Bab 8
Hafsah pergi mengajar mengaji di madrasah. Kedatangannya disambut gembira oleh beberapa anak yang sudah sampai duluan. Jam belajar untuk anak-anak usia PAUD dan TK di mulai pukul 14:00 sampai pukul 15:00. Perempuan itu biasanya datang 30 menit sebelum pelajaran dimulai. Dia akan membersihkan ruang belajar dan menyiapkan segala keperluan untuk kegiatan belajar dan mengajar.
"Ustadzah, Adiba nakal!" Seorang anak kecil berusia 5 tahun datang mengadu kepada Hafsah.
Wanita yang dipanggil ustadzah oleh para murid dan orang tua muridnya itu berjongkok untuk menyamai tinggi anak itu. Lalu, ditatap dan di elus pipi gembul itu dengan ibu jarinya.
"Kenapa Adiba nakal sana Aisyah?" tanya Hafsah dengan suara lembutnya.
"Dia sudah merebut pensil milik aku yang baru saja dibelikan oleh ayah kemarin sepulang kerja," jawab gadis kecil dengan mimik sedih.
Lalu, Hafsah pun memanggil anak laki-laki yang bernama Adiba. Bocah kecil itu datang sambil menundukkan kepala. Wanita itu menatapnya dengan sendu. Hatinya sakit dan kecewa karena ada muridnya yang sudah berbuat dzalim kepada temannya.
"Adiba, Ustadzah mau tanya sama kamu. Kata Aisyah kalau pensil miliknya sudah kamu ambil. Apa benar itu?" tanya Hafsah yang berjongkok di depan Adiba yang masih menunduk dan diam.
"Bukannya Ustadzah sudah sering memberi tahu, kalau kita tidak boleh mengambil milik orang lain. Allah tidak suka terhadap hambanya yang mengambil hak orang lain. Adiba sudah tahu itu, 'kan?" Hafsah mengusap kepala anak laki-laki itu dan Adiba pun mengangguk.
"Katakan sama Ustadzah, kenapa kamu melakukan itu?" tanya Hafsah sambil mengusap air mata Adiba yang jatuh di pipinya.
"Karena semua orang punya pensil seperti itu. Aku juga ingin punya," jawab Adiba dengan terisak.
Saat ini sedang viral sebuah pensil dengan bentuk boneka kecil di ujung atas pena yang melambangkan ikon para idol dari negeri ginseng. Hampir semua anak-anak memiliki satu atau dua pensil jenis seperti ini.
"Kalau kamu menginginkan sesuatu bisa kumpulkan uang jajan kamu dulu. Jika sudah terkumpul baru beli barangnya," kata Hafsah. Dia tidak mau kalau anak didiknya menggampangkan meminta sesuatu kepada orang tuanya. Apalagi untuk hal-hal yang tidak terlalu penting. Mereka sebenarnya sudah punya pensil, tetapi karena sedang viral mereka jadi ikut-ikutan beli.
Hafsah pun menyuruh Adiba mengembalikan pensil milik Aisyah. Lalu, menyuruh Adiba mulai menabung sebagian uang jajannya untuk membeli pensil seperti milik teman-temannya. Dia memberi sebuah celengan yang dikunci, nanti jika sudah terkumpul baru dibuka.
Hafsah juga memberi tahu kepada orang tua murid-muridnya jangan terlalu memanjakan keinginan anak-anak jika itu tidak terlalu penting atau perlu. Dia mengingatkan para orang tua jangan mendidik anak untuk hidup boros dan menghambur-hamburkan uang. Beli jika memang itu perlu dan ajarkan anak untuk hidup sederhana.
Setelah Sholat Ashar Hafsah kembali mengajar anak-anak usia sekolah dasar. Dia memegang anak-anak kelas 1 dan 2 yang memang membutuhkan ekstra kesabaran dan pengawasan. Banyak yang angkat tangan jika disuruh mendidik anak-anak PAUD, TK, dan anak SD kelas 1 dan 2. Justru di sanalah ladang paling besar dan banyak bagi seorang guru. Anak-anak yang tidak tahu huruf dan tidak bisa membaca jadi bisa semuanya. Pahala dari memberikan ilmu ini keada mereka itu akan terus mengalir selama anak-anak itu mengamalkannya. Namun, banyak orang yang tidak sabar dan kurang tahu. Mereka inginnya mengajari anak-anak yang sudah tahu huruf Hijaiyah atau huruf alfabet.
Sepulang Hafsah dari madrasah dia melewati rumah Bu Ratna. Terlihat wanita itu menatapnya sinis dan menyunggingkan senyum merendahkan kepada istri Ali.
"Sudah mandul, ternyata dia jahat lagi!" seru Bu Ratna.
"Kenapa, Bu Ratna?" tanya Bu Hesti.
"Itu, menantunya Bu Ruqoyah. Bisa-bisanya wanita itu mencelakakan mertuanya sendiri," jawab Bu Ratna.
"Maksudnya gimana, sih?" tanya Bu Hesti tidak paham dengan duduk permasalahannya.
"Tahu tidak kemarin Bu Ruqoyah dibawa ke rumah sakit? Kepalanya mengeluarkan banyak sekali darah dan kepala sampai di jahit," jawab wanita paruh baya yang merupakan teman baik Ruqoyah.
"Astaghfirullahal'adzim. Aku baru pulang hari ini, jadi tidak tahu apa yang sudah terjadi di sini," sahut Bu Hesti.
Hafsah pun mendatangi kedua wanita paruh baya itu. Lalu, dia mengucapkan salam.
"Maafkan saya, Bu Ratna … Bu Hesti, kejadiannya tidak seperti itu. Bu Ratna sudah menyebarkan fitnah terhadap saya. Sebaiknya ibu meminta maaf kepada saya dan memohon ampunan kepada Allah," kata Hafsah dengan suaranya yang lembut. Dia tidak bicara dengan nada kasar atau sarkas meski hatinya sakit karena sudah difitnah.
"Aku tidak sedang memfitnah kamu, ya! Aku bicara seperti ini karena Bu Ruqoyah sendiri yang bilang kepada kami yang menjenguknya tadi," balas Bu Ratna dengan nada membentak Hafsah.
"Aku sudah memberi tahu Bu Ratna kalau yang diberitakan kepada Bu Hesti itu tidak benar. Tersera Bu Ratna kalau tidak mempercayai saya. Tugas saya hanya mengingatkan ibu saja, ini juga dengan cara yang baik-baik," kata Hafsah langsung kepada Bu Ratna.
Hafsah bukan tipe orang yang suka membicarakan kesalahan orang lain di belakangnya. Wanita itu akan memberi tahu langsung kepada orangnya agar dia tahu perbuatanya itu salah dan segera bertaubat. Hafsah bukan orang sok suci atau sombong. Dia melakukan itu untuk dirinya sendiri dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Tugas kita sebagai hamba Allah adalah melakukan amar makruf nahi mungkar. Dengan mengingatkan sesama manusia itu juga bisa menjadi pahala buat kita. Apa mereka akan mengikuti ucapan kita atau tidak itu terserah mereka. Begitu juga dengan Hafsah jika dia mampu akan melakukannya dengan ucapan dan perbuatan. Namun, jika tidak mampu cukup mendoakan kebaikan untuk orang itu dalam hati.
***
Seperti biasa sebelum tidur Hafsah dan Ali selalu berbicara dengan kegiatan yang sudah mereka jalani hari ini. Baik Hafsah dan Ali selalu berkata jujur dan saling memahami.
"Abang harus hati-hati terhadap Sarah. Aku tidak mau kalau sampai Abang ada main mata dengannya," ucap Hafsah dengan sedikit merajuk karena dia merasa cemburu.
"Astaghfirullahal'adzim, Ya Allah jauhkan aku dari godaan syetan dari golongan jin dan manusia. Sayang, hanya kamu satu-satunya wanita yang Abang cintai. Doakan Abang agar selalu dalam jalan yang diridhai Allah dan selalu menjaga hati ini hanya untukmu," ujar Ali dengan menatap lembut Hafsah.
"Insha Allah, Bang. Doa aku selalu menyertai dan engkau selalu berada di jalan Allah," balas Hafsah dengan pipi yang merona karena sentuhan lembut dari sang suami.
"Ayo, kita buat dede bayi!" ajak Ali sambil mengedipkan sebelah matanya dan itu Hafsah pun mengangguk dengan muka yang semakin memerah.
***
Sementara itu di sebuah rumah mewah seorang wanita sedang berdiri sambil memegang foto Ali. Sarah menatap penuh cinta pada wajah yang sedang tersenyum tampan ke arah kamera.
"Ali, akan aku pastikan kalau kamu akan menjadi milikku," ucapnya lalu mencium foto itu.
***
Apakah harapan Hafsah bisa terkabul? Apa yang akan dilakukan oleh Sarah untuk mendapatkan Ali? ikuti terus kisah mereka, ya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Nurlaela
wow so sweet bang Ali, Hafsah makin meleleh dan bahagia, tapi tetap waspada bang, tuh rubah lagi merencanakan sesuatu yang mengakibatkan Abang terjatuh dalam pelukannya😤....moga saja Hafsah terkabul hamil🥰
2023-05-07
3
Muhamad Bardi
aq pegang kata"mu ali baba kalau kamu sampai melanggar aq sunat kamu😁😁, semoga allah swt segera menitipkan malaikat kecil dirahimmu hafsah supaya mertuamu ga menghina kamu mandul lagi..
2023-05-07
4
😘Mrs. Hen😘
makin gak suka aja ama mertuanya hafsah...makin tega aja ama hafsah...apalagi kalo udah ada Sarah..masuk ke kehidupan ali...bisa nambah sekutu pasti buat nyakitin hafsah...
2023-05-07
3