Bab 8 : Menahan Emosi

Astaga, aku sangat kesal sekali melihat story itu, pikiranku tiba-tiba menjadi negatif merasa bahwa aku hanya dimanfaatkan secara semena-mena oleh kak Desi.

Wait, jadi dia tega bohong denganku tadi, astaga dia benar-benar membuatku sangat sebal.

Walaupun mukanya agak kurang jelas di story,  tapi aku yakin sekali itu Kak Desi.

Kukira kak Desi orang yang baik, tapi dia tega melakukan hal ini kepadaku.

Aku ingin memastikan lagi, dan masih berharap kalau-kalau aku salah lihat.

Walaupun begitu, hal itu sepertinya sulit, aku hanya bisa berharap kak Raihan akan mengupload foto yang lebih jelas lagi.

Sambil berusaha menenangkan diriku dan akupun lanjut melihat stori yang lain, lalu kulihat Zoey juga membuat stori nongkrong di cafe.

Aku iseng membalasnya.

"Wah dimana tuh kayaknya asyik!". Aku mengirim DM padanya.

Dia langsung membalas.

"Sini, aku di cafe deket sekolah, gilak rame banget anak-anak dari sekolah kita. Aku lihat Dio sama temen-temennya juga lho".

Aku langsung membalasnya lagi " Ah males ah kalo ada Dio, btw lo sendiri aja?". Tanyaku lagi.

"Iya, eh bentar-bentar kayaknya aku liat ketua osis yang ganteng itu deh, kayaknya dia sama ceweknya".

Tiba-tiba Zoey memberitahuku tentang Ketua Osis. Nah, ini saatnya aku mencari klarifikasi siapa cewek tersebut, apakah Kak Desi atau bukan.

"Wait, dia punya cewek? Wah sayang ya? Aku kira dia jomblo. Kamu kenal gak ceweknya siapa?". Jawabku memancing Zoey.

"Hm, kaya pernah liat sih disekolah. Eh, tapi dia bukannya juga anggota Osis? Kamu kenal gak? Bentar aku fotoin mumpung mereka duduk di depanku".

Fotonya diambil agak jauh, membuatku kesulitan untuk mengklarifikasinya, tapi kali ini tidak terlalu mirip dengan Kak Desi membuatku tidak yakin.

Tiba-tiba ada Video call masuk dari Zoey, dan segera ku angkat. Saat kuangkat ternyata malah wajah si Dio yang terpampang.

"Woi sini!". Dio menyuruhku datang.

"Gak ah, capek abis bikin rundown pensi tadi!". Jawabku.

"Apaan sok sibuk banget, tu liat ketua osis sama Kak Desi aja santai pada nongkrong tuh di cafe ini juga". Jawabnya.

"Itu bener Kak Desi? Kok lo tau? Emang lo kenal?". Tanyaku.

"Yaiyalah, kenapa lo kayak kaget gitu? Jangan-jangan lo cemburu ya sama Kak Raihan haha!". Dio malah membercandaiku.

"Heh, jawab dulu.. kok lo bisa tau itu Kak Desi?". Tanyaku lagi.

"Tau lah, Kak Raihan anak basket juga suka bawa ceweknya si Kak Desi pas kita latian". Jawabnya.

"Wah parah, jadi bener Kak Desi di situ?!" Aku sangat kesal.

"Anjay kenapa lu malah marah-marah?". Dio bingung dengan kekesalanku.

"Sebel banget dia ngelimpahin semua kerjaan Osis ke gue tapi malah main seenaknya! Pake bohong lagi sama gue kalau ada acara keluarga". Aku mengungkapkan kekesalanku pada Dio dan Zoey.

"Apa? beneran? Nyebelin banget". Tanya Dio.

"Wah, nyebelin parah tuh berarti re! Tuh liat dia malah haha hihi sekarang diatas penderitaan lo ahahahha". Zoey membalasku dan menertawakan nasibku.

"Yaudah lah ya, udah terlanjur gue kelarin juga tugasnya. Paling enggak gue dah tau sekarang dia orangnya kayak gimana!". Jawabku.

"Yaudah, lo kesini aja biar mereka kaget! Eh, tapi kayanya mereka udah mau pulang sih". Jawab Zoey.

"Udah keles gapapa! Aku juga dah capek mau tidur aja deh, aku mah anak baru mana boleh ngelabtak senior". Jawabku putus asa.

"Wait". Dio tiba-tiba membawa pergi hp Zoey, terdengar Zoey memanggil Dio yang membawa kabur hp nya.

Dio tiba-tiba bersandiwara. "Ah, Shire sayang kamu kenapa kok gak mau kesini sih? Apa? Kamu kecapekan ya bikin jobdesk atau apalah itu istilahnya gue ga paham!".

"Lo ngapain? Udah gue bilangin jangan bikin orang lain salah paham tentang kita lagi ya!". Aku memarahi Dio.

"Heei kak Raihan, lo dah mau pulang? Cepet amat? Eh iya ini kenalin Shire dia juga anak Osis. Wah dia kayanya banyak banget kerjaannya, aku gak tega jadinya. Ini aja dia masih lembur buat event pensi sekolah kita".

Dio tiba-tiba menunjukkanku pada kak Raihan, aku langsung melempar hp ku.

"Halo? kok gak keliatan mukanya?" Suara kak Raihan muncul, aku akhirnya memberanikan diri menampakkan wajahku.

"Ha..halo kak?". Jawabkuku dengan nada agak gugup.

"Hei Shire, kamu jangan paksain diri gitu dong, kamu kan juga masih baru? Udah istirahat aja ini udah malem banget, nanti aku kasih tau Desi biar bantu nyelesain semuanya! Kamu kan satu sie sama dia, jangan sungkan minta bantuan sama Desi ya. Ya kan des?". Kak Raihan berkata seperti itu dengan mudahnya, tanpa tau apa yang sebenarnya terjadi.

"Ahhaha iya..". Jawab Kak Desi canggung karena ketahuan bohong.

Aku hanya tersenyum paksa pada mereka, dan Dio langsung memalingkan diri kemudian pergi ketempat Zoey lagi.

"Gimana? dah puas kan lo.. wah lo mesti merasa berterimakasih banget sama gue". Dio lagi-lagi bersikap tengil, tapi dia sangat membantuku. Astaga bocah ini memang selalu berbuat sesukanya.

"Emang gila lu". Aku memasang ekspresi pusing.

"Wahh, Dio lo keren banget tadi bikin si Desi itu keliatan canggung banget haha!". Suara Zoey memuji Dio dan terdengar jelas di VC.

"Jelas.. siapa dulu!". Jawab Dio sombong.

"Yaudah Shire, lo pokoknya jangan mau disuruh-suruh seenaknya lagi yak, emang lu babu apa? btw udah dulu gue mau siap-siap pulang nih dah malem! sampai ketemu besok disekolah!". Zoey menyemangatiku dan kami mengakhiri Video call yang penuh drama itu.

Keesokan harinya saat rapat Osis, Kak Desi mengajakku mengobrol dam meminta maaf padaku.

"Hai Shire!".

"Hai kak". Jawabku canggung.

"Shire, kemaren tu aku nongkrong setelah acara keluarga gitu. Btw lo gak marah kan sama gue?". Kata Kak Desi.

Namun batinku ingin mengatakan bullshit, Kenapa dia membuat alasan payah ini? Bukankah sehabis acara keluarga dia bisa bantuin ngerjain, bukannya malah nongkrong. Namun aku hanya mengatakan.

"Ah, enggak kok..". Sambil berpura-pura baik-baik saja.

"Oh iya kamukok gak bilang sih kalau kamu deket sama Dio, Kayaknya kamu juga jarang nonton latihan basket Dio sama timnya ya? Sekali-kali nonton gih, si Dio pinter banget mainnya kayanya dia bakal jadi kapten di perlombaan antar sekolah nanti". Kak Desi mengalihkan pembicaraan seakan tidak-terjadi apa-apa.

"Ah, benarkah? Aku soalnya kurang minat olahraga. Mungkin next time deh aku lihat". Jawabku pura-pura sopan, padahal aku tak berminat sama sekali.

"Kalau nggak nanti aja yuk, bareng aku?". Tanya kak Desi tiba-tiba mengajakku.

"Enggak dulu ah, nanti mau nyiapin buat seleksi band kak".

Aku mencari-cari alasan karena sangat malas dengannya.

"Wah, kamu juga suka band-band an ya? Keren banget kamu! Yaudah, okedeh semangat ya!". Jawabnya.

"Oke, makasih". Jawabanku mengakhiri percakapan kami.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!