Bab 15 : Kejutan Siang Bolong

Onebite berlatih seperti biasa di Studio sekolah, tapi Leon terlihat sangat badmood dan terus menerus menghindari ku.

"Uwah.. besok kita udah lomba nih, pokoknya kita harus main bersih..".

Gilang memulai obrolan ditengah-tengah latihan sambil meregangkan otot nya dan memegangi stick drumnya.

"Leon, lo kok kaya nggak semangat gitu". Tanya Gilang.

"Bukan apa-apa". Jawab Leon singkat.

"Ayoo makan, aku laper banget!". Mahes tiba-tiba mengajak kami makan.

Semuanya setuju dan pergi, tapi Leon tidak ikut.

"Aku tetap disini saja, mau berlatih". Jawabnya.

"Lo udah bersih banget mainnya, istirahat dulu Leon". Ajak Gilang.

Leon tidak menggubris dan fokus pada gitarnya.

Aku mengikuti anak-anak keluar, tapi ditengah-tengah perjalanan aku sangat penasaran dengan Leon, kemudian aku berubah pikiran.

"Temen-temen aku ada urusan mendadak!". Aku segera kabur. Terdengar suara samar-samar anak-anak yang terus menerus memanggilku.

Aku langsung berlari ke studio, mencari Leon tapi sesampainya disana dia tidak ada di dalam studio.

"Aneh sekali, padahal tadi dia bilang mau berlatih di studio katanya?". Gumamku.

"Kenapa kok kesini lagi?". Tiba-tiba terdengar suara yang mengejutkan di belakangku. Saat aku berbalik ternyata dia adalah Leon.

"Ah, lo darimana?". Tanyaku.

Leon hanya terdiam tidak menggubris dan pergi melewatiku, aku pun meraih tangannya.

"Lo ada masalah sama gue?". Aku meraih tangannya.

Leon terdiam sejenak membuatku gugup.

Dia berbalik dan tiba-tiba berkata.

"Enggak, bukan lo yang salah.. ini salah gue". Dia menyingkirkan tanganku dan duduk mengambil gitarnya.

Suasana menjadi canggung, aku benar-benar kesulitan berkomunikasi dengannya.

"Lo kalo ada masalah bilang dong, jangan bikin gue bingung dan ngerasa bersalah tanpa tahu sebabnya".

Aku agak membentaknya. Leon terdiam, dan tak lama kemudian dia berkata.

"Gue.. Sebenarnya". Saat Leon hendak bercerita tiba-tiba kepalaku terasa pusing dan telinga ku berdengunjg sangat sakit.

"Ahhh..". Aku mengaduh kesakitan sambil memegangi kedua telingaku.

Tiba-tiba aku bermimpi, aku berada ditengah-tengah taman bunga sambil bermain gitar dan terlihat sosok laki-laki datang, dia sedang membawa payung menutup wajahnya dengan payung itu.

Ketika aku melihat nya, aku menghentikan permainan gitar ku dan dia berhenti di hadapanku. Laki-laki itu mulai mengangkat payungnya dan hendak memperlihatkan wajahnya kepadaku.

Wajahnya semakin terlihat dan ketika payung itu terangkat ternyata dia adalah.

"Leon..". Aku memanggilnya.

Tiba-tiba aku terbangun di ruang UKS. Saat aku membuka mata, terlihat samar-samar seorang laki-laki di hadapanku, dia adalah Leon.

"Kamu?...". Aku mulai berkata tapi tubuhku masih lemas.

"Jangan bicara dulu". Ujar Leon.

Setelah beberapa detik terdiam aku pun mencoba memperbaiki kemarahan antara kami.

"Maaf kalo gue ada salah sama lo". Ucapku. Leon nenatapku dan menghela nafasnya, dia tampak menyesal.

"Nggak, gue yang sori, karena sikap gue bikin lo bingung.. gausah peduliin gue, mulai sekarang pikirin kesehatan lo aja, sebentar lagi ada lomba". Leon mengusap kepalaku.

"Leon lo kenal...". Saat aku hendak bertanya mengenai bapak pemilik L guitar tiba-tiba

Brakk..

Tiba-tiba pintu terbuka dan suara kehebohan karena ulah Dio.

"Shiree! Lo gapapa? Ayo kerumah sakit!". Tiba-tiba Dio datang dengan heboh.

"Gue gapapa, nanti juga bentar lagi baikan". Jawabku.

"Gausah ngeyel, dah ayok.. gue khawatir kalo tambah parah!". Jawabnya.

Dio pun memaksaku dan memapahku menuju mobil, dia mengantarku kerumah sakit.

Saat itu Leon dengan wajah muramnya pergi.

Sampai di rumah sakit aku mendapat infus dan vitamin.

"Mbaknya tekanan darah rendah dan kurang gizi.. yang penting jaga kesehatannya aja dan jangan terlalu memaksa diri kalau udah kelelahan". Kata Dokter.

"Baik dok, saya akan paksa dia biar gak berlebihan". Jawab Dio.

Aku hanya terdiam, terbayang-bayang mimpiku tadi. Apa itu tadi kebetulan mimpi biasa karena aku baru-baru ini sering curiga dengan Leon?

Teman-teman tiba-tiba datang, Leon juga datang menjenguk ku.

"Lo gapapa re?". Zoey terlihat khawatir sekali.

"Nggak papa kok". Aku tersenyum memegang tangan Zoey untuk menenangkannya.

"Besok lo kuat nggak kira-kira?'". Tanya Gilang.

"Ya kuat lahh, dah lah kalian pokoknya jangan khawatir.. gue paling tadi cuman laper ajaa hehe, dari pagi belom makan".

Aku menenangkan mereka.

"Jaga kesehatan lo, jangan sampai drop". Ujar Mahes.

Aku mengangguk dan tak berapa lama aku diperbolehkan pulang.

Selama dirumah sakit Leon terlihat diam dan tertunduk membuat ku mengkhawatirkannya.

Sampai dirumah, begitu sepi dan aku terdiam sendirian di teras karena ayah masih ada pekerjaan di luar kota, aku pun tidak memberitahu ayah karena takut beliau akan khawatir.

Aku terngiang akan rasa penasaranku dengan sikap Leon, dan maksud mimpiku tadi. Tak lama kemudian suara-suara bermunculan dikepalaku.

Suara benda keras yang terjatuh dan suara kericuhan dikepalaku. Aku sangat sebal berfikir apalagi ini, aku sudah capek mendengar suara yang memberi tahu hal-hal buruk itu.

Besok adalah lomba pertama kami, aku tidak ingin ada yang berantakan.

Suara itu hampir membuatku tidak bisa tidur semalaman karena terus memikirkan kemungkinan yang akan terjadi di perlombaan itu, aku segera meminum obat dari dokter hingga akhirnya berhasil membuatku mengantuk dan lekas tidur.

Pagi tiba dan membuat ku semakin gelisah, aku memakai sepatu yang tebal untuk berjaga-jaga kalau ada kecelakaan.

Ketika kami berangkat ke lokasi, aku bersama Zoey dan Dio dan Leon bersama Mahes dan Gilang.

Lokasi lomba begitu ramai dan panggungnya berada di tengah-tengah lapangan yang luas.

Aku segera memperhatikan bagian atas panggung seperti lighting dan sebagainya untuk berjaga-jaga menghindar jika nanti benda tersebut mungkin akan jatuh.

Hari ini bahkan aku tidak gugup karena perlombaan, aku hanya terus memikirkan kejadian apa yang mungkin akan terjadi nanti.

Onebite akhirnya dipanggil untuk memulai penampilan, aku sulit fokus tapi tetap memaksa untuk tampil semaksimal mungkin.

Penampilan berjalan lancar, sampai pada part ending dengan musik yang sangat bersih berkat latihan rutin kami setiap hari.

Aku mulai senang dan menampakkan senyum karena kami berhasil menyelesaikan lagu kami.

Setelah menyelesaikan lagu kami, aku mewakili band mengucapkan terimakasih.

Saat itu Onebite masih ada diatas panggung untuk membereskan alat, aku segera menyuruh anak-anak mempercepat karena aku khawatir akan terjadi sesuatu.

Akhirnya semuanya beres dan kami turun panggung, sejauh ini masih lancar dan aku lega sekali karena tidak ada hal buruk yang terjadi saat kami manggung.

Kami duduk dikursi peserta depan panggung untuk menunggu hasil pengumuman.

"Wuih, vokalisnya cantik banget ya?". Celetuk Dio disebelah ku.

"Masa kaya gitu cantik? Biasa aja sih.. cantikan gue?". Aku menyangkalnya.

"Pffft.. mana ada, kalo andai saja lo cantik, udah dari dulu bakal gue jadiin pacar". Jawabnya.

"Hey, jangan salah.. mau gue umbar apa dulu lo dulu kaya gimana? Gue bukannya nggak cantik, tapi nggak mau sama Lo". Aku memeletkan lidahku untuk mengejek Dio.

"Mana mungkin ada cewek yang nolak gue? Gue bakal percaya lo gak mau sama gue, kalo lo dah nemu cowok yang lebih dari gue, tapi sayang mau gimanapun mesti susah nemu yang se perfect gue". Dio melipat tangannya untuk menyombongkan diri.

"Andai ada gorengan disini.. bakalan gue sumpel tuh mulutnya". Aku pura-pura bergumam untuk menyindirnya.

"Nih sumpel kaos kaki aja". Zoey tak tahan untuk ikut mengejek Dio.

"Pengumuman lomba band tingkat kabupaten dimenangkan oleh...". Tiba-tiba MC akan mengumumkan hasil lomba.

"Juara 3 The Sink, Juara dua Symptoms". Mendengar juara tiga dan dua bukan kami, membuat kami cukup putus asa karena ini pertama kalinya lomba dan lawan kami bagus-bagus membuat kami tidak berpikir bisa juara 1.

Tiba-tiba...

"Juara 1 One bite!!". Saat itu kami terlambat merespon kegembiraan, setelah sekian lama kami linglung karena takut salah dengar.

"I.. ini beneran?" Gilang nampak tidak percaya.

"One bite mana??". Kami dipanggil sekali lagi, akhirnya kami baru yakin dan kemudian bersorak kegirangan.

Tanpa berpikir panjang lagi aku ke panggung untuk mewakili mengambil piala, aku begitu gembira sampai lupa keadaan.

Aku terus-menerus tersenyum lebar sembari berjalan menuju panggung dan terbawa suasana. Saat itu aku lengah, tanpa aku sadari lighting di atas panggung tiba-tiba saja terjatuh.

Aku benar-benar tidak sadar saat peristiwa menyeramkan itu terjadi disaat kami sangat bahagia, Leon tiba-tiba muncul entah darimana menarikku dan kami terjatuh tepat di sebelah lighting yang jatuh.

"Pyaaaaarrrrr".

Suara lampu halogen pecah terdengar keras karena ukurannya cukup besar.

Tangan Leon tergores pecahan lampu yang menyebar karena berusaha melindungiku, darahnya tidak begitu banyak tapi luka goresannya cukup luas.

Saat itu yang kucurigai selama ini semakin menjadi-jadi dan membuatku melontarkan kata-kata yang keluar begitu saja pada Leon.

"Lo sebenernya siapa?". Tanyaku sambil menatap tajam.

Leon yang tadinya terlihat merintih kesakitan tiba-tiba terdiam menatapku, dengan tatapan terkejut. Matanya yang tajam itu tiba-tiba ia mengingatkanku pada seseorang dengan mata yang sama sepertinya tidak asing.

Leon lebih dulu berpaling dariku dan segera ia turun dari panggung meninggalkanku. Tak sadar aku meneteskan air mata.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!