"Aaaah, capek banget gueee!". Aku berteriak sambil melemparkan diriku di sofa ruang tamu, suaraku menggema karena di rumah sepi tidak ada orang. Ini sudah hampir 2 bulan aku bersekolah dan aku tidak menyangka dunia SMA bisa secapek ini.
Waktu berjalan sangat cepat dan aku masih belum cukup terbiasa dengan berbagai kesibukan yang ada, apalagi di semester ini sungguh berat, ada 3 event seperti dies natalis, event jamming dan agenda organisasi class meeting yang menjadi event penutup semester ini.
Aku memaksakan diri untuk mengikuti ekstra dan organisasi dan mengerahkan semua waktu dan biaya yang cukup banyak membuatku lelah fisik dan mental.
Apalagi suka duka didalamnya bertemu dengan orang-orang yang memiliki sifat bermacam-macam, benar-benar sangat melelahkan.
Sesekali aku berfikir ketika aku sedang muak aku ingin keluar dari ketiga kegiatan tersebut.
Lalu di penghujung semester sekaligus penghujung tahun 2020 ini aku harus memutuskan apakah akan melanjutkan atau berhenti saja? Harus tetap memprioritaskan yang masih bisa ku ikuti dan tidak.
Setelah merenung cukup lama, seberapa keraspun aku berpikir, organisasi yang ingin kusudahi tidak lain dan tidak bukan adalah OSIS.
Aku sudah tersiksa dengan kehadiran kak Desi yang bilang katanya mau berubah namun tetap saja suka menghilang, alhasil aku lagi yang jadi korban untuk menyelesaikan semuanya.
Baiklah aku akan keluar dari Organisasi Osis saja, aku sudah cukup berkecimpung disana dan mendapat banyak pelajaran disana. Kurasa seseorang yang keluar harus memiliki alasan kuat untuk berkembang di tempat lain.
"Ahh, tapi masa gue yang keluar? gue kalah dong ya? dia yang salah, gue yang keluar?". Aku tiba-tiba merasa rendah diri.
Tapi jika aku tetap bersih keras mengikuti ketiganya, maka aku akan stuck ditempat yang sama. Aku pun marah pada diriku yang tidak bisa maksimal dalam mengikuti setiap event yang ada karena fokusku terpecah-pecah.
Ini begitu berat karena harus meninggalkan salah satu tempat dimana aku nyaman karena aura kekeluargaannya yang begitu kuat.
Aku begitu cemas karena dilema ini sehingga butuh seseorang untuk curhat. Aku langsung teringat seseorang dan segera menghubunginya, orang itu adalah Dio.
"Oi, Nongkrong yok!" Tanyaku melalui chat.
"Aku ada latihan, next time".
Jawabannya yang cepat namun menimbulkan kekecewaan.
Baiklah hari ini aku akan pergi sendirian ke manapun, aku harus healing. Aku memutuskan ke mall sendirian, entah ini ide bagus atau tidak karena ini pertama kalinya aku mencoba healing sendiri.
Aku mulai tertarik dengan me time karena ingin ikut-ikutan seperti Zoey yang kemana-mana selalu sendiri hihihi.
Pokoknya yang penting aku butuh suasana baru daripada merenungi nasibku dirumah. Disaat galau seperti ini aku ingin mencoba naik bis dan berjalan-jalan di pusat kota.
Agak seram karena bis nya begitu sepi, aku duduk di paling belakang sambil mendengarkan lagu di earphone ku untuk mengurangi kesunyian yang ada.
Bis berjalan dan seperti biasa dan berhenti di beberapa halte portabel.Lalu akhirnya ada seseorang penumpang baru yang masuk, dia membawa gitar dan naik ke bis.
Tiba-tiba membuat jantungku berdegup kencang. Perasaan aneh yang tidak asing, aku berfikir pertanda apa lagi ini? Rasanya seperti flashback seperti dulu ketika aku masih memainkan gitar pemberian bapak itu.
Padahal setelah pementasan perpisahan di SMP aku sudah tidak merasakan hal ini lagi, sebab aku sudah tidak pernah menyentuh gitar itu lagi. Tiba-tiba telingaku berdengung namun tidak sesakit terakhir kali.
"Aah..". Dengungan itu seakan menusuk telingaku.
Aku selalu takut dan trauma ketika aku mendengar dengungan itu, aku takut akan ada kejadian besar yang akan terjadi.
Aku mulai berpikiran aneh-aneh seperti kecelakaan, gempa, dsb. Bahkan aku langsung mengechat ayah untuk memastikan keadaanya baik-baik saja, aku hanya takut kejadian seperti sewaktu ibu tiada setelah gejala aneh pada diriku terjadi.
Kulihat lelaki tersebut juga duduk di barisan belakang namun jarak kami jauh. Sikapnya dingin dan dia memiliki wajah yang sangat datar tapi kuakui dia tampan.
Aku terus berdoa tidak akan terjadi hal buruk hari ini, keringatku mulai bercucuran padahal aku berada didalam bus ber-AC.
Bis kembali berhenti di halte portable yang lain, lalu segerombolan lansia mengenakan seragam panti jompo berwarna pink menaiki bis dan memenuhi kursi yang ada dan aku harus mengalah untuk mereka.
Lalu aku melihat ada 1 kursi kosong tersisa namun si pria misterius itu telah memakainya terlebih dahulu untuk meletakkan gitarnya, aku agak kesal tapi tidak berani memarahinya.
Aku berdiri disampingnya mencoba membuatnya peka, berharap mungkin nanti dia akan memberikan kursinya padaku.
Sia-sia, setelah sekian lama bus melaju dia tetap tidak bergerak hingga membuatku terpaksa terus berdiri.
"Pyarrrrrrrrr" Tiba-tiba kaca jendela belakang bus pecah, aku refleks melihat kearah kaca jendela tersebut takut kalau ada yang terkena pecahan.
Aku melihat lelaki itu berada dijarak 2 kursi dari jendela, untungnya kaca itu hanya mengenai kursi bagian gitarnya. Aku merasa lega dan bersyukur tidak jadi duduk di sana.
Setelah bus berhenti, aku segera turun dengan perasaan lega karena tidak ada korban tadi. Aku juga sudah tidak merasakan gejala aneh tadi, karena nanggung aku akhirnya memutuskan berjalan kaki ke mall yang jaraknya hanya beberapa menit lagi.
Saat aku berjalan aku merasa ada yang mengikutiku, saat ku tengok ternyata cowok itu juga turun dari bis membuatku agak terkejut, diperempatan saat aku belok ternyata dia juga belok.
Aku agak takut dan curiga lalu memutuskan berhenti sejenak di suatu toko, pria itu ternyata malah berjalan mendahuluiku dan aku cukup lega ternyata pikiran negatifku salah. Kulihat dia menyebrang jalan, dan dia menuju ke mall.
"Oalah ternyata juga mau ke mall?". Batinku lega.
Kami hampir bersamaan memasuki pintu masuk mall, namun aku tiba-tiba melihat seseorang yang sangat tidak asing bagiku dipintu masuk.
Si playboy menyebalkan yang tega-teganya menolak ajakan nongkrongku disaat aku segalau ini, tega-teganya dia berbohong latian kepadaku padahal jelas-jelas dia main ke mall.
Dengan cepat aku segera mendekatinya dari belakang, namun ketika hampir sampai aku langsung berhenti karena terkejut karena tiba-tiba 2 orang cewek muncul memperebutkannya sambil membawakan makanan-makanan untuk mencari perhatian Dio.
Aku pun langsung berbalik dan pura-pura tidak melihatnya serta segera mengelak agar tidak ketahuan namun sial, aku malah menabrak seseorang dan ternyata orang yang kutabrak adalah si cowok tampan di bis tadi.
Aku tidak sengaja membuatnya terdorong ke pintu kaca mall dan membuat gitarnya terbentur dengan cukup keras.
Aku panik dan segera meminta maaf padanya, aku ingin kabur dari situasi memalukan itu tetapi tentunya sangat tidak sopan jika melakukannya.
"Babyyyy" Tiba-tiba suara menyebalkan yang sangat familier memanggilku, saat ku tengok nampak muka melas Dio seperti meminta pertolonganku.
Dio segera menghampiriku diikuti 2 gadis yang memperebutkannya tadi. Dio segera berakting
"Baby, kamu kok sampai sini? Duh jangan salah sangka mereka berdua ini bukan siapa-siapa!"
"Nggak ada tuh yang salah sangka!" Jawabku dengan menunjukkan smirk ku.
"Plis bantu gue". Suara bisik Dio seperti putus asa.
Tiba-tiba 2 gadis tadi terlihat kesal dan bertanya pada Dio
"Siapa dia kak?".
Dio pun mengarang cerita dan memanfaatkan aku sebagai pelarian, dan aku sudah bisa menebak kurang lebih apa yang terjadi pada Dio sebelumnya.
Ditengah-tengah keributan itu, cowok bergitar itu meninggalkan kami, membuatku semakin penasaran dengannya.
Aku hanya melihat punggung pria tampan yang membawa gitar itu semakin jauh dan aku yak sempat meminta maaf.
Dilain sisi keributan didepanku semakin menjadi-jadi, membuatku mulai muak melihatnya.
"Diaaaaam!". Seketika mereka semua diam.
Aku pun memasuki mode akting.
"Benar sekali adik-adik sekalian yang manis, aku pacar Dio. Kami udah dijodohkan jadi mending kalian kelaut aja!".
Aku segera mengakhiri keributan yang ada dan menarik Dio pergi.
Mereka terlihat sangat kecewa dan akhirnya juga pergi, setelah menemukan tempat yang aman akhirnya aku meminta Dio untuk klarifikasi.
"Maksudnya apa ini? kenapa ngelibatin gue kan gue udah bilang gamau terlibat hal beginian lagi!! Terus kenapa juga tadi harus bohongin gue kalo lo latihan? Kurang kerjaan banget ngibulin gue, tau gitu ga healing kesini, jadi tambah badmood kan gara-gara liat lo!". Aku memarahinya.
Tiba-tiba Dio memasang senyumanya
"Oi, jangan marah marah gitu dong, orang orang bisa pikir lu pacar gue beneran loh sampe sebegitu ngambeknya".
Dio tiba-tiba mendekatkan wajahnya tepat didepanku, tangannya meraih pundakku. Dio berdiri terlalu dekat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments