Axel bingung harus jawab apa, dia langsung duduk di kursi yang biasa didudukinya saat makan bersama keluarganya.
"Axel, kamu mau ke mana pagi-pagi begini?" Gita mengulangi pertanyaannya.
"Axel, kamu mau pergi kerja?" tanya Rasyid heran.
Rasyid juga ikut bertanya-tanya pada sang putra saat melihat putranya yang rapi untuk bekerja.
"Mhm, iya, Pa. Ada urusan mendadak yang harus aku selesaikan," ujar Axel setelah mendapatkan jawaban yang tepat atas pertanyaan kedua orang tuanya.
"Urusan apa? Lalu bagaimana dengan Adeeva?" tanya Rasyid.
Setahu Rasyid, sepasang suami istri yang baru saja menikah itu selalu ingin berdua dan tidak mau berpisah apalagi mereka baru saja menikah kemarin yang artinya satu Minggu ini mereka akan selalu ingin berdua.
"Urusan ini tak bisa diundur lagi, aku harus pergi sebentar, Adeeva akan tinggal sebentar," jawab Axel.
"Iya, Pa, Ma. Deev tingga di rumah saja, lagian mama dan papa kan juga di rumah," ujar Adeeva membantu sang suami.
"Oh, ya sudah kalau begitu. Tapi, kamu harus ingat, Axel. Istrimu akan selalu menunggumu di sini," nasehat Rasyid.
Axel dan Adeeva saling melempar pandangan.
"Maafkan aku, Axel." Deev selalu merasa bersalah di dalam hati
"Aku melakukan ini agar aku dapat melupakan sikap Adeeva yang jauh dari harapanku," gumam Axel di dalam hati.
"Tapi, Xel. Papa sudah belikan tiket liburan untukmu dan Adeeva ke Bali, pesawatnya berangkat jam 4 sore," ujar Rasyid memberitahukan hadiah yang sudah disiapkannya.
"Apa?" Axel kaget mendengar ucapan sang papa.
"Iya, papamu menyiapkan tiket ini sebagai hadiah pernikahan kalian, lagian kamu kan jarang libur bekerja," tambah Gita.
Adeeva hanya bisa menundukkan kepalanya, dia tidak tahu harus bahagia atau sedih, Axel menoleh ke arah Adeeva dan akhirnya dia pun memaksakan diri untuk tersenyum di hadapan kedua orang tuanya.
Axel menggenggam tangan Adeeva, lalu tersenyum.
"Terima kasih, Pa. Aku dan Adeeva sangat bahagia," ujar Axel sembari memberi kode pada Adeeva untuk tersenyum.
Akhirnya Adeeva pun terpaksa tersenyum, meskipun dirinya sangat keberatan melakukan perjalanan itu.
"Axel, sesudah Dzuhur kamu sudah harus di rumah," ujar Rasyid.dengan tegas mengingatkan putranya untuk pulang lebih awal.
"Iya, Pa." Axel mengangguk.
Setelah itu mereka pun mulai menikmati sarapan bersama pertama kalinya bersama Adeeva sebagai menantu di rumah itu.
"Deev," lirih Axel saat Adeeva mengantar Axel ke teras rumah sebelum Axel pergi.
"Mhm," gumam Axel.
"Kamu siapkan barang-barang yang kamu rasa kita perlukan untuk perjalanan ini," ujar Axel sekaligus memerintahkan istrinya.
"Tapi, a-aku tidak tahu pakaian mana yang,--"
"Kamu pilih saja di lemari, pakaianku yang kamu rasa aku butuhkan, aku akan pakai pilihan istriku ini," ujar Axel.
Tanpa menunggu tanggapan Adeeva, Axel lalu melangkah masuk ke dalam mobilnya dan meninggalkan Adeeva yang masih bingung.
"Ya sudah, aku akan lakukan apa yang kamu katakan, setidaknya aku harus bisa melakukan yang terbaik untuknya, meskipun aku belum bisa terima dia sebagai suamiku," gumam Adeeva di dalam hati.
Adeeva pun langsung masuk ke dalam kamar Axel yang ada di lantai 2, dia pun melakukan apa yang diperintahkan oleh suaminya, dia membuka lemari besar tempat pakaian Axel tertata rapi di sana.
Dia mengambil beberapa kemeja, kaos, celana panjang serta celana pendek. Saat Adeeva hendak mengambil pakaian dalam milik sang suami, rasa geli menyelimuti setiap sendi di tubuhnya.
Pikirannya membayangkan hal-hal privasi di tubuh sang suami.
"Astaghfirullah," gumam Adeeva.
Tangannya mengambil pakaian dalam tersebut lalu memasukkannya beberapa helai ke dalam koper.
Sebelum Dzuhur semua barang-barang yang akan mereka bawa pun telah siap, Adeeva kini membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur, beristirahat sejenak sembari menunggu kedatangan Axel.
Sementara itu Axel kini berada di ruang kerjanya, dia termenung memikirkan kehidupan barunya yang tidak sesuai dengan kehendaknya.
"Aaaarrggghhh."
Prankk.
Tiba-tiba Axel melempar sebuah vas bunga yang ada di depannya ke lantai, emosinya tak tertahan lagi.
Rasa sesak di dadanya yang semalam terpendam akhirnya keluar juga.
"Apa yang terjadi, Bro?" Damar kaget dan langsung masuk ke dalam ruangan sahabat sekaligus asisten pribadi Axel.
Axel hanya diam, dia mengabaikan pertanyaan dari sang sahabat.
Damar melihat pecahan vas bunga yang ada di lantai, lalu dia berbalik keluar memanggil seorang OB untuk membersihkan ruangan Axel.
"Pengantin baru sudah marah-marah begini. Biasanya pengantin baru itu dihiasi kebahagiaan. Apa yang terjadi antara kamu dan istrimu?" tanya Damar lagi setelah OB selesai membersihkan ruangan itu.
"Entahlah," lirih Axel.
Axel hanya menggelengkan kepalanya.
Damar masih menunggu cerita dari sahabatnya itu, tapi Axel tak banyak bicara.
"Dam, hari ini aku akan berangkat ke Bali. Aku harap kamu bisa handle semua yang berkaitan dengan pekerjaanku," ujar Axel.
"Apa? Ke Bali? Jadi kamu pergi bulan madu enggak ngajak-ngajak aku?" canda Damar.
Damar melupakan amarah Axel yang tadi memuncak.
Damar tahu betul bagaimana sifat sang sahabat, dia akan menceritakan masalahnya jika memang berat, dan dia akan menceritakan masalahnya di saat dia sudah merasa tenang.
Axel menatap tajam ke arah Damar, sedangkan Damar hanya tersenyum menggoda sang sahabat.
Tak berapa lama Axel pun berdiri. Lalu dia melangkah keluar meninggalkan Damar begitu saja.
Axel langsung masuk ke dalam mobil, lalu melajukan mobilnya menuju rumah. Dia sudah berjanji pada kedua orang tuanya untuk pulang setelah Dzuhur.
Saat ini dia masih berusaha menutupi keadaan rumah tangganya dengan Adeeva, dia masih berharap Adeeva berubah dan rumah tangga mereka berikutnya akan bahagia.
"Deev," panggil Axel saat dia sudah berada di depan pintu kamar.
Saat dia masuk kamar, dia mendapati sang istri tengah berbaring di atas tempat tidur.
Adeeva membalikkan tubuhnya, lalu dia bangkit dan menghampiri Axel.
"Kamu sudah pulang?" tanya Adeeva.
Axel mengangguk lalu mereka pun melangkah menuju tempat tidur, Axel duduk di pinggir tempat tidur, diikuti oleh Adeeva.
"Apakah kamu sudah siapkan semua barang-barang yang akan dibawa nanti?" tanya Axel.
"Sudah." Adeeva menganggukkan kepalanya menjawab pertanyaan dari sang suami.
"Ya sudah, aku mau istirahat dulu." Axel membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur.
Membiarkan Adeeva yang masih duduk di pinggir tempat tidur.
Melihat apa yang dilakukan Axel, Adeeva hanya bisa membiarkannya.
Pada pukul 14.30.
Tok tok tok. Terdengar pintu kamar diketuk. Adeeva bergegas melangkah menuju pintu, dia mendapati mama mertuanya sudah berdiri di hadapannya.
"Deev, apakah kalian sudah siap?" tanya Gita pada sang menantu.
"Mhm, barang-barang sudah siap, Ma. Tapi, Axel masih tidur," jawab Adeeva .
"Ya sudah, kamu bangunkan dia, lalu bersiaplah, jam 15.10 mama dan papa akan mengantarkan kalian," perintah Gita pada Adeeva.
"Baik, Ma." Adeeva menganggukkan kepalanya.
Setelah itu , Adeeva menghampiri Axel yang masih tidur dengan lelap.
"Axel," lirih Adeeva berusaha membangunkan sang suami.
"Pergi!" bentak Axel.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
CICI AJACH
Axel juga bisa marah tho...
kok.aku yang jadi takut???
2023-05-15
0
Humayra
Palingan Axel cuma mimpi, karena rasa kesal yang masih melanda hatinya....
semoga Adeeva berubah, dan mereka pun hidup bahagia....
2023-05-05
9