Adeeva kaget mendengar ucapan ayah tirinya, dia tak menyangka ayah tirinya akan bertindak sejauh ini dalam menanggapi masalah yang kini mereka hadapi.
"Iya, Deev. Mungkin kamu sudah tahu perasaan Axel selama ini terhadap dirimu," ujar Rasyid.
Adeeva terdiam, saat ini dia tak tahu harus berbuat apa.
"Axel, apakah kamu masih mau menikah denganku jika kamu tahu bahwa aku saat ini telah mengandung janin pria yang aku sendiri tidak tahu siapa orangnya," gumam Adeeva di dalam hati.
"Sepertinya Adeeva setuju dengan lamaran ini, karena dia hanya diam. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa diamnya seorang wanita merupakan jawaban iya," ujar Haikal memutuskan.
Haikal tidak mau Adeeva berubah pikiran dan menggagalkan semua rencananya.
"Alhamdulillah, kalau begitu. Setelah ini kita akan bicarakan tentang pernikahan mereka," ujar Rasyid menanggapi ucapan Haikal.
"Apa? Segitu cepat ayah mengambil keputusan, apa yang harus aku lakukan?" gumam Adeeva lagi di dalam hati.
"Om, kalau boleh aku ajak Deev keluar sebentar," ujar Axel mengambil kesempatan dalam situasi seperti ini.
"Oh, tentu. Kalian bisa jalan keluar, kebetulan Deev belum makan malam, sekalian ajakin makan malam," ujar Haikal.
Mau tak mau Adeeva harus menuruti apa yang dikatakan oleh ayah tirinya itu.
"Aku ganti baju dulu," ujar Adeeva.
Axel tersenyum mengangguk.
Adeeva pun berdiri lalu melangkah menuju kamarnya untuk mengganti pakaiannya.
Tak berapa lama, Adeeva pun sudah berdiri di ruang tamu.
"Om, Tante, kami pergi sebentar, ya. Ma, pa," ujar Axel pada kedua orang tuanya serta calon mertuanya.
Mereka semua mengangguk setuju, Axel dan Adeeva pun melangkah keluar dari rumah.
Axel membukakan pintu mobil untuk Adeeva, lalu dia pun masuk melalui pintu kemudi setelah memastikan Adeeva duduk dengan nyaman di mobil itu.
Axel mulai melajukan mobilnya meninggalkan kediaman keluarga Haikal, sepanjang perjalanan Adeeva hanya banyak diam.
Hati dan pikirannya kini tengah berkecamuk, dia tidak mungkin menerima lamaran Axel begitu saja.
"Deev," lirih Axel setelah dia menghentikan mobilnya di depan sebuah restoran.
Adeeva masih belum menggubris panggilan Axel, dia masih sibuk dengan pikirannya.
"Deev," lirih Axel lagi.
"Mhm, eh i-iya," lirih Adeeva saat menyadari Axel yang memanggil dirinya.
"Kamu mikirin apa, sih?" tanya Axel penasaran.
"Mhm, tidak ada apa-apa," jawab Adeeva.
"Oh, kalau begitu kamu mau kan makan di sini?" tanya Axel.
Axel ingat apa yang dikatakan oleh Ayah Adeeva, bahwa Adeeva belum makan malam, dan dia menyuruh Axel membawa Adeeva untuk makan.
"Aku,-" Adeeva ingin menolak tapi Axel sudah turun dari mobil.
Tak berapa lama Axel pun membukakan pintu mobil untuk Adeeva.
Akhirnya Adeeva tak memiliki pilihan lain, mereka pun melangkah masuk ke dalam restoran tersebut.
Axel menggenggam erat tangan Adeeva, lalu membawa Adeeva masuk ke dalam restoran.
Pria itu memilih tempat duduk bagian pojok di dalam restoran agar dia dapat mengobrol dengan selantai bersama wanita yang sedari dulu sangat dicintainya.
"Kamu mau pesan apa?" tanya Axel setelah mereka duduk di tempat yang nyaman.
"Aku enggak selera makan," lirih Adeeva.
"Deev, kamu harus makan. Kamu terlihat sangat pucat, jangan-jangan kamu belum makan sejak tadi pagi, ya," ujar Axel menebak.
Pria tampan dan perhatian itu dapat melihat wajah pucat Adeeva, dia merasa suatu hal telah terjadi membuat Adeeva yang biasa periang menjadi sangat pendiam
"Terserah kamu mau pesan apa," ujar Adeeva pasrah.
"Ya sudah, aku pesan nasi goreng aja, ya." Axel melambaikan tangannya memanggil pelayan.
"Deev, aku senang sekali kamu mau menerima lamaran ku, hal ini sudah kutunggu sejak dulu," ujar Axel bahagia.
"Aku tak menyangka ternyata kamu juga menyukaiku," ujar Axel bahagia sembari menggenggam erat tangan wanita yang sangat dicintainya.
"Tidak, Xel. Ini semua salah, ini keliru, kamu tidak bisa menikah denganku," gumam Adeeva di dalam hati.
Adeeva hanya bisa menolak di dalam hati, dia takut untuk mengungkapkan kebenarannya. Adeeva tidak bisa membuat kedua orang tuanya kecewa.
Axel tersenyum menatap dalam ke arah Adeeva.
Adeeva tak bisa berbuat apa-apa kecuali diam tak berkutik sama sekali.
"Deev, aku janji akan selalu membahagiakan dirimu, aku akan mencintaimu setulus hati dan jiwaku," tutur Axel serius.
Adeeva dibuat semakin bersalah mendengar ucapan Axel yang benar-benar serius terhadap dirinya.
"Permisi," sapa seorang pelayan mengalihkan perhatian Adeeva dan Axel.
Si pelayan pun menghidangkan makanan yang tadi dipesan oleh Axel di atas meja.
"Silakan, Kak, Bang," ujar si pelayan setelah makanan terhidang rapi di atas meja.
Axel dan Adeeva mengangguk sembari tersenyum ramah pada pelayan itu.
"Ayo, makan dulu," ajak Axel.
Axel pun mulai memegangi sendok dan mulai menyantap makanan yang ada di piring di hadapannya.
Sedangkan Adeeva hanya menatap makanan itu, selera tak selera rasanya melihat makanan yang ada di hadapannya.
Rasa lapar di perutnya membuat Adeeva ingin menyantap makanan tersebut, tapi rasa mual yang selalu mengganggu dirinya membuat Adeeva enggan menyentuh makanan itu.
Axel memperhatikan sikap Adeeva yang masih saja menatap makanannya.
"Deev, kamu enggak mau?" tanya Axel.
"Mhm," gumam Adeeva.
"Kalau enggak mau, kita ganti menu saja," ujar Axel.
Axel pun bersiap hendak mengangkat tangannya memanggil pelayan.
"Jangan, aku mau kok," ujar Adeeva mengurungkan niat Axel untuk memanggil pelayan.
"Ya sudah, kalau kamu mau, kita makan bareng, ya," ajak Axel lagi.
Akhirnya Adeeva pun mengambil sendok dan mulai menyuapi makanan ke dalam mulutnya.
Axel pun juga mulai menikmati makanan miliknya.
Saat makan tak ada seorang pun yang berbicara, selang beberapa menit Axel sudah menghabiskan makanannya sedangkan Adeeva masih saja menyuap makanan ke dalam mulutnya secara perlahan dan sedikit demi sedikit.
Axel mengernyitkan dahinya melihat tingkah Adeeva.
"Deev, kalau kamu memang tidak selera makanan itu kita bisa ganti, jangan dipaksakan," ujar Axel.
Axel tidak mau Adeeva merasa terpaksa menghabiskan makanannya.
"Enggak, aku mau kok. Hanya saja,-" Adeeva bingung harus menjelaskan keadaan dirinya saat ini.
"Ya sudah, kalau begitu aku bantu kamu makannya, ya," tawar Axel.
Axel berpindah duduk tepat di samping Adeeva, setelah itu dia mengambil piring yang ada di hadapan Adeeva.
Perlahan Axel pun mulai menyuapi makanan tersebut ke mulut Adeeva. Mau tak mau Adeeva hanya bisa membuka mulutnya dan menikmati suapan Axel.
Entah mengapa selera Adeeva mulai meningkat, hingga akhirnya Adeeva pun menghabiskan makanannya.
"Alhamdulillah, habis juga. Ternyata kamu memang lagi malas makan, makanya seperti orang gak nafsu saja," ujar Axel.
Adeeva hanya bisa tersenyum malu, kini dia menatap dalam sosok pria yang tak bersalah harus masuk ke dalam kehidupannya yang kelam.
"Axel, kamu itu pria baik-baik, tak seharusnya kamu masuk ke dalam kehidupanku," gumam Adeeva sembari menatap wajah tampan Axel.
Axel juga membalas tatapan Adeeva, jantung Axel berdetak cepat, dia merasa bahagia mendapati tatapan dari wanita yang dicintainya.
"Oek oek oek!"
Tiba-tiba Adeeva merasa mual dan muntah.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
CICI AJACH
Nah lho....ketahuan tuh...
Adeeva muntah muntah di depan Axel...
terbongkar sudah....
2023-05-15
0
Ghina Azfa
aduh...ketahuan nih sama Axel kalau deeva lagi hamil...
2023-05-14
1
🍾⃝ʙͩᴜᷞʟͧᴀᷠɴͣ sᴇᴘᴀʀᴜʜ
aih gmn sih depa, dapet cowok baik malah nolak2 mulu. 🗿
2023-05-06
3