dan sopan," ucap wanita berbaju warna merah.
"Mungkin saja dia sedang bersandiwara di depan kita," sahut yang lainnya.
"Iya. Apalagi sekarang sudah zamannya menantu tidak menurut kepada mertua dan suami," lanjut wanita berbaju hitam.
"Zaman sudah edan! Istri sering melunjak sama suami," tambah wanita tadi lagi.
Terlihat Ruqoyah yang kepalanya dibalut perban dan wajahnya yang pucat dan layu. Wanita itu datang lalu duduk bersama teman-teman arisannya. Dengan lirih dia menceritakan bagaimana kecelakaan itu terjadi dan lagi-lagi dia menyalahkan Hafsah yang tidak becus mengurus rumah.
Hafsah menahan rasa sakit saat ibu mertuanya menjelek-jelekkan dirinya di depan orang lain. Dia meletakan beberapa gelas minuman dan dus toples berisi kue buatannya. Setelah itu, dia melanjutkan kembali pekerjaan yang tertunda tadi.
Sambil mencabuti rumput liar, Hafsah terus beristighfar dan berdoa agar hati mertuanya bisa dilembutkan dan berhenti memfitnah. Dia tidak mau mempunyai rasa benci kepada wanita yang sudah mengandung dan melahirkan suami yang begitu dia cintai. Dia yakin dengan kekuatan doa dan ikhtiar semua akan bisa diubah.
Ada seorang tamu berdiri di pintu yang mengarah ke halaman samping. Wanita itu melihat Hafsah dengan nanar. Dia adalah wanita yang menggunakan baju merah.
'Kenapa aku merasa kalau dia wanita baik-baik, ya?' batinnya berkata.
***
Alika berjalan bersama teman-temannya. Mereka kemana-mana sering pergi berlima. di antara orang-orang itu memang Alika paling cantik dan mempunyai bentuk badan yang bagus.
"Aku hari ini mau janjian dengan Om Bimo," kata Alika dan membuat teman-temannya bersorak.
"Jangan lupa besok giliran traktir kita-kita!" seru temannya yang bernama Niken dan disetujui oleh teman yang lain.
"Hati-hati, nanti kepergok sama anak dan istrinya lagi," kata Elina dengan seringai jahil.
"Memangnya kamu sama Ayu yang sedang kencan kepergok sama istri dan anaknya," tukas Alika mengejek kedua temannya.
Alika dan teman-temannya sering diajak kencan oleh laki-laki. Mereka hanya pergi jalan-jalan dan makan. Meski tidak sampai diajak tidur bersama. Biasanya mereka akan dibayar sekitar 1-5 juta dalam sekali kencan.
Om Bimo yang disebut Alika adalah laki-laki loyal yang sering memberi banyak uang. Hal Ini dikarenakan dia seorang pengusaha yang mempunyai istri seorang pengusaha juga.
"Halo, Om Bimo. Sekarang aku sedang menuju cafe," kata Alika ketika laki-laki itu menghubunginya.
"Kamu minta belikan tas baru jika diajak jalan-jalan ke mall," goda Niken dan Alika tersenyum karena dia sudah dibelikan tas branded oleh Om Haris, kemarin lusa.
Alika sering pilih-pilih siapa orang yang diajaknya kencan. Bagaimana pun juga dia tidak mau kalau sampai terjatuh ke perbuatan yang akan merugikan dia nanti.
"Ayu, bilang harus hati-hati kalau kencan di kawasan Mall Mega. Banyak kamera cctv dan jika ada permintaan pemeriksaan cctv untuk mencari barang bukti perselingkuhan, pihak mereka akan membantu," tukas Elina.
"Iya. Berhati-hatilah, jangan sampai seperti Miranda. Dia terciduk sedang kencan dengan suami orang dan pasangannya itu kini sedang proses sidang perceraian dan si Miranda pun di masukan dipenjarakan oleh istri sah itu," jelas Ayu dan wajah Alika mendadak pucat karena beberapa kali dia pergi kencan ke mal itu.
'Semoga saja tidak ada yang tahu suaminya pergi kencan dengan aku di sana,' batin Alika.
***
Apakah Sarah bisa menggoyahkan pertahanan Ali dan berhasil menggodanya? Akankah Alika mendapatkan pembalasan dari para istri yang suaminya diajak kencan? ikuti terus kisah mereka, ya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Muhamad Bardi
semoga ali baba kuat iman jangan sampai dia terjerumus sama rayuannya soang betina...
2023-05-07
2
Nurlaela
biasanya kalau pria digoda terus, akan tergoda dan itu berimbas pada rumahtangga bisa saja aku di jebak akhirnya ini si penggoda sangat pintar itu yang ditakutkan, Hafsah tak tahu komen apa, disetiap arah terus ditekan, walau punya kesabaran suatu saat akan merasa lelah dan menyerah terutama Ali kamu harus benar-benar kuat, setan dimana-mana, Sarah akan melakukan segala cara, miris dengan Hafsah😭
2023-05-07
3