Axel kaget mendapat perlakuan tersebut dari sang istri, dia tak menyangka Adeeva akan menolak perlakuan yang wajar dilakukan oleh seorang suami terhadap sang istri.
"Ada apa, Deev?" tanya Axel.
"Maaf, aku belum bisa melakukan itu," lirih Adeeva sembari membalikkan tubuhnya.
Dia kini mengambil posisi membelakangi sang suami.
Axel menghela napas panjang.
"Baiklah, jika kamu memang belum siap, aku akan siap menunggumu hingga kamu benar-benar siap," ujar Axel.
Axel pun ikut membelakangi Adeeva, pria tampan itu merasa sangat kecewa dengan perlakuan sang istri, tapi dia berusaha untuk bersabar.
Pukul 04.00.
Adeeva terbangun dari tidurnya, dia membuka matanya dan mendapati sosok Axel masih terlelap di sampingnya.
"Aaaaaaaa," pekik Adeeva.
Dia kaget melihat sosok pria tidur bersamanya di tempat tidur yang sama.
"Astaghfirullah," pekik Axel juga.
Axel kaget mendengar teriakan Adeeva yang memekakkan telinganya di pagi hari.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Axel.
"Kamu ngapain tidur di sini?" tanya Adeeva.
"Deev, aku ini suamimu. Lalu aku harus tidur di mana?" protes Axel pada Adeeva.
Adeeva terdiam mendengar ucapan sang suami. Dia baru sadar bahwa saat ini statusnya telah berubah, dia bukan lagi seorang wanita single, tapi dia kini sudah memiliki seorang suami.
"Maaf," lirih Adeeva.
Adeeva pun turun dari tempat tidur, dia tak lagi mempedulikan Axel yang melongo melihat sikap sang istri.
"Apa sebenarnya yang telah terjadi? Mengapa sikap Adeeva seperti itu? Bukankah dia mau menikah denganku?" gumam Axel heran.
Axel pun mengambil ponselnya yang terletak di atas nakas di samping tempat tidur.
Dia membuka ponselnya sembari menunggu Adeeva yang kini sedang berada di kamar mandi.
Selang beberapa menit Adeeva keluar dari kamar mandi, dia baru saja selesai mandi dan kini bersiap untuk shalat subuh.
"Deev, tunggulah aku. Kita shalat subuh berjama'ah," ujar Axel Pada istrinya.
"Baiklah," lirih Adeeva sambil mengangguk.
Adeeva pun mengenakan mukenanya, lalu dia duduk di atas sajadah menunggu Axel.
Tak berapa lama, Axel keluar dari kamar mandi dengan mengenakan handuk di pinggang.
Pria tampan itu memamerkan perut kotak-kotak seperti roti sobek yang sangat memukau bagi setiap wanita yang melihatnya.
"Aaaaaaaa," pekik Adeeva.
Dia bergegas menutup matanya, ada rasa malu menyelinap di hatinya melihat Axel bertelanjang dada di hadapannya.
"Ada apa?" tanya Axel santai lalu menghampiri Adeeva.
"Kamu kenapa tidak pakai baju keluar dari kamar mandinya?" protes Adeeva masih menutupi wajahnya dengan telapak tangannya.
"Aku sudah biasa seperti ini, toh kamu kan istriku. Kamu boleh melihat setiap sudut yang ada di tubuhku termasuk,--"
"Stop, sana kamu pakai bajumu." Adeeva langsung memotong ucapan Axel.
Dia merasa malu dan bersalah mendengar ucapan Axel. Meskipun saat ini dia sudah sah sebagai istri Axel, dia masih belum bisa menerima hal itu karena kondisinya saat ini.
Adeeva merasa pernikahannya dan Axel tidak sah karena dirinya yang tengah mengandung, sesuai ilmu yang pernah dipelajarinya seorang wanita yang hamil tidak boleh dinikahi dan dicerai, dan menurut pandangannya pernikahan yang telah terjadi antara dirinya dan Axel sama sekali tidak sah.
Axel menautkan kedua alisnya, dia bingung dengan sikap Adeeva. Namun, Axel masih bertekad untuk bertahan dalam pernikahannya.
"Baiklah, aku akan mengenakan pakaianku. Apakah kamu sudah menyiapkan pakaian yang akan aku kenakan?" tanya Axel.
Axel berharap Adeeva tetap melakukan tugasnya sebagai istri yang biasa dilakukan oleh mamanya terhadap papanya.
Dia juga berharap dengan kebiasaan mengurus dirinya sebagai suami, semoga saja Adeeva akan berubah dan mulai mencintai dirinya.
"Hah? A-aku ti-tidak tahu di mana pakaianmu, a-aku juga tidak tahu kamu mau pakai baju apa," lirih Adeeva.
Wanita itu masih saja menutup wajahnya dengan telapak tangannya.
"Ya sudah, lain kali kamu harus mengurusi segala kebutuhanku, untuk hari ini aku akan melakukannya sendiri," ujar Axel tegas.
"Ya Allah, maafkan hamba tidak tahu apa-apa yang harus hamba lakukan sebagai istrinya," gumam Adeeva.
Axel pun melangkah menuju lemari, pria itu mengambil pakaian yang akan dikenakannya lalu memakainya.
Setelah itu, dia pun bersiap untuk melaksanakan shalat subuh berjama'ah pertama kalinya bersama sang istri.
"Deev, mulai detik ini kita akan berperilaku layaknya suami istri baik di depan dan di belakang mama dan papa," lirih Axel sebelum memulai shalat.
"Shalat subuh ini akan memulai hubungan baru untuk kita berdua," lirih Axel lagi.
Jantung Adeeva berdetak dengan kencang mendengar ucapan Axel.
"Apakah kamu juga akan menuntut hakmu sebagai seorang suami?" gumam Adeeva di dalam hati.
"Allahu Akbar," ujar Axel lantang memulai shalatnya.
Mereka pun memulai shalat mereka, Adeeva berusaha khusu' meskipun ucapan Axel masih mengganggu pikirannya.
Setelah selesai shalat subuh, Axel berdo'a dan memohon pada Allah untuk membukakan hati sang istri agar mau menerima dirinya.
Sedangkan Adeeva berdo'a dan memohon ampunan pada Allah atas dosa yang telah dilakukannya. Dia tak bisa memaafkan dirinya karena telah membawa Axel ke dalam hidupnya yang telah rusak.
"Deev." Axel membalikkan tubuhnya lalu mengulurkan tangannya.
Adeeva menerima uluran tangan Axel lalu mencium punggung tangan pria yang sudah sah menjadi suaminya itu.
Axel pun hendak mencium puncak kepala Adeeva, tapi Adeeva berusaha mengelak.
Axel terdiam sejenak, tapi dia terus berusaha menenangkan hatinya. Ingin rasanya marah pada Adeeva, tapi hal itu diurungkannya.
Dia memilih bersabar, dia menyimpan rasa kecewanya untuk sementara waktu.
"Aku keluar dulu, aku akan membantu mama memasak di dapur," ujar Adeeva berusaha menetralkan suasana.
Dia tahu saat ini Axel sangat kecewa pada dirinya, oleh karena itu dia memilih menghindari Axel untuk sementara waktu.
Axel mengangguk lalu membiarkan Adeeva keluar dari kamar, Axel langsung bersiap-siap untuk pergi bekerja.
Awalnya Axel mau melakukan bulan madu dengan Adeeva, tapi dia mengurungkan niatnya itu karena sikap Adeeva yang terlihat menolak dirinya.
Baginya lebih baik dia mencari kesibukan dari pada memendam rasa sakit karena kecewa.
"Deev, kamu sudah bangun?" sapa Gita dengan ramah saat Adeeva telah berada di dapur.
"Iya, Ma. Deev bisa bantu apa, Ma?" tanya Adeeva pada mama mertuanya.
"Mhm, kamu enggak perlu repot-repot. Di sini udah ada Mak Siti yang bantuin mama masak sarapan." Gita menolak tawaran bantuan Adeeva.
"Enggak apa-apa kok, Ma. Lagian Deev udah biasa bantuin ibu di rumah." Deev terus mendesak ibu mertuanya agar diperbolehkan untuk membantu.
"Ya udah, kamu bantu potong ini aja," ujar Gita sembari menyodorkan beberapa wortel yang hendak dipotongnya.
"Baiklah, Ma." Deev mengambil alih pekerjaan sang mama mertua.
Tak berapa lama hidangan sarapan di rumah Rasyid pun telah terhidang di atas meja makan. Axel masuk ruang makan.
Gita menautkan kedua alisnya melihat putranya telah tapi untuk berangkat bekerja.
"Axel, kamu mau ke mana?" tanya Gita.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
CICI AJACH
enggak perlu teriak kali Adeeva...
Axel itu kan suami kamu....
polos amat ah...
2023-05-15
0
Humayra
waktunya bulan madu malah pergi kerja...
kasihan Adeeva, tapi Adeeva juga sih enggak mau disentuh, kan kasihan Axel yang pengen....
2023-05-05
9