Pelajaran seperti biasa dan hari ini terasa lebih membosankan dari biasanya. Aku diam-diam mengotak-atik hp dikelas, membuka chat mengetik pesan iseng pada Leon.
Aku hendak menulis kalau aku ingin kerumahnya untuk mencari petunjuk tentang ayahnya. Belum selesai menulis tiba-tiba ada chat masuk dari Dio dan aku langsung membukanya.
Dio : "Ntar temuin gue abis pulang sekolah"
Aku hendak membalas tidak, tapi Dio mengetik lagi.
Dio : "Ini penting."
Aku pun penasaran jadi mengiyakan ajakannya. Pulang sekolah aku berpapasan dengan Leon bersama teman-temannya. Adik-adik kelas itu menyapaku dengan ceria, aku sempat lupa kalau Leon itu adik kelas ku. Aku menghampiri Leon.
"Heii". Sapaku.
"Gimana kelas tadi?". Tanya Leon.
"Boring abis, besok gue boleh kerumahmu gak? Kita cari petunjuk". Tanyaku.
"Tentu, kapan aja boleh kerumahku". Jawab Leon.
Tiba-tiba Dio mengejutkanku dari belakang.
"Shire". Panggilnya.
"Ah Dio, ngagetin aja lo!" Aku hendak bergurau padanya, tapi dia terlihat serius sehingga aku mengurungkan niat untuk membercandainya.
Matanya menatap tajam Leon.
"Ayo pergi". Dia menarik tanganku.
Tentu aku merasa ada yang tidak beres dengan sikap Dio, aku harus mencari tahu.
Sepanjang perjalanan di mobil terasa begitu sunyi dan terasa kikuk. Aku mencoba mencairkan suasana dengan menghidupkan musik. Namun, ketika aku memencet tombolnya, Dio langsung mematikannya.
"Ih, kenapa sihh? Lo lagi ada masalah sama gue? Cerita dong!". Tanyaku.
Tiba-tiba Dio mengerem mendadak. Dia terlihat diam dan seperti berpikir, tingkahnya agak menyebalkan tapi aku agak khawatir dengannya.
"Lo ada hubungan apa sama Leon?". Tanya nya.
"Temenan lah, kayak lo sama gue ini. T-E-M-E-N kenapa sih?". Tanyaku.
"Ah, temen? Kenapa dia bikin nangis lo kemarin? Temen macam apa coba kalo tingkah kalian kaya gitu? Jawab jujur! Lo suka sama dia?". Tanya nya.
Aku terkejut mendengar ucapannya dan tiba-tiba berpikir, karena aku juga belum yakin perasaanku pada Leon.
"Wait, mau gue suka atau enggak itu urusan gue Dio. Gue tau lo sahabat gue udah lama. Tapi urusan kaya gini lo ga bisa ngekang gue Dio! Gue juga ga pernah sekalipun ikut campur hubungan lo, karena gue ngrhargain privasi lo!". Tegasku.
"Gue peduli sama lo Re, gue ga suka lo nangis kayak gitu gara-gara Leon. Jelasin ke gue jujur kenapa lo kemarin nangis?". Pertanyaan Dio sungguh sulit dijawab, kalau aku jujur juga pasti dia gak bakal faham karena ini semua ga masuk akal.
"Gu.. gue.. gue bingung harus cerita gimana! Ini rumit banget Dio, lo gak bakal faham". Jawabku agak terbata-bata.
"Ah, jadi lo suka sama dia? Lo bilang dia juga temen tapi perlakuan lo beda. Kenapa lo nggak nyeritain masalah lo? Gue kira gue juga temen lo? Ternyata enggak". Dio terlihat sangat kesal.
Aku pun menyerah dan segera menceritakan semuanya ke Dio.
"Oke fine! Jadi gue ini punya kemampuan bisa lihat hal buruk yang akan terjadi. Tapi cuman bisa nerawang kejadian disekitar gue. Terus ternyata belum lama ini gue tahu kalo Leon ada hubungannya dengan semua ini". Jawabku.
"Apa? Lo bercanda.. kalo gak mau cerita gak usah ngada-ada Shire. Oke fine, gue juga udah gak bisa maksa lo lagi". Jawabnya.
Aku tahu ini wajar kalau Dio tidak percaya, namun aku tetap sangat kesal dengan kata-kata Dio.
"UDAH GUE DUGA LO GAK PERCAYA!! DAH GUE TURUN SINI, SORI GUE LAGI KESEL BANGET SEKARANG!!!!". Aku langsung turun dari mobil Dio dan menuju halte bis untuk pulang.
Pada saat berjalan menuju bis tiba-tiba gejala itu muncul, jantungku berdetak sangat kencang. Terdengar suara Mahes yang mengaduh dan Zoey yang berteriak.
Aku pun menghentikan langkahku dan berbalik menuju ke mobil Dio lagi. Aku menggedor-gedor kaca jendelanya.
Kemudian setelah Dio membukakan pintu aku langsung naik.
"Kenapa lo?". Tanya Dio.
"Gue gak ada waktu ngejelasin, sekarang kita cari Mahes sama Zoey! Mereka dalam bahaya!". Jawabku.
"Apa?? Lu becanda?". Tanya Dio.
"Kasih gue 1 kesempatan buat buktiin ini ke elo, cepet kita gak ada waktu". Aku pun meyakinkan Dio dan kami segera berangkat dan aku pun segera menelpon Mahes.
Mahes langsung menjawab dan untungnya dia masih selamat dan kejadian buruk itu belum terjadi.
"Hes? Lo dimana?". Tanyaku.
"Kepo amat sih, ada apa?". Jawabnya.
"Ini penting, lo sama Zoey juga kan?".
"A..apa? Da..darimana lo tau? Ah menyebalkan.. iya iya gue lagi sama Zoey di cafe deket sekolah. Lo liat gue? Hehe".
Jawabnya.
"Oke, lo jangan nyari masalah disana! Sampe gue Dateng!". Jawabku.
"Whaat? Lo ngapain kesini??". Tanya Mahes.
Tapi aku langsung menutupnya.
Aku langsung menyuruh Dio berangkat, walaupun wajahnya tidak yakin denganku.
Sesampai disana, aku langsung masuk menuju cafe untuk mencari Zoey dan Mahes.
Tapi mereka tidak ada disana, namun motor Mahes ada di Cafe. Aku sangat khawatir dan segera mencari mereka ke tempat sekitar.
Setelah berkeliling ternyata mereka ada di belakang sekolah, terdengar suara Mahes berteriak membela Zoey dan mengata-ngatai anak preman sekolah itu.
Mereka pun memukuli Mahes dan mendorong Zoey sampai terjatuh. Aku dan Dio langsung berlari ke arah mereka.
"Berhenti!!". Teriakku mencegah mereka lebih jauh lagi.
"Hei! Apa-apaan ini? Kalian mau gue laporin?". Ucap Dio sambil melerai mereka. Mereka mengenal Dio dan mulai mendatangi Dio dengan wajah marah.
"Gimana? lo juga mau di pukul?". Ucap Dio.
"Sori gue bukan preman jadi ga suka mukul orang, apalagi keroyokan, di situ ada ring basket kalau kalian bisa nyetak 1 poin aja kalian bisa keroyok gue dan gue ga akan ngelawan". Ucapan Dio mengejutkanku.
"Lu gila apa?". Aku memarahinya.
"Udah tenang aja serahin ke gue, kalian mending cepet pergi bawa Mahes berobat!". Dio membuat kami khawatir dan kami tidak mau pergi.
"Hei gimana? berubah pikiran? tadi katanya nantang?". Ucap salah satu pentolan geng itu.
"Oke, temen gue ga bisa nunggu lama. Gue selesain secepatnya". Dio berlari kelapangan dengan senyumnya seakan seperti orang gila.
Mereka mulai bermain 1 vs 5, Dio tidak sedetikpun melewatkan waktu untuk tersenyum. Dia melewati halangan orang-orang itu dengan sok cool dan belum sampai 5 menit permainan selesai.
Dio berhasil mencetak poin pertama dan mengakhiri perkelahian itu.
Zoey menangis dan berterima kasih pada Dio, dan wajah khawatirku berubah menjadi raut lega. Kami langsung membawa Mahes ke Rumah Sakit.
Di perjalanan mereka memberitahu kalau saat di cafe tadi anak-anak preman sekolah itu mulai duluan merendahkan Zoey bilang kalau dia Gay dan seperti laki-laki.
Aku sudah bisa membayangkan bagaimana Mahes tersulut emosi dan membela Zoey, yang pada pada akhirnya Mahes malah dihabisi oleh anak-anak preman sekolah tadi.
"Thanks ya! Kalo nggak ada kalian gue udah abis tadi". Ucap Mahes.
"Iya! Lo makanya kalo udah tau kalah jumlah jangan kepancing! Udah gue bilang diem di restoran kan, tunggu gue Dateng pasti gak kaya gini!". Jawabku memarahi Mahes.
"Iya..iya.. mana gue tau kalau bakal ada kejadian macem itu. Lo tadi ngapain mau nyusul kita?". Tanya Mahes.
"Ah.. aku.. emm". Aku berpikir lama karena sangat bingung harus menjawab apa.
"Kita tadi mau hangout ke Cafe A tapi baru nyadar kalo belom buka jam segini, akhirnya kepikiran nyusul kalian". Jawab Dio tiba-tiba membantuku.
"Oh, btw Zoey lo bocorin kita kencan ya?". Terdengar Mahes berbisik memarahi Zoey dibelakang.
Mereka terlihat saling menyangkal, padahal sebenarnya tidak ada seorang pun dari mereka yang memberitahuku. Aku cukup sedih tidak bisa memberitahu mereka yang sebenarnya.
Sampai di RS Zoey dan Mahes menyuruh kami pulang duluan, Aku dan Dio pun peka dan sepakat meninggalkan mereka berdua.
"Ah, iyaa gue paham kok ehm". Godaku.
"What jangan salah sangka loo". Jawab Mahes marah-marah.
Aku mengabaikannya dan menarik Dio keluar.
"Huh, untung mereka selamat ya!". Aku berkata pada Dio.
Dio tiba-tiba memelukku, aku sangat bingung dan berusaha melepaskan diri tapi gagal karena dia sangat kuat.
"Ke.. kenapa??". Tanyaku.
"Kenapa lo ga cerita masalah sebesar ini sama gue? Sejak kapan lo kaya gini?". Dio melepaskanku sambil menunggu jawabanku.
Aku baru sadar kalo Dio akhirnya percaya dengan ceritaku. Aku tiba-tiba menangis karena terbawa suasana.
"Lo, orangnya kan gak peka! Mana mungkin percaya kalo gue cerita!". Aku menangis memukul bahunya.
Dio memelukku lagi dan berkata.
"Maaf, mulai saat ini gue bakal berusaha lebih baik. Jadi cerita aja! Gue bakal percaya sekarang!".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments