"Pria ini bukannya, pria yang sombong dan angkuh saat aku berada di Bali, apa hubungannya dengan Ainun?" gumam Adeeva mencoba terus mengingat.
"Atau hanya mirip saja, ya?" gumam Adeeva lagi.
Entah mengapa Adeeva mulai penasaran dengan sosok pria angkuh dan sombong itu, selain rasa kesal yang membuncah di hatinya, Adeeva merasa sesuatu yang beda saat berada di dekat si pria asing itu.
Seketika Adeeva teringat dengan sahabatnya itu, dia pun langsung menghubungi Ainun, sang sahabat.
Adeeva membuka aplikasi hijau di ponselnya lalu mengirimkan pesan pada sang sahabat.
Adeeva : Ai, pa kabar?
Pesan telah terkirim, tapi terlihat tadi centang satu yang artinya saat ini ponsel Ainun belum aktif.
Adeeva pun menghempaskan ponselnya ke atas kasur, rasa bosan mulai menyelimutinya.
Adeeva perlahan mencoba menutup matanya, tak berapa lama dia pun mulai terlelap.
Sedangkan Axel di kantor mulai sibuk memeriksa beberapa laporan keuangan mingguan dari beberapa swalayan yang dikelolanya.
"Ada beberapa laporan yang mencurigakan, coba kamu lihat laporan swalayan Jati, Gunung Pangilun dan Siteba," ujar Damar memberitahukan laporan yang tidak masuk akal baginya.
"Bukankah ketiga swalayan ini berada. di bawah kendali Jack?" tanya Axel pada Damar.
"Yap, aku rasa Jack mulai bermain curang." Damar mengeluarkan pendapatnya.
Sejak awal, Damar memang tidak suka Axel menjadikan Jack sebagai manager di 3 cabang swalayan milik sahabatnya itu.
Damar tahu bahwa Jack adalah sepupu sahabatnya itu, tapi sifat dan sikap Jack jauh berbeda dengan Axel yang jujur dan baik hati.
Jack terlihat sombong dan angkuh, apalagi sekarang dia diangkat sebagai manager di 3 cabang swalayan milik Axel.
Axel terdiam mendengar ucapan sang sahabat, dia menatap Damar dengan tatapan tak dapat diartikan.
"Kita harus lakukan sesuatu," ujar Axel tiba-tiba.
"Apa?" tanya Damar.
"Aku akan memikirkan cara untuk mencari tahu kebusukan Jack," ujar Axel lagi.
"Tapi, bagaimana caranya?" tanya Damar penasaran.
"Kamu lihat saja nanti," jawab Axel.
Axel tengah memikirkan suatu rencana untuk membuktikan kecurangan sepupunya itu, walaupun saudara tapi dia juga harus tetap hati-hati dengan siapa pun yang berbuat curang.
"Mhm." Damar mengangguk.
****
Sebelum Dzuhur Adeeva terbangun dari tidurnya, dia membuka ponselnya dia melihat sebuah pesan masuk dari Ainun.
Bergegas Adeeva membuka pesan itu.
Ainun :
Baik, Deev.
Kamu apa kabar?
Adeeva langsung membalas pesan dari sahabatnya.
Adeeva :
Aku juga baik, kamu di mana sekarang?
Tak berapa lama Ainun juga membalas pesan dari Adeeva, terjadilah saling balas pesan antara dua sahabat itu.
Ainun :
Deev, aku sekarang di Bali.
Adeeva :
Bali?
Ngapain?
Ainun :
Aku kerja.
Sudah satu bulan aku di sini.
Adeeva :
Satu bulan? Kamu engga kasih kabar ke aku.
Ainun :
Sorry, Deev.
Mendadak, aku enggak sempat kabari kamu.
Adeeva :
Oh, kerja apa di sana?
Ainun :
Jadi karyawan di perusahaan.
Adeeva :
Enak, dong.
Ainun :
Begitulah, dinikmati aja.
Adeeva :
Syukurlah kalau begitu.
Ainun tak lagi membalas pesan dari Adeeva.
Adeeva pun meletakkan ponselnya di atas tempat tidur lalu dia pun bersiap untuk shalat Dzuhur karena jam sudah menunjuk ke angka satu.
Tak berapa lama Adeeva selesai shalat Dzuhur terdengar suara ketukan pintu kamarnya, Adeeva berdiri dan melangkah menuju pintu untuk membukanya.
"Kamu udah pulang?" tanya Adeeva kaget melihat suaminya sudah berada di rumah padahal sang suami baru bekerja setengah hari.
