Hari ini bersekolah seperti biasa, bulan terakhir semester 2 di kelas 10 SMA membuatku begitu sibuk.
Aku mengisi hari-hari yang monoton seperti belajar untuk Ujian Akhir Semester, berlatih band dan paduan yang suara, serta rapat untuk kegiatan OSIS.
Aku memutuskan untuk menahan diri 2 semester ini untuk sekalian menuntaskan 1 periode di OSIS.
Jadwal banyak yang bertabrakan, aku cukup.. ah lebih tepatnya aku sangatlah kewalahan. Memiliki banyak kesibukan di sekolah tidak selalu menyenangkan, tapi dilain sisi hal ini selalu menantang bagiku.
Oh iya, kenalkan band baruku yang belum lama terbentuk karena susahnya mencari anak yang bisa main musik di sekolah yang isinya anak ambis semua.
Aku sangat senang bisa menemukan mereka, dan kami sama-sama masih pemula dalam bermain musik sehingga butuh waktu lama untuk menyesuaikan diri sebagai satu band.
Ini adalah pertama kalinya aku akan manggung di luar sekolah berkat channel dari kakak kelasku. Kami mendapat slot untuk tampil di mall, walaupun bukan acara besar tapi band kami begitu antusias.dan berlatih dengan cukup keras.
Band kecilku ini diisi oleh 3 orang, aku sebagai vokalis sekaligus gitaris, kemudian Mahes sebagai gitar lead, dan Gilang memegang cajon.
Band kecil kami ini kami sebut Onebite dengan genre musik yang kami bawa adalah pop akustik.
Hari itu aneh sekali Dio yang awalnya tidak mau ikut tiba-tiba merengek untuk ikut aku manggung di Mall, Zoey juga berkata ingin ikut.
Rencananya aku mau berangkat bersama bandku, Mahes dan Gilang tapi karena Zoey dan Dio ikut aku akan bersama mereka. Karena banyaknya alat yang kami bawa, terpaksa butuh 1 mobil lagi dan Dio bersedia meminjamkannya.
Perjalanan lancar walaupun selama perjalanan Dio terus mengoceh memberi berbagai saran sok ahli kepadaku.
"Inget yah! Lo sebagai vokalis jangan sampe gugup.. berhubung gue ini berpengalaman jadi pusat perhatian, gue mau kasih saran lo yang jarang, eh enggak ding maksudku gak pernah populer.
Ntar kalo lo seketika speechless lo berusaha apa kek ngomongin suasana atau nawarin makanan stand nya. Ucapan terimakasih dan sebagainya asal lo jeplak aja gitu gapapa!". Dio terus berbicara tanpa jeda.
"Heleh elu mah pengalaman jadi playboy aje bangga". Ucap Zoey menyindir Dio.
"Iya lu kebanyakan omong". Jawabku.
Aku mulai bosan mendengar ocehannya dan menyalakan musik dan ku maksimalkan volumenya.
Ditengah keseruan kami karaokean di mobil, tiba-tiba telingaku mulai mendengar sesuatu, terngiang suara Gilang
"Wah, nggak ada yang bisa kita lakuin".
"Kita batal..". Suara Mahes juga bermunculan.
Astaga aku kesal sekali karena suara itu jelas sekali, aku bertanya-tanya apa maksud dari semua ini? Aku takut sekali kalau nanti kami batal manggung, rasanya mood ku berubah buruk dalam sekejap membayangkan kalau sampai hal itu terjadi.
Mereka semua juga pasti akan sangat kecewa dan kesal kalau seandainya batal, karena mereka sudah bersungguh- sungguh berlatih untuk pentas pertama ini.
"Eh btw lo bawa kamera kan Zoey?". Tanya Dio pada Zoey.
"Eh beneran lu bawa? terniat sekali anda?". Aku terharu mendengar persiapan mereka.
"Iya dong, apalagi ini hari debut temen gue di luar sekolah haha! Gue juga bawa tripod tuh biar stabil ntar pengambilan videonya". Jawab Zoey.
Astaga bahkan para penonton tak berbayar ini juga sudah antusias, aku jadi sedih karena takut mereka pasti akan merasakan kekecewaan juga.
Aku kesal sekali seakan ingin memberitahu yang akan terjadi mereka dan malah ingin pulang saja namun, aku pasti akan dianggap gila oleh mereka.
"Heh awas ya kalo lo nyuting fokus ke Mahes doang nanti! Gue tau alasan lo tiba-tiba mau iku pasti gara-gara mau modus kan haha!". Aku akhirnya mencoba merilekskan diri dan mulai menggoda Zoey.
"Hei, sembarangan kalo ngomong. Itu mah bener banget! ups". Jawab Zoey menyeletuk dan membuat kami tertawa.
Setelah sampai dan menurunkan barang-barang, kami pun segera menuju lokasi pentas panggung, hari ini mall begitu padat karena sekarang adalah weekend.
Apalagi aku akan manggung di acara festival makanan, disana banyak sekali standfood yang menjual berbagai makanan dan ramai sekali yang membelinya.
Sedari welcome gate, aku mendengar suara nyanyian indah dari panggung, dan nampaknya ini adalah solo vokal sambil diiringi gitar.
Suaranya begitu merdu dan sopan ditelingaku, apalagi ditambah skill main gitarnya pun sangat gila padahal dia tampil sendiri.
Tentu, membuatku penasaran dan bergegas kepanggung untuk menengoknya. Terlambat, tak sempat kami menonton, tiba-tiba LO kami memanggil untuk briefing.
"Sori agak maju kak, ini jadwalnya semuanya maju soalnya ada yang berhalangan. Abis ini langsung naik ready ya?". LO itu terlihat panik dan kami mengiyakan.
Aku segera mengeluarkan gitarku, dan taraa benar saja gitarku putus senarnya membuatku seketika kebingungan, sepertinya hari ini kami benar-benar batal.
Lebih parahnya ternyata aku adalah penyebab batalnya penampilan ini, aku sudah putus asa karena tahu kalau kami akan batal manggung.
"Mahes. ini gimana dong?". Aku memasang wajah mewek.
"What the.. lo bawa senar gak? eh tapi gak sempet kalo mau ganti! Wah payah, gimana ya?". Mahes juga ikut panik.
"Masa kita batal manggung?". Ucapan Mahes membuatku de javu.
"Iya, gue bawa tapi percumaa, MC lagi cuap-cuap, abis ini kita". Aku terduduk karena benar-benar frustasi akan keadaan, aku sudah pasrah kalau memang harus batal manggung.
"Bentar gue cari pinjem". Gilang keluar dari ruangan, beberapa detik kemudian ia membawakan tas gitar dengan senyum lebar di wajahnya.
Tunggu, kejadian ini tidak sesuai bayanganku tadi.
"Ini diaa! dah ayok kita langsung siap-siap!". Gilang bersemangat dan segera mebukakan tas gitar itu, dan terkejut melihat isinya.
"Tunggu, ini kan kaya gitar lo yang dirumah Re yang selalu lo anggurin bagaikan pajangan museum?". Gilang penasaran dan mengeluarkan gitar itu.
"Kata lo ini custom khusus makanya lo gak mau pake sama sekali takut rusak? hahaha ternyata pasaran". Mahes mengejekku.
"Enggak lah, punya gue beneran custom kok!! Hei bentar, ini kayaknya gue tau deh punya siapa?". Aku langsung teringat seseorang.
"Dah ayo ntar aja ngobrolnya!". Gilang menarikku keluar.
"Eh bentar, Mahes lu pake yang ini ya gitarnya?". Aku meminta bertukar gitar karena taku memakai gitar yang mirip gitar terkutuk ku.
"Ah rempong lu, itu kan bukan gitar lu! Gausah posesif, pake aja kali orang yang minjemin biasa aja". Mahes sama sekali tidak mengerti dan aku tidak ada waktu untuk menjelaskan, akhirnya aku pun menyerah dan tetap memakai gitar pinjaman itu. Yah, aku yakin ini gitar Leon.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments