~LEON POV~
Mimpi itu datang lagi, selalu aku bermimpi tentang gadis itu. Awalnya aku hanya memastikan kebenaran tentang mimpi seorang gadis asing yang menerima gitar ayahku, aku sungguh terkejut setelah tahu bahwa mimpi itu nyata.
Awal yang mengejutkan namun, menyelamatkan Shire kini seperti suatu kebiasaan bagiku. Aku bahkan tidak berfikir untuk berhenti menyelamatkannya.
Semakin lama aku merasa tidak bisa hidup tanpanya, aku takut akan masa depan yang belum pasti ini. Aku sangat bersemangat ingin membantu Shire dan menemukan ayahku, tapi orang-orang itu sungguh mematahkan hati ku.
Yah, orang itu ibuku sendiri. Suatu hari Ibu datang setelah sekian lamanya, namun bukannya raut kerinduan dan keramahan yang kudapat, beliau malah melakukan kesalahan terbesar yang pernah ada.
"Mulai hari ini kamu pindah ke rumah ayah tirimu, entah kau suka atau tidak". Perintah ibuku dengan nada marah.
"Kenapa? Aku suka disini. Kalau ibu merasa kewalahan menjengukku aku tidak apa hidup sendiri". Jawabku.
"Kau tidak bisa lagi tinggal di sini, rumah ini sudah Ibu jual. Ayah tirimu membutuhkan modal untuk memperluas usahanya, kau harus ikuti perintah ibu. Ini juga demi kebaikanmu, bereskan barangmu ibu tunggu". Ucap Ibu.
Kata-kata ibu sungguh membuatku syok, kenapa ia begitu tega ayah, padahal rumah ini adalah peninggalan satu-satunya untukku. Aku sudah rela tidak mendapatkan kasih sayangnya selama ini, aku hanya ingin dia membiarkanku hidup dengan tenang.
"Tidak bisa! Ini rumah ayah, ayah akan sedih jika melihat rumahnya dijual! Kenapa ibu tega menjualnya demi pria itu?".
*Plaakk
Tamparan ibu memggema di ruang tamu yang sunyi itu. Handphone di tanganku terjatuh dan pecah hingga mati, namun tak ada waktu untuk memperdulikan hp ku.
"Lihat kelakuanmu tidak memiliki etika karena tidak ada yang mengawasimu Leon, ingat yang kau sebut 'pria itu' juga ayah tirimu! Dan juga ingat ayah kandungmu, ia sudah meninggal. Sekarang cepat bereskan semua barangmu!". Bentak ibu.
Ibu kandungku terlihat sangat asing bagiku, bagaimana bisa ia sekejam itu, ibu sudah berubah.
Karena aku masih muda, aku tak memiliki hak untuk mempertahankan semua ini. Tak ada pilihan lain selain mengikuti perintahnya.
Rumah Tuan Harry, langkahku memberat saat memasuki rumah pengusaha dompet kulit itu yang kini menjadi suami siri ibuku.
Kenapa nikah Siri? karena setelah ayah menghilang, ibuku belum bisa menceraikannya. Sampai saat ini ayahku masih berstatus orang hilang. Namun ibuku menganggap ayah meninggal dan langsung menikah dengan Tuan Harry.
Setelah beberapa hari aku sungguh tidak bisa beradaptasi dirumah itu. Tiba-tiba hari itu aku tak sengaja mendengar percakapan mereka.
"Sial, ternyata pengacara bilang rumah itu hak milik Leon. Kenapa dia menyulitkanku terus-terusan? Bagaimana dia bisa tidak mendaftarkan rumah itu atas namaku?". Ibu marah- marah, sejak dulu ibu memang orang yang tempramental.
"Apa? kau bilang kalian belum cerai? seharusnya kau ada hak atas rumah itu?". Tuan Harry juga tidak terima.
"Mana aku tahu kalau ternyata ayah Leon diam-diam memberikan hak milik rumah menjadi atas nama Leon?! Ah bisa gila aku". Ucap Ibu.
"Kita harus tenang, aku sangat butuh uang saat ini. Aku sudah mengiyakan untuk melakukan kerjasama perluasan bisnis ku dengan Tuan Darko. Atau begini, kita bujuk Leon saja agar mau menyerahkan rumah itu". Ucap Tuan Harry.
"Apa? kau pikir anak itu akan mau mendengarkanku?". Ucap Ibuku.
"Kau ini kan ibunya, kau harusnya bisa membujuknya. Kumohon sayang bujuk dia". Ucap Tuan Harry.
Percakapan mereka membuatku muak, akupun menunjukkan diriku.
"Aku gak akan memberikan sepeserpun milik ayah. Aku pergi, aku tidak cocok dengan lingkungan ini." Aku hendak pergi mengemas barang-barang ku.
"Leon! berani-beraninya kamu kurang ajar pada orangtuamu?". Ucap Tuan Harry membuatku tertawa sinis.
"Kalian begitu bangga dengan gelar orangtua tanpa mau bersikap seperti orangtua yang baik". Ucapku.
"Oh iya, satu lagi.. mulai hari ini jangan mengkhawatirkanku, aku sudah punya rumah sendiri. Ah benar juga, mana pernah kalian khawatir terhadapku". Aku berkata sambil tersenyum lalu pergi.
Aku berjalan menyusuri jembatan untuk menjernihkan pikiranku, dan menangis sejadi-jadinya saat memikirkan ayahku.
Aku langsung pulang ke rumah ayah, tempat ternyamanku. Aku berusaha mencari petunjuk sebelum hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.
Di ruang lukisan aku mencoba menelusuri dengan sangat hati-hati berharap menemukan sesuatu disana. Nihil, aku tahu ini akan terjadi karena selama ini aku selalu mencari petunjuk namun tidak pernah kutemukan juga.
Aku mulai meneteskan air mata lagi, sambil memperhatikan lukisan wajah ayah. Aku dulu melukisnya saat ayah masih ada bersamaku dan kami tertawa bersama dulu. Aku mulai membelai lukisan itu, namun aneh ada tonjolan cat di lukisan tersebut yang baru aku sadari.
Aku menggaruknya dan betapa terkejutnya aku menemukan ada selotip kecil yang disamarkan cat. Saat ku copot selotipnya, muncul tulisan disana. Hanya singkat, namun itu ditulis dalam aksara jawa.
Aku mulai mencoba menggaruk lukisan yang lain, berharap menemukan petunjuk lain.
Kutemukan kata-kata dari setiap lukisan yang ada di ruangan itu. Seakan itu sebuah petunjuk untuk ku.
Aku teringat ayahku yang selalu memaksaku untuk belajar aksara jawa membuatku pernah marah padanya karena berpikir itu tidak berguna. Namun kini aku tahu tujuan ayah.
Aku pun membaca semua tulisan itu.
Sapa sira sapa ingsun. Ana dina, ana upa. Dhuwur wekasane, endhek wiwitane. Lamun sira durung wikan alamira pribadi, mara takona marang wong kang wus wikan.
*Ngiing
Suara aneh muncul membuat telingaku terasa sakit. Kulihat ada sebuah terowongan hitam seperti pusaran di tembok seberang yang menghadap lukisan itu.
Lalu tiba-tiba sebuah buku aneh terlempar dari terowongan misterius itu dan segera mengajak Shire untuk bertemu denganku di toko L Guitar.
Setelah Shire setuju, aku pun menuju di tempat yang dulu pernah menjadi toko ayahku, walaupun pekerjaan ayah yang sebenarnya adalah ahli sejarah. Namun, ayah juga menjalankan toko kecilnya untuk sekedar hobi.
Ayahku cukup pendiam namun aku sangat menyayanginya. Walau tanpa kusadari sifatnya menurun padaku.
Tempat itu sudah habis masa sewa dan berganti pemilik, seorang Dokter Psikolog yang mengaku pernah satu kampus dengan ayah. Mereka pernah terjun dalam penelitian bersama mengenai dunia paralel membuat mereka semakin akrab. Aku pun percaya padanya karena beberapa hari ini dia bahkan merawatku secara gratis.
Kakiku berjalan menyusuri gang kecil menuju lokasi dimana dulu L guitar ada. Seorang pria bertubuh tinggi besar itu menyadari kehadiranku, kemudian ia melangkah keluar dari ruangannya yang sempit itu.
"Buku apa itu Leon?". Tanya beliau sangat penasaran.
"Ah bukan apa-apa". Jawabku.
"Masuklah, kau pasti ingin ke tempat persembunyianmu". Ucap beliau sambil tersenyum.
Akupun juga tersenyum dan masuk.
"Ha..ha.. kau memang sepertinya tidak banyak bicara seperti ayahmu.
Diruangan itu sama sekali tidak berubah sejak L guitar berdiri. Tuan Rendy memang orang baik, ia tak mengubah ruangan ini walaupun kini ia adalah pemilik tempat ini.
Setiap datang kemari, ia selalu memperlakukanku seperti anaknya sendiri. Terkadang Tuan Rendy datang kerumahku untuk sekedar menjengukku.
Setelah sampai di ruangan rahasiaku, aku membuka buku itu dan mulai membacanya, namun kata-kata didalamnya seakan tidak terstruktur dan sangat sulit dipahami. Setelah berjam-jam memandanginya aku terperangah, aku menemukan jawabannya.
Ternyata buku itu harus dibaca dari belakang, dan kalimatnya akan mudah dipahami jika membacanya dari bawah ke atas. Ada kata-kata yang membuatku terpaku.
Dunia ini memiliki banyak portal dimensi kehidupan yang menggambarkan kehidupan setiap orang apabila mengambil keputusan yang berbeda, buku ini menjadi saksi dan merupakan kunci portal dimensi tersebut.
Ada manusia yang diutus dan mendapat anugerah untuk menjadi juru kunci yang bisa membuka portal itu, dan ada konsekuensi yang harus ditanggung ketika berani memasuki dimensi lainnya.
Kehidupan dari hasil pilihan yang berbeda itu akan terwujud di portal lain. Perbedaan bisa tergambar dari segi hobi, tempat tinggal, pekerjaan, umur, bahkan nama. Namun takdir jodoh dan garis keturunan akan tetap sama di seluruh dimensi.
Aturan keseimbangan ketika memasuki portal lain adalah tidak boleh ada 2 orang di portal dunia yang sama, jika bertemu orang itu harus membunuh dirinya sendiri di portal lain jika ingin hidup menggantikannya disana.
Di akhir buku itu bertuliskan.
Jika tidak dilakukan maka semua akan binasa dalam 40 hari.
Aku merasakan kengerian ketika membacanya, aku mulai berpikir bahwa ayah mungkin ada di portal lain. Dan aku langsung mengucapkan mantra itu lagi untuk mencari tahu kebenarannya. Akhirnya terowongan portal hitam itu muncul lagi.
Namun, tiba-tiba ada orang yang membiusku dari belakang, seketika aku langsung pingsan. Ketika aku mulai tersadar, terlihat wajah tidak asing dihadapanku.
Dokter Randy, ternyata dia adalah dalang dari semua kemalangan ini, ia ternyata berpura-pura baik selama ini!
Terlambat menyadarinya aku tidak bisa apa-apa karena setelah aku terbangun dari bius, seluruh badanku terikat tali dan terplester.
"Dasar bodoh! hahaha ternyata kau sama saja dengan ayahmu, sangat naif. Maafkan aku Leon, ayahmu sebenarnya masih hidup. Kukira aku sudah berhasil membunuh ayahmu, namun ternyata aku membunuh raga yang salah". Ucap dokter Randy.
Orang jahat itu membunuh raga ayahku di dunia lain? Bukankah itu berarti raga ayahku dari dunia ini kemungkinan masih hidup disana?
"Dia menyimpan pusaka pembaca masa depan dan aku harus mendapatkannya di portal lain. Aku tahu kau pasti akan menemukan buku ini, karena kau memiliki darah yang ditakdirkan menjadi utusan juru kunci portal dunia lain. Aku akan berbaik hati untuk tidak membunuhmu, selamat tinggal! kita tidak akan bertemu lagi!". Ucap Dokter Randy.
Dia langsung pergi membawa buku itu, buku itu hilang.
Tak lama kemudian.
"Leon!!". Suara Shire datang memelukku dan melepaskan ikatanku.
Dia nampak berlinang air mata dan menanyakan keadaanku dengan cemas.
Aku menangis dan berkata.
"Shire Ayahku belum mati!! Tapi, Dokter Randy sepertinya akan membunuh ayahku! Aku tidak akan bisa menghentikannya. Buku itu dia ambil".
Aku pun menceritakan bagaimana diriku bisa dijebak oleh dokter Randy yang berpura-pura baik dan memfasilitasiku dengan ruangan ini.
Namun, tak lama aku terkejut melihat kedatangan orang-orang tak terduga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments