Bab 10 : Si Paling Misterius

Dio nampaknya meremehkan amarahku, akupun menepis tangannya dari pundakku dan mempelintirnya dengan jurus karate.

"Apa? pacar?". Tanyaku dengan nada mengintimidasi.

"Aaa...a.. iya ampun-ampun lepass". Dia akhirnya memohon.

"No..no..no.. gini ya! gue sebagai pihak yang tidak tau apa-apa dan tidak berwenang buat tanggung jawab atas kejadian yang baru saja menimpa lo. Di sisi lain bahkan sangat wajar jika gue marah dengan alasan lu udah boongin gue + ambil benefit dari akting heroik gue tadi, bukankan lebih wajar elu minta maaf dan berterima kasih sama gue?". Jawabku menekankan siapa yang salah disini.

"Iyaa deh iya, gue mau jelasin juga, dengerin duluu.. oke fine lah, yang tadi terimakasih banget udah bantuin gue. Gue akuin akting lu hebat banget tadi, ampe kepikiran tentang perjodohan segala, imajinasi lo tak tertandingi emang. Oh iya, sama untuk masalah bohong...".

Selalu begitu, dia begitu santai menghadapi kemarahanku, aku pun tidak tahan lagi dan memotongnya

"Tauk gue gamau dengerin lagi, gue cabut sendiri bye gausah ikutin gue!". Aku pergi dan Dio menghentikanku.

"Iyaaa iyaa udah-udah iya aku salah. Udah lah jangan marah-marah mulu, katanya badmood. Dah ayok nonton film aja daripada ribut terus dari tadi". Pada akhirnya aku pun mengikutinya karena tertarik dengan idenya.

"Nonton ini yok!" Kami sedang bingung memilih film dan aku ingin memilih film action, dan tiba-tiba aku kembali pada mood yang bagus lagi karena memang aku tidak bisa marah lama-lama anaknya.

"Gak ah dah nonton".

Mendengar Dio menolak dengan mudahnya, membuatku tiba-tiba badmood lagi, aku pun langsung memasang wajah ngambek.

"Ahh.. iya deh iya, oke oke ini aja aku belom terlalu bosen kok. Plis jangan ngambek lagi lah, senyum mana senyum? aku dah muak liat muka ngambekmu".

Dio akhirnya mengalah dan aku pun tersenyum puas.

"Baiklah kalo gitu aku pilih yang horor mbak!" Aku tiba-tiba mengganti pilihanku dan mengejutkan Dio.

"Whatt?!"

Aku tahu Dio begitu penakut dan aku akan menyiksanya dengan film ini, rasanya puas sekali melihat wajah pucatnya.

Di studio tak henti-hentinya Dio berteriak dan menutup matanya, bahkan walau dia tak melihat film nya sama sekali, dia tetap saja berteriak mendengar efek-efek suara menyeramkan di studio bioskop.

Aku begitu puas melihatnya tersiksa, setelah keluar dari bioskop akhirnya malah giliran Dio yang ngambek denganku.

"Aduh jangan marah gitu dong, jadi tambah puas gue ngerjain lo hahaha". Aku mengejek Dio.

"Pokoknya gue ngambek, lu pulang sendiri! sukurin jam segini mana ada bis?". Dio gantian mengancamku.

"Whatt? ih gabisa gitu Dio! oke lo tega ma gue, ntar kalo gue diculik lo juga yang repot!" jawabku

"Mana bisa gue repot, yang ada gue bebass hahaha". Dio berhasil memenangkan argumen.

Dia memang licik sekali, film tadi sudah aku yang bayar dan sekarang ia minta ditraktir makan untuk syaratku kalo mau nebeng dia, aku dipalak habis-habisan oleh Dio.

Kami pergi ke Kafe karena mall hampir tutup. Kemudian sesampainya disana  kami mulai memesan, tapi dio hanya memesan minuman.

"Lo minum doang? yakin? biasanya juga lu rakus kalo makan!". Tanyaku.

"Gue sebenernya dah kenyang njir, tadi ulah duo dedek yang maksa gue makan ini itu bikin pengen mual". Jawabnya, aku langsung tertawa terbahak-bahak.

"Yaelah, lha terus ini gimana? ngapain lu minta makan kalo nggak ikut makan? Emangnya kok bisa mereka ngintilin lo gitu? mending kalo satu doang lah ini dua dan rebutan gitu hih kurang kerjaan ngerebutin lu". Tanyaku.

"I know you pasti laper tuh, gue ini temen yang sangat perhatian sama kesehatan temennya, hm apalagi kalo galau gini gue tau lo kan kerjaannya makan terus. Gue gak mau denger lo ngeluh laper terus nyalahin gue. Oh iya  lo pikir gue boongin lo kan tentang latian? enggak sumpah.. abis latian basket tadi mereka ngikutin gue, mereka tu temennya pacarnya temen basket gue. Nah mereka ngajakin gue ngemall gue oke oke aja, ya mana tau lah kalo mereka sampe over gitu". Cerita panjang kali lebar dari Dio, tapi aku tidak begitu mendengarnya karena sibuk makan. Intinya aku tau dia hanya bersikap natural seperti biasa yaitu menjadi playboy, tapi hari ini dia mendapat karma.

"Ahh.. iya deh apapun itu, tapi yang rambut pendek tadi lumayan loh, ga nyesel tuh nolak dia?". Goda ku. "Gak!! ah lo mah ga ngertiin perasaan gue, mana sini bagi makanan!!". Dio tiba-tiba meminta makananku. Alhasil kami malah berebut makanan.

"Hehhh tidak bisa, tadi salah siapa yang gak pesen? lo kan udah kenyang katanya?!!".

Aku menolak namun sudah terlambat Dio sudah memakan setengah potong ayam goreng di piringku.

"Huh, kenapa lo gigit langsung ayamnya? harusnya dicuil aja Dio!!" Aku marah padanya.

"Wait, kita ini kan sahabat? masa bekas sahabat lo sendiri jijik? udah tenang gak akan mati kok?! kalo lo ga mau makan biar gue yang makan".

Dio sudah bersiap mengambil ayam gorengku lagi tapi aku buru-buru menghabiskannya.

"Hahaha dasar rakus juga kan lo!". Dia mengataiku.

Aku begitu sebal dengannya dan kami memang seperti ini sering bertengkar tapi kami tak pernah benar-benar bermusuhan.

Yah, menurutku definisi sahabat adalah orang yang paling bisa menyia-nyiakan kita dan membuat kita semakin tangguh.

Kami pun pulang, dalam perjalanan aku mulai curhat dengan Dio.

"Huh, aku galau banget tauk hari ini! Aku mikir gimana besok aku harus lanjut organisasi atau ekstra yang mana? Lo tau sendiri kan yang gue ikutin tu kegiatannya gue banget, mana bisa gue milih".

"Lah iya, tapi kalo boleh saran nih, menurut gue lo harus pikirin 2 kali lagi deh kalo Osis yang bikin locselalu stres, itu kan yang paling problematik, mending fokus ekstra aja, kaya gue. Toh juga kalo ada event dari osis kaya pensi lo masih bisa ikut serta pentas mewakili  ekstrakurikuler".

Aku membatin kenapa Dio bisa sepemikiran denganku? Benar-benar persis.

Tak lama setelah aku membatin, Dio tiba tiba berkata "Lu pasti lagi kagum sama pemikiran gue".

"Buset nih bocak kek cenayang". Gumamku.

"Lah bener ini mah bukan ramalan lagi tapi fakta, kan gue udah tau lo banget, yah walaupun belum lama banget sih. Makanya udah gausah lo galau in lama-lama tu organisasi sama ekstra. Osis kan juga event nya hampir sama semua setiap tahunnya, mending lo fokus ngembangin bakat aja. Ikut lomba kek biar menang kayak gue".

Pada akhirnya dia nyombongin diri lagi.

Aku hanya memberi tatapan sinis kepadanya. "Iya iya" aku menjawab sambil memonyongkan bibirku untuk mengejeknya.

Tiba-tiba mobil Dio terasa aneh di bagian kiri depan, sepertinya ada masalah di ban nya. "Ah, apaan lagi ini?" Dio mengungkapkan rasa sebalnya.

Kami minggir sebentar untuk memeriksa ban. Dan benar, ban kiri depannya bocor dan kami memeriksa lokasi tukang tambal ban masih agak jauh di maps.

Saat itu tiba-tiba perasaan anehku muncul, telingaku berdengung dan kali ini aku bisa mendengar suara. Anehnya itu bukan hanya sekedar dengungan biasa, namun aku bisa mendengar jelas suara teriakan Dio menjerit keras dan suara pukulan dimana-mana.

"Woi lu nape kok ngelamun?". Tanya dio menyadarkanku.

"Ah, e-enggak papa kok". Jawabku.

"Aku coba cari bengkel didepan dulu ya?". Dio tiba-tiba pamit pergi.

"Nggak! Lo disini aja bisa nggak? perasaan gue gaenak soalnya tempatnya juga sepi". Aku melarangnya.

"Apa? ah iya! lo takut sendirian ya?". Dio malah membercandaiku, tapi aku mengiyakannya agar dia tidak jadi pergi.

Aku masih memikirkan suara-suara tadi yang terdengar jelas, sungguh ini pertama kalinya aku tidak merasakan sakit saat mendengarnya dan ini pertama kalinya aku bisa mendengar suara dengan jelas.

Dilain sisi nampaknya Dio sudah sangat kebingungan.

"Hmm.. terus gimana ini? udah hampir tengah malem, gak ada orang lagi".

"What? apa iya udah tengah malem?! eh bentar gue ngabarin orang rumah dulu". Aku panik.

"Ayah lo marah nggak ntar?". Tanya Dio cemas.

"Enggak lah, lebih tepatnya dia nggak tau. Dia ada kerja di kalimantan dari kemaren susah sinyal jadi jarang ngasih kabar". Jawabku.

"Hm, okedeh aman.. Kita nginep aja mending jam segini dah ga ada yang buka tambal ban dan juga mesti udah tutup".

Dio tiba-tiba mengajak menginap, aku tau tidak akan terjadi aneh-aneh dengannya tapi kurasa ini tidak benar.

"What? gak ah.. aneh-aneh deh lo!".

Dio segera menjawab

"Yaelah jangan mikir aneh-aneh.. kita ini lagi kena musibah daripada entar malah kitanya dibegal atau kenapa napa? mending kita nginep aja. Gue juga ga bakal ngapa- ngapain kalik".

Tiba-tiba seseorang berjalan mendekati kami, aku was was karena takut sesuatu yang aku dengar tadi menjadi kenyataan dan Dio akan kenapa-kenapa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!