Bab 5 : Berdamai dengan Rumor

Di SMA merupakan awal baruku untuk memulai kehidupan baru, tentunya tanpa ibu. Memasuki gerbang sekolah sambil memperhatikan setiap detail di dalamnya.

Bukankah ini wajar ketika seseorang memasuki lingkungan baru menjadi lebih atau bahkan terlalu sensitif dengan setiap kejadian yang ada.

Aku berjalan melewati lorong-lorong kelas sembari mencari dimana kelasku berada. Kemudian menaiki tangga yang cukup melelahkan dan akhirnya kutemukan kelas ku "Kelas 10 IPS 1".

Terlihat kelas sudah setengah terisi orang orang dengan wajah asing yang sedikit membuatku gugup. Ini adalah penentuan teman sebangku, aku berharap menemukan teman sebangku yang membuatku nyaman untuk 3 tahun kedepan.

Aku harus memilih acak dan berharap akan menemukan orang yang tepat tersebut.

Tunggu, sepertinya kali ini aku tidak bisa memilih karena semua orang sudah menemukan teman sebangkunya.

Baiklah aku akan mencari kursi kosong saja, meja nomor 2 di tengah yang menurutku sempurna. Tidak terlalu depan ataupun belakang dan juga posisinya ditengah sehingga memudahkanku menyimak papan tulis.

Aku harap teman sebangku ku adalah orang yang sefrekuensi denganku.

Satu persatu orang datang namun belum juga ada yang mau duduk di sebelahku. Astaga aku jadi berpikiran tidak tidak, mungkinkah aku terlihat menyebalkan bagi mereka? Coba aku terka penampilanku.

Menurutku ini cukup rapi dan tidak terlalu berlebihan. Aku hanya memakai seragam yang sama persis seperti mereka gunakan, bahkan bahannya pun juga sama. Yang pasti bukan pakaian alasannya, lalu apakah rautku menyebalkan? Ah iya mungkin saja, aku dulu juga terkenal memiliki raut cuek dan cenderung judes menurut teman-teman SMP ku.

Pasti itu alasannya mereka takut mendekatiku, baiklah aku mencoba murah senyum ke semua orang.

30 menit berlalu dan bel telah berbunyi, tapi orang-orang ini tak ada yang mau duduk dengan ku. Oke fine, baiklah aku juga tidak apa-apa duduk sendirian. Toh aku malah lebih leluasa juga, hal itu tidak begitu buruk.

Guru sudah masuk dan hari pertama hanya diisi dengan perkenalan. Pelajaran terus berlalu, tiba-tiba seorang siswa perempuan masuk ke kelasku dia terlambat 1 jam di hari pertama masuk sekolah.

Wajahnya cantik putih bersih, namun gayanya begitu tomboy didukung dengan potongan rambutnya yang cepak seperti laki-laki. Semua orang menatapnya seakan tidak percaya ada orang seberani itu datang terlambat.

Dia berjabat tangan kepada guru "Mohon maaf bu, saya kesiangan tadi". Dari logatnya dia seperti bukan orang dari Jawa. Beruntunglah gurunya merupakan tipe yang baik dan hangat sehingga beliau hanya bilang kepada siswa tersebut agar tidak mengulanginya.

Siswa itu hanya tersenyum kecut dan menggaruk-garuk kepalanya karena sedikit malu.

Namun aku cukup kagum karena ia terlihat sama sekali tidak gugup atau ketakutan karena terlambat, dia tersenyum dan langsung menghampiri tempat duduk ku.

"Apakah aku boleh duduk disini?".

Aku yang belum sempat berpikir, malah langsung mengangguk dengan wajah bingung.

"Ah? ya.. boleh".

"Siapa namamu?" Tanya siswa itu. "Shire, kau?". Aku bertanya balik.

Kemudian dia pun menjawab "Zoey, senang berkenalan denganmu".

Aku tidak tahu apakah aku menyukainya atau tidak, tapi sejauh ini dia tidak menyebalkan dan kurasa dia orang yang sangat percaya diri.

Aku sempat memperhatikan Zoey sebentar, namun sepertinya itu cukup menyinggungnya.

"Ada apa?".

Zoey tiba-tiba menanyakan hal yang mengejutkanku.

"Ah? tidak apa-apa".

Sepertinya dia merasa ku perhatikan dari tadi.

"Kau pasti bingung dengan gayaku yang seperti ini? hm, apa kau tidak nyaman denganku? Aku akan pindah kalau kau mau?".

Tanya Zoey, astaga sepertinya aku telah membuatnya benar-benar tersinggung.

"Ah, tentu tidak seperti itu. mmm.. aku tu.. ehh... aanu...". Aku berusaha mencari-cari alasan, dan akhirnya aku melihat gantungan kuncinya berlogo BTS.

"Ahh.. itu apakah kamu menyukai boyband BTS? Karena aku juga fans nya hehe".

Aku mencari-cari alasan walaupun sebenarnya aku tidak terlalu memiliki minat tentang K-pop.

"Aah iya, aa.. pasti kamu melihat gantungan kunciku. Tentu, aku fans nya mereka! Aku juga menabung untuk nonton konser mereka! Kalo kamu gimana? apa kamu juga mau nonton? Merch BTS mu apa aja?". Jawab Zoey bersemangat.

"Wow, Kamu pasti suka udah lama ya? Huh, aku belum lama tapi aku tetap kagum dengan mereka". Jawabku. Untung saja teman SMP ku dulu banyak yang K-Poppers jadi tau sedikit banyak tentang istilah- istilah di K-Pop.

"Santai aja kalik, kamu bakalan segera memahami mereka kok, kapan-kapan main ke rumahku yuk? Aku tunjukin barang-barang aku!".

Zoey langsung mengajakku bermain kerumahnya, padahal kami baru pertama kali bertemu.

Wah, apa orang-orang yang menyukai K-pop bisa secepat itu klop setelah tau kesamaan mereka? Hebat sekali, paling tidak semua ketegangan ini bisa di cairkan.

Awal pertemuanku dengan Zoey sangatlah unik dan tidak terlupakan, dia adalah anak yang baik dan ceria yang tersembunyi didalam citra dingin dan tomboynya.

Waktu bersahabat dengannya, semua hal tentangnya kupahami selagi menghabiskan waktu yang terus berlalu yang seakan berputar di sekitarku dan Zoey, sejauh ini aku tak pernah bermasalah dengannya ataupun yang lain.

Aku begitu akrab dengan semua orang namun Zoey orang yang tidak semudah itu terbuka dengan orang lain dan dia adalah tipe yang tidak suka mengusik orang lain karena hal-hal sepele seperti peres dan bermuka 2 itu adalah hal-hal yang tidak suka ia lakukan.

Orang orang kurang suka dengan sikap Zoey yang dianggap cuek, bahkan mereka juga memberitahuku tentang ketidaksukaannya.

"Kamu kok mau sih sebangku sama dia? Aku sebel banget aku kemaren cuman tanya jawaban 1 doang! dia malah diemin sambil melototin aku gitu. Kalau gak mau kasih tau ya bilang aja gausah sampe melotot, seakan-akan akan aku berdosa banget".

Kata salah satu teman di kelas yang menggibahi Zoey ketika Zoey tidak ada di kelas.

Yah ketika mendengar ceritanya aku cukup yakin Zoey tidak sepenuhnya salah, wait. Kalau dipikir-pikir Zoey memang tidak salah, karena si Kinta nama siswa yang bercerita tadi orangnya emang suka nyontek walau dia peringkat 2 aku yakin dia tidak sepenuhnya jujur.

Sedangkan Zoey selalu belajar dan jujur pasti kesal kalau diperlakukan seperti itu. Aku hanya bisa diam agar tidak menimbulkan masalah kedepannya dan membuat Zoey kewalahan.

Oh iya, tentunya ada 1 lagi teman cowokku dia sahabat sejak SMP, dia orang yang dengan bodohnya melepaskan beasiswa luar negerinya untuk bersekolah di sekolah yang sama denganku. Dia dari kelas IPA 2, si cowok genit nan menyebalkan bernama Dio tapi cukup perhatian sebagai teman.

Aku ingin menceritakan sedikit tentang manusia ini. Alkisah sebenarnya dulu sebelum kami bersahabat sewaktu SMP, Dio pernah menembakku tapi langsung ku tolak, yah wajahnya memang tampan dan otaknya memang pintar membuat dia selalu ikut mewakili olimpiade dan tentunya sering juara.

Alasan aku menolaknya bukan karena jual mahal atau apa, kalau dipikir-pikir dia sangat lumayan namun, aku mengetahui saat itu ia ternyata juga telah menyatakan cinta dengan ke tiga temanku di saat yang hampir bersamaan.

Yah, kesimpulannya dia itu playboy, astaga aku selalu tertawa mengingat tingkah lakunya itu. Berani-beraninya ia ingin mempermainkan ku? Walaupun dia pintar tapi untuk masalah seperti ini aku tidak bisa ia bodohi.

Hubungan kami memang sempat renggang namun keajaiban membuat kita bersatu sebagai sahabat. Setelah tragedi penolakan itu terjadi, dia tiba-tiba dengan tidak tahu malunya menghubungiku lagi dan berkata ingin mendekati sahabatku yang lain kemudian saat itu dia pun meminta bantuanku.

Karena aku orang yang cukup berkepala dingin dan aku memang tidak ada rasa padanya, aku memaafkannya dengan mudah dan malah membantunya. Aku bahkan memarahinya kalau sampai ia mempermainkan teman-temanku.

Yah, sejak saat itulah kami menjadi sahabat, dia bergonta-ganti pacar dan aku yang selalu gagal dalam pdkt dengan cowok yang aku suka. Pacarnya selalu cemburu denganku dan aku selalu di cap sebagai orang ketiga.

Hal itu sangat biasa terjadi dan membuatku begitu kebal dengan semua itu. Berkali-kali juga teman-teman disekolah mengira kami berpacaran, hal itu membuat para cowok tidak berani mendekatiku.

Sebenarnya selama ini kurasa aku menjomblo karena Dio, sungguh menyebalkan sekali. Namun aku juga sedang malas menjalin hubungan dengan cowok, apalagi saat itu aku sedang SMP jadi pacaran bukanlah hal yang perlu.

Sekali lagi aku bilang pada diriku sendiri tidak apa-apa, karena ada banyak sekali sahabat baik disekitarku yang membuatku tidak pernah merasa kesepian.

Hari pertama saat itu di SMA bercampur aduk rasanya namun, aku sangat bersyukur telah menemukan 2 sahabat, pada intinya aku merasa bahagia walaupun telah melewatkan kesempatan untuk sekolah musik yang sempat terbesit di kepalaku, sekarang aku semakin mantab menerima bersekolah di SMA Tauladan ini.

Istirahat makan siang pada hari pertama adalah kali pertamanya Zoey dan Dio bertemu, aku bersama Zoey ke kantin bersama. Saat itu Zoey tak henti-hentinya membicarakan tentang BTS, aku hanya bisa terus mendengarnya dan kesulitan menjawab karena pengetahuanku tidak sedalam itu.

"Ngomong-omong soal BTS, kudengar mereka habis bekerjasama sama artis Luar negeri kan? Wah aku juga ngefans sama mereka setelah kolaborasi itu". Tiba-tiba Dio datang dari belakang menyambung percakapan kami, membuat kami terkejut. "Siapa kamu?". Zoey bertanya dengan wajah yang masih terkejut.

"Halo, boleh kenalan sama kalian. Wah aku dari tadi sangat tertarik dengan percakapan kalian. Kenalin dong aku Dio dari 10 IPA 2". Yah, sudah kuduga dia akan bersikap tengil seperti ini.

"Kenalan apanya?". Aku menjawabnya dengan sinis.

"Aduh, kamu sombong sekali ya, yaudah aku kenalan sama yang satunya aja. Halo cinta, eh mbak, namanya siapa?". Jawab Dio bersikap genit.

"Zoey". Jawab Zoey pada Dio.

"Apa kamu kenal dia?". Tanya Zoey berbisik padaku.

Aku menggelengkan kepalaku pada Zoey.

Dio tiba-tiba duduk di sebelahku dan merangkulku, membuat semua orang dikantin memperhatikan meja kami. Aku langsung menyingkirkan rangkulannya.

"Heh, lepasin mereka bisa salah paham".

"Why? sante aja, kita kan sahabat ya kan. Gini Zoey gue sama Shire itu sahabat, btw senang berkenalan denganmu. Kamu juga bisa menganggap aku sahabat mu Zoey, ya kan Shire".

Dio tiba-tiba mencubit pipiku dan terasa sangat sakit.

"Hei, hentikan sakit!". Aku membentak pada Dio.

"Ah.. tambahan lagi Zoey, orang-orang dulu sering ngira kami pacaran, jadi mungkin kamu juga akan dikira pacaran sama aku kalo kita sahabatan, apa kamu gak papa? Orang-orang mungkin berfikir kita ada cinta segitiga, maklum ketampananku ini suka membuat orang salah paham". Dio terus mengoceh membuatku geram, aku menjejalkan gorengan ke mulutnya untuk membungkam Dio.

"Wah, kamu kocak banget orangnya, semoga kita bisa berteman baik". Jawab Zoey.

"Kamu harus kuatin mental kalau sama Dio". Aku memberi masukan pada Zoey.

"Mental apanya coba?".

Dio membantah namun bicaranya tidak jelas karena masih mengunyah gorengan.

"Kunyah dulu sebelum ngomong". Jawabku.

Kami terus berbincang dengan asik sampai tanpa sadar bel masuk berbunyi.

Saat memasuki kelas aku sangat terkejut seakan meresakan de javu. Lagi-lagi rumorku berpacaran dengan Dio kembali terulang seperti dulu, mereka bahkan langsung menanyaiku.

"Eh kamu punya pacar satu sekolah kah? Astaga ganteng banget pacar kamu".

Aku menghela nafas mendengar semua omong kosong ini lagi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!