"Mhm, aku kepikiran sama kamu. Kita makan siang di luar, yuk," ajak Axel.
Adeeva menautkan kedua alisnya. Dia masih belum percaya sang suami kini telah berada di depannya, karena setahunya kerjaan Axel sudah menumpuk.
"Kamu belum makan, kan? Kita makan di luar, yuk," ajak Axel lagi.
"Eh, iya. Aku belum makan," lirih Adeeva.
"Ya sudah, kalau begitu kamu siap-siap dulu, aku juga mau ganti baju. Gerah pake pakaian formal seperti ini," ujar Axel.
Axel melangkah masuk ke dalam kamar lalu duduk di pinggir tempat tidur.
Adeeva pun langsung melangkah menuju lemari untuk mengambil pakaian Axel.
Beberapa hari hidup bersama, Adeeva mulai mengenali dan paham bagaimana sosok sang suami, meskipun dia belum berani menjadi istri seutuhnya, tapi Adeeva tetap berusaha melayani Axel dalam kebutuhan lainnya.
"Ini pakaianmu, aku siap-siap dulu," ujar Adeeva.
Adeeva hendak melangkah menuju kamar mandi untuk mengganti pakaiannya, tapi Axel menarik tangannya.
Tarikan Axel yang mendadak itu membuat Adeeva tak dapat menyeimbangkan tubuhnya sehingga dia pun terjatuh ke pelukan Axel.
Sedangkan Axel yang juga kaget, dia pun terbaring ke atas tempat tidur sehingga Adeeva pun jatuh tepat di atas Axel.
Kedua pasangan suami istri itu saling menatap dalam satu sama lain.
"Semakin hari kamu semakin cantik dan anggun, hingga kapan aku dapat bertahan untuk tidak menyentuhmu," gumam Axel di dalam hati.
Jantung Axel berdetak begitu kencang, hingga tanpa disadarinya juniornya mulai mengeras di bagian bawah sana.
Sesaat Adeeva dapat merasakan sesuatu yang menonjol, seketika dia menyadari apa yang kini mengeras di bagian pahanya.
Adeeva langsung berdiri lalu melangkah malu menuju kamar mandi, lagi-lagi Adeeva merutuki kebodohannya.
"Deev, kamu bodoh bodoh bodoh, tak seharusnya kamu hanyut dalam tatapannya itu," umpat Adeeva di dalam hati.
Axel tersenyum, lalu menatap kasihan kepada juniornya yang masih saja mengeras.
"Bersabarlah, semoga sebentar lagi kamu dapat memilikinya," lirih Axel sembari mengelus iba bagian juniornya itu.
Axel berdiri setelah hasratnya dan pikirannya kembali stabil, lalu dia melangkah menuju kamar mandi.
Tok tok tok.
"Deev, sudah selesai belum?" teriak Axel dari luar kamar mandi.
Hampir setengah jam Axel menunggu Adeeva tak juga kunjung keluar dari kamar mandi.
"Iya, sebentar lagi," teriak Adeeva tersadar dari lamunan panjangnya.
Dia pun bergegas mengganti pakaiannya.
"Udah, kok." Adeeva berusaha menetralkan hati dan perasaannya.
Dia berusaha melupakan apa yang baru saja terjadi, dia kembali bersikap sewajarnya pada sang suami.
"Kita jadi makan siang di luar, kan?" tanya Axel kepada Adeeva.
"Iya," lirih Adeeva.
Setelah itu mereka pun keluar dari kamar dan melangkah keluar rumah. Axel pun membawa Adeeva ke sebuah restoran mewah yang ada di kota Padang.
"Deev," lirih Axel pada Adeeva setelah mereka menyantap makan siang.
"Mhm," gumam Adeeva.
"Ada sesuatu yang mau aku omongin sama kamu," ujar Axel serius.
Adeeva mengernyitkan dahinya, jantungnya mulai berdetak kencang. Adeeva takut Axel akan membahas tentang pernikahan mereka lalu meminta Adeeva untuk melakukan tanggung jawabnya sebagai seorang istri.
"Ka-kamu ma-mau ngomong a-apa?" tanya Adeeva gugup.
Kini wanita itu memegangi dadanya, menahan jantungnya yang berdetak semakin tidak keruan agar ucapan yang dikatakan Axel tidak membuat dirinya syok.
"Mhm, aku mau minta,--"
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Humayra
Benar tuh... sepertinya Ainun dan pria itu ada hubungannya dengan kehamilan Adeeva....
ini menurutku saja sih, Thor...hehe
2023-05-07
9