16

Sinar matahari yang baru keluar begitu silau di kaca jendela bus yang dinaiki Siska, membuatnya terbangun dari tidurnya.

Tidak terasa ternyata perjalanannya sudah hampir sampai, terasa bus mulai berjalan pelan dan berbelok ke arah tempat yang begitu ramai dengan orang orang.

Setelah dirasa bus sudah tidak bergerak, Siska mempersiapkan diri untuk turun dari bus yang dia tumpangi. Perlahan dia turun karena jalan begitu ramai.

Terasa pijakan pertama begitu hawa menyapu wajahnya halus membuat Siska teringat begitu banyak masalalu kelamnya.

Perlahan Siska meneruskan jalannya, pandangannya terus berkeliling memutari sekitar. Terlihat begitu banyak perbedaan tempat yang sudah lama tidak dia kunjungi itu.

Siska perlahan mulai mencari ojek agar bisa mengantarnya ke rumah, setelahnya mendapatkan ojek Siska segera naik ke atas motor yang sudah dinyalakan mesinnya.

Kali ini bukan tetangga atau seseorang yang dia kenal. Jelas semua sudah berubah dan berganti, sudah sembilan tahun lamanya Siska tidak kembali kesini.

Saat perjalanan pulang jantungnya mulai berdegub kencang, rasa khawatir, gelisah dan takut bercampur menjadi satu membuat Siska tidak tenang.

“ Sudah sampai mbak” Ucap bapak ojek membutarkan lamunan Siska.

“ Oh iya pak” Turub dari atas motor. “ Ini ya pak uangnya. Makasih pak” Lanjut Siska.

Begitu debarnya jantung Siska ketika melangkahkan kaki ke tempat yang sedari kecil dia tinggali itu. Perlahan Siska berjalan menuju arah teras rumah.

Tokk…Tokk…Tokk…

“ Iya sebentar” Ucap wanita paruh baya dari dalam rumah, jelas saja Siska tidak akan lupa dengan suara yang khas dari ibunya itu.

“ Siska” Ucap ibu Sri setelah membuka pintu rumahnya.

Entah apa yang ada sipikiran ibunya saat ini ketika melihat anaknya pulang, Siska pun tidak bisa menebak mimik muka ibunya.

Siska yang berusaha untuk bersikap biasa saja dan masuk ke dalam rumahnya, tidak ada yang berbeda dari rumahnya, hanya beberapa barang saja yang dipindah posisinya.

“ Aksel kemana?” Tanya Siska setelah meletakkan tas yang sedari tadi digendongnya.

“ Sekolah, kamu pulang juga” Ucap ibu Sri.

“ Iya, lagi kangen Aksel” Ucap Siska.

“ Kamu ini tinggalin anakmu terus, kamu ngga kasihan apa. Aku ini bukan tidak mau merawatnya, justru aku sayang sekali dengan Aksel walaupun dia kecilnya nakal sekali “ Ucap Ibu Sri.

“ Aku seperti ini juga buat Aksel bu, tolong lah ngertiin Siska! Tolong jangan ajak ribut bu, Siska baru pulang” Ucap Siska.

Tak lama kemudian ayah Siska pun datang, Siska yang sudah mulai malas ngladenin ibunya itu, menjadi sedikit cerah hatinya setelah ayahnya datang.

“ Siska” Ucap ayahnya dengan nada yang terlihat begitu rindu dengan anaknya.

Berbeda dengan ibunya, ayah Siska langsung memeluk Siska dan tak lupa memberi usapan halus dikepala Siska membuat Siska merasa sedikit terisi tenaganya.

“ Aduh… Bapak ini kangen sekali sama kamu Siska” Ucap ayahnya dengan mata yang terlihat mulai memerah itu.

“ Iya pak, Siska juga kangen sekali. Maafin Siska ya pak” Ucap Siska yang ikut hanyut dengan suasana tersebut.

“ Nggapapa Siska, bukan salahmu. Ayo istirahat dulu, kamu sudah makan belum? Anakmu lagi sekolah nanti kalau pulang dan melihatmu pasti dia senang” Ucap ayah sembari menuntun Siska menuju dapur bermaksud untuk memberi Siska makn.

“ Iya pak, Siska juga berharap begitu” Ucap Siska.

Siska pun melanjutkan kegiatan makannya dengan ditemani ayah tersayangnya itu sedangkan ibu Sri dia juga menyusul ke dapur dan ikut menemani Siska makan.

Walupun ibu Sri memang terlihat begitu menyiksa anaknya, tapi sebenarnya ibu Sri begitu menyayangi anak anaknya.

“ Aksel pulang” Ucap seorang dengan nada lembut dan begitu menggemaskan.

“ Sini nak ikut mama makