Bab 15
Alika bangun untuk melihat lebih jelas dia sedang berada di mana. Betapa terkejutnya dia saat sadar kalau dia sedang berada di sebuah kamar dan dalam keadaan tidak memakai baju.
Dia melihat ke samping ada Om Bimo di sana dan dalam keadaan tanpa baju seperti dirinya. Laki-laki itu masih tertidur pulas.
"Om, bangun!"
"Apa yang sudah terjadi semalam?"
"Kenapa kita bisa berakhir seperti ini?"
Alika mengguncang tubuh Om Bimo, tetapi laki-laki itu masih diam tidak juga membuka matanya. Ini tentu saja membuat marah Alika, karena sudah melanggar perjanjian.
"Om, bangun!"
Alika menarik tangan Om Bimo agar bangun dan usahanya berhasil. Laki-laki itu akhirnya membuka mata.
"Sayang, ada apa?" tanya Om Bimo yang malah memejamkan matanya kembali.
"Bangun, Om! Sadar nggak apa yang sudah kamu lakukan?" jawab Alika kembali menarik tangan laki-laki itu.
Om Bimo kali ini membuka matanya dan terkejut saat melihat Alika tidak memakai baju begitu juga dengan dirinya. Laki-laki itu sampai tidak bisa bicara apa-apa.
"Kenapa Om tega melakukan hal ini kepadaku?" Alika memukul dada teman kencannya.
"A–ku, tidak ingat sudah melakukan hal ini dengan kamu," balas Om Bimo sambil menahan tangan Alika.
"Bohong! Bahagia bisa Om jahat kepadaku," teriak Alika sambil menangis tergugu.
Seberapa keras Om Bimo mencoba mengingat-ingat kejadian semalam, tetap saja tidak ingat apa pun. Ingatan dia hanya sampai pesta dansa. Di mana dia dan Alika menari dengan riang gembira, setelah itu tidak ingat apa-apa lagi.
"Om harus tanggung jawab karena sudah melanggar perjanjian yang sudah kita sepakati," ucap Alika tidak mau rugi sudah kehilangan keperawanan.
"Iya, Sayang. Om akan kirim uang ke rekening kamu 500 juta," balas Om Bimo dengan wajah memelas karena harus membayar uang dalam jumlah besar.
"Dan jangan lupa jika sampai aku hamil, Om juga harus terhadap anak itu," tambah Alika.
"Iya, Sayang. Tenang saja Om akan membesarkannya," balas Om Bimo, keduanya pun berpelukan karena Alika menangis terus.
***
Jika Alika dan Om Bimo di pagi ini perasaannya hancur, berbeda dengan Hafsah dan Ali yang mengawali hari ini dengan perasaan bahagia. Keduanya merasa kembali saat pertama kali tinggal berdua di rumah kontrakan dahulu begitu setelah sehari menikah.
"Abang, jangan ganggu. Nanti gosong nasi gorengnya," balas Hafsah menahan geli karena Ali terus menggodanya.
"Habis istriku terlihat sangat cantik menggoda," ucap Ali merayu sang istri dengan jujur dan membuat pipi Hafsah merona.
"Sayang, nanti malam kita makan di luar, yuk!" ajak Ali setelah mencium pipi istrinya.
"Apa tidak sayang uangnya kalau kita makan di luar? Bukannya uang yang Abang punya juga cuma sedikit," tanya Hafsah sambil melirik ke arah suaminya.
"Alhamdulillah. Abang mendapatkan bonus dari kantor. Uangnya sebagian sudah ditabungkan ke rekening tabungan bersama, ini sebagian lagi buat kita berdua," jawab Ali.
"Alhamdulillah. Semoga hasil kerja Abang menjadi rezeki yang halal dan barokah untuk keluarga ini," kata Hafsah setelah mematikan kompor gas.
"Aamiin. Semoga ada rezeki juga untuk calon buah hati kita," tukas Ali sambil memegang perut Hafsah dengan penuh haru.
Meski dalam hati kecilnya dia selalu berharap segera hadir anak mereka, tetapi dia tidak bisa apa-apa. Hanya ikhtiar saja yang bisa dia lakukan bersama Hafsah dengan berdoa, bersedekah, dan bercinta.
Hafsah terkejut saat mendapat sebuah kalung berlian dari Ali. Haru dan bahagia sedang dia rasakan saat suaminya memasangkan perhiasan itu di lehernya yang jenjang.
"Terima kasih, Bang. Cantik sekali," ucap Hafsah dengan senyum lebar.
"Lebih cantik yang memakainya," bisik Ali dengan mesra.
Hari itu Ali dan Hafsah banyak bersyukur atas segala nikmat yang sudah mereka dapatkan. Sebagai tanda rasa syukur Hafsah membuat banyak masakan lalu membagi ke tetangga, begitu juga dengan Ali membawa banyak bekal ke kantor untuk di makan bersama rekan kerjanya.
***
Ruqoyah menemani adiknya selama seminggu. Sementara itu, Alika juga katanya akan menginap selama dua hari lagi di rumah Niken. Jadi, rumah Hafsah kembali tenang seperti dahulu.
Hafsah dan Ali benar-benar seperti pengantin baru selama satu minggu ini. Mereka banyak menghabiskan waktu dengan melakukan hal-hal romantis. Alika juga menjadi pendiam setelah pulang ke rumah dan sering berdiam di kamarnya. Bahkan makan pun dia memilih di kamar. Baik Hafsah dan Ali tidak mengkhawatirkan dirinya karena setiap ditanya jawabnya adalah baik.
Sarah juga masih terus berusaha mendekati Ali, meski sangat sulit. Laki-laki itu tidak mau saat diajak ketemuan atau makan bersama. Dia terus memutar otaknya agar bisa dekat dengan Ali, karena Ruqoyah sedang ada di rumah adiknya yang sakit. Jadi wanita paruh baya itu tidak bisa membantu. Meminta bantuan lewat Alika juga tidak mendapatkan dukungan. Gadis itu selalu saja beralasan sibuk mengerjakan tugas.
"Ali, sepertinya aku harus menggunakan cara yang tidak biasa untuk bisa mendapatkan dirimu itu, ya?" gumam Sarah sambil memutar-mutar kursi kerjanya.
Ada foto Ali yang diam-diam dia ambil saat makan siang bersama dahulu. Foto itu terpasang pada sebuah pigura yang diletakkan di atas mejanya. Dia akan merasa semangat jika melihat wajah laki-laki itu.
***
Ruqoyah mendapat pesan dari Sarah. Betapa bahagianya dia saat akan diajak ke sebuah peragaan busana di malam minggu nanti. Kebetulan dia juga sudah pulang ke rumah Ali hari ini.
Wanita paruh baya itu datang dengan membawa banyak oleh-oleh untuk dibagikan kepada tetangganya. Tentu saja orang-orang suka dengan ini dan memuji wanita itu.
"Tidak ada Bu Ruqoyah kompleks perumahan terasa sepi," kata Bu Ratna dan diiyakan oleh yang lain.
"Selama aku pergi, apa yang sudah dilakukan oleh Hafsah? Dia tidak menyebar fitnah tentang aku, 'kan?" tanya Ruqoyah dengan berbisik.
"Tidak, Bu. Dia pernah bagi-bagi makanan, katanya sebagai tanda syukuran," balas seorang ibu muda dan dibenarkan oleh ibu-ibu yang lainnya.
'Syukuran? Apa dia hamil?' tanya Ruqoyah dalam hatinya.
"Bu-Ibu, aku permisi dulu, ya. Aku harus segera pulang, nih. Masih banyak pekerjaan yang harus aku kerjakan," ucap Ruqoyah dan bergegas pergi dari sana.
"Kasihan sekali Bu Ruqoyah. Padahal dia baru saja pulang, tapi sudah harus mengerjakan pekerjaan rumah. Si Hafsah itu benar-benar tidak punya perasaan," omel Bu Ratna dan ibu-ibu yang lainnya hanya diam.
Ruqoyah masuk rumah tanpa mengucapkan salam. Dia berteriak-teriak memanggil nama menantunya.
"Hafsah, apa beneran sudah hamil?" tanya Ruqoyah sambil naik anak tangga menuju kamar anak dan menantunya.
***
Bagaimana reaksi Ruqoyah saat Hafsah tidak hamil? Apakah Alika akan hamil akibat kejadian satu malam itu? Ikuti terus kisah mereka, ya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Muhamad Bardi
aq kasih vote buat kak thor biar semangaaaaaat💪💪💪 terus up nya..😊😊😊
2023-05-09
2
Muhamad Bardi
dasar orang ga beradap ya gitu masuk rumah langsung teriak", semoga aja hafsah cepat hamil aq pengen tau reaksinya nenek lampir kalau beneran nanti hafsah hamil apa nenek lampir masih ingin memisahkan mereka kalau itu sampai terjadi bener" TERLALUUUUUUU... kau nenek lampir..
2023-05-09
3