Bab 18 : Terbawa Suasana

Sesuai janji keesokan harinya aku berkunjung ke rumah Leon untuk mencari petunjuk yang mungkin ada di rumah Leon.

Aku kerumah Leon, tapi ia tidak ada dirumah sore itu. Aku sudah menelponnya berkali-kali namun hp nya non-aktif.

Aku tahu seharusnya aku menghubunginya dulu sebelum datang, karena terlalu bersemangat aku datang tanpa mengabari dan hasilnya nol.

Aku menyerah dan hendak pergi, aku mengirimi chat pada Leon untuk mengabarinya sebelum pulang.

Tak lama seorang wanita 40 tahunan datang ke rumah itu, dia bertanya padaku.

"Kamu nyari siapa?". Tanya ibu itu.

"Leon, ibu ini siapa ya?". Tanyaku balik.

"Saya ibunya Leon, Kenapa?". Jawabnya lumayan ketus.

"Ah.. oke Tante, kalau boleh tau Leon ada dirumah gak ya sekarang? Kok nggak bisa dihubungin?". Tanyaku.

"Saya juga lagi nyari dia, gak tau ilang kemana lagi ini anak. Oh iya kalau kamu liat hubungi nomor di kartu nama itu ya". Jawab Ibu Leon.

Ibu Leon memberikan kartu nama suami baru nya yang memiliki bisnis makelar. Ibu Leon pamit dan aku segera pergi dari sana.

Aku khawatir dengan Leon, karena ibunya saja juga tidak tahu keberadaannya. Aku mulai mengechat teman-teman tapi tidak ada yang mengetahui dimana dia.

Aku pun mulai mencari diarea sekolah menanyai junior peserta ekstrakurikuler band dan padus tapi hanya ada satu jawaban yang kurang memuaskan.

Katanya Leon tidak masuk hari ini dan itu membuatku lebih khawatir lagi. Tak berhenti sampai situ aku mencoba mencari ditempat tongkrongan yang biasa kami datangi dengan teman-teman namun tidak ada.

Aku mulai menyerah, namun ada satu tempat yang muncul tiba-tiba dibenak ku. Yaitu tempat dari toko gitar ayahnya dulu, aku berharap mungkin saja dia ada disana.

Sesampainya disana ada seorang pria berwajah garang dan berbadan tinggi besar yang nampak terburu-buru masuk. Aku pun memberanikan diri mendatanginya dan langsung bertanya.

"Apakah bapak pernah melihat anak laki-laki seumuran saya kesini?". Bapak itu terdiam sejenak, dan bertanya padaku.

"Ada urusan apa? Saya juga kurang pasti dengan pertanyaan kamu karena ada kurang lebih 5 orang seumuranmu berlangganan disini". Jawabnya.

Aku pun merasa bingung dengan maksud bapak ini, apa maksud dari anak seumuranku berlangganan disini?

"Kalau boleh tau ini tempat apa ya pak?". Tanyaku lagi.

"Ha..ha.. saya kira kamu pasien baru, ternyata bukan. Saya sebenarnya seorang psikolog dari RS Universitas. Tapi ini klinik pribadi jadi hanya yang sudah berlangganan yang bisa tau tempat ini".

Jawab bapak itu membuatku baru faham.

"Kalau begitu, apakah ada anak bernama Leon pernah kesini?". Tanyaku.

"Maaf, saya tidak mengenalnya". Kata Bapak Dokter Psikolog itu.

Aku memasang raut kecewa. "Apakah anda yakin? karena setahu saya ini dulu toko milik ayah temanku. Dia tidak menghubungiku dari kemarin dan dia pun tidak kesekolah hari ini. Orang tuanya juga tidak tau dimana dia, jadi mohon bantuannya". Jawabku.

"Hmm, nampaknya kamu benar-benar teman Leon?". Ternyata bapak dokter itu tau, aku agak bergembira mendengarnya.

"Dia sekarang sedang menyendiri di lantai atas, sebenarnya aku dan ayahnya saling mengenal. Namun, semenjak ia kehilangan ayahnya ia sering kemari. Aku berniat memberinya bantuan pemeriksaan psikologis karena cukup khawatir dengan kondisinya, namun ia selalu menolak. Aku pun membiarkannya menggunakan lantai atas agar ia tidak terlalu bersedih.". Jawabnya.

Aku cukup senang mendengarnya karena ternyata ia aman di tempat ini.

"Apakah saya boleh menemuinya? Saya teman dekatnya, saya mohon". Aku meminta izin.

"Hm, kamu tunggu di ruangan saya dulu.. saya akan coba panggilkan Leon. Tapi saya tidak ingin memaksanya ya.. karena sepertinya dia sedang banyak pikiran". Jawab bapak itu. Aku mengangguk dan mengikuti bapak dokter itu ke ruang prakteknya.

Tak lama kemudian Leon turun dan mendatangiku. Aku sedih melihat matanya yang sembam seperti habis menangis.

"Leon..". Panggilku.

"Saya tinggal sebentar ya, saya pulang cuman di rumah sebelah". Bapak Dokter itu pergi.

"Kamu kok bisa tahu aku disini?". Tanya Leon agak dingin.

"Hey, kamu ini ngilang dari kemarin! Harusnya aku marah lho.. kamu bilang kita bisa ketemu hari ini? Aku nyari kamu kemana-mana! Hp kamu juga non-aktif".

Aku pura-pura marah padanya.

"Ah.. itu, aku minta maaf kayaknya kita nggak bakal bisa nyari petunjuk buat nyari ayahku lagi deh.." Jawabnya.

"Siapa bilang? Kamu kok nyerah sih? Ini bukan Leon yang aku kenal! Ada aku, kita harus nyari bareng-bareng". Jawabku.

"Tapi.. rumah itu, bakalan dijual Shire. Rumah satu-satunya yang meninggalkan kenangan ayah. Aku sudah menolaknya namun tidak bisa apa-apa karena aku hanya anak kecil bagi mereka". Jawab Leon mulai berkaca- kaca.

Aku menarik nafas dalam- dalam aku sangat sedih melihat Leon, aku bilang semua akan baik-baik saja namun dilain sisi aku juga takut akan kegagalan menemukan ayahnya.

Aku pun duduk disampingnya untuk menepuk pundaknya berharap ia lebih tenang.

"Aku percaya semua akan baik-baik saja Leon, ada aku..". Jawabku.

"Semua orang bilang ayah sudah meninggal, tapi aku tidak percaya!". Jawab Leon.

"Iya.. tenangkan dirimu, aku akan selalu percaya dan mendukungmu". Aku berusaha menenangkannya walaupun disisi lain aku juga takut.

Aku bisa merasakan bagaimana kesedihan Leon yang sangat dalam, tapi tidak ada yang mendukungnya. Walaupun dia nampak dingin dan pendiam aku tahu hatinya begitu rapuh.

Leon mulai menangis dan aku langsung memberikan pundakku agar dia bisa bersandar.

"Jangan tinggalin aku juga Shire, kumohon..". Tiba-tiba Leon terlihat sesak nafas dan membuatku makin khawatir. Aku panik dan berteriak meminta pertolongan.

"Leon, Kamu kenapa??? Tolong, dokter!!!". Aku segera berlari keluar memanggil dokter itu, tak lama dokter itu datang dan memberi pertolongan pada Leon. Ia memberi pertolongan dengan oksigen portabel pada Leon.

Akhirnya Leon dapat bernafas secara normal, aku segera menanyakan pada dokter itu apa yang sebenarnya terjadi pada Leon.

Dokter itu menjelaskan kalau ini kemungkinan merupakan efek dari stress berkepanjangan yang di alami Leon. Namun ia juga perlu memeriksanya dengan terapi agar mengetahui lebih lanjut.

Kata-kata dari dokter itu terdengar menakutkan, karena aku tidak menyangka kondisi Leon separah itu.

"Leon bagaimana apakah kamu mau terapi dengan saya? Kondisi kamu mulai mengkhawatirkan". Jawab Dokter itu.

Leon menggelengkan kepalanya, dia tidak bisa menjawab karena tubuhnya masih lemas.

"Leon aku mohon, kamu harus terapi! Jangan takut aku bakal nemenin kamu!". Bujukku.

Leon hanya terdiam.

Dokter itu memberi sinyal kepadaku agar tidak terlalu memaksanya.

Aku pun menuruti dokter itu dan aku pamit karena hari sudah mulai malam.

"Dokter, titip Leon ya!". Aku pamit dan menuju keluar karena taksi online sudah hampir tiba.

Saat aku sampai luar, tiba-tiba Leon berlari menghampiriku.

"Why?". Tanyaku pada Leon.

"Thank you, hati-hati! Dan juga maaf karena kondisiku seperti ini". Kata Leon.

"Inget kamu harus pulih, karena kamu satu-satunya penolongku". Jawabku bercanda dengan nada memarahi.

Dia tersenyum untuk pertama kalinya hari itu.

Taksi online itu sudah datang dan aku pamit pergi untuk terakhir kalinya.

Secara tak terduga Leon menarik tanganku, dan mencium pipiku secara tiba-tiba. Jantungku berdebar dan hampir meledak.

Leon tersenyum nakal dan membukakan pintu taksi itu, aku cukup salah tingkah kemudian buru-buru menaiki taksi. Saat taksi mulai berjalan Leon melambaikan tangannya dan aku masih melihatnya dari kaca mobil di belakang.

Aku seperti tidak percaya apa yang barusan Leon lakukan, dan apa maksudnya. Hingga malam hari diriku tidak bisa tidur karena terus memikirkan Leon dan kelakuannya.

Aku bahkan bertingkah berlebihan menunggu pesan dari Leon tapi tidak ada kabar darinya sama sekali, membuatku gelisah saja.

Sebenarnya ini perasaan macam apa? Entahlah, aku sangatlah bingung, karena ini adalah first kiss yang pertama kali kualami dalam hidupku yang selama ini selalu menjomblo.

Semalaman aku tidak bisa tidur dan saat ku buka hp ternyata Leon benar-benar tidak mengklarifikasi apa yang ia lakukan tadi malam.

Lalu ketika disekolah aku mencarinya namun ia tidak berangkat juga hari ini?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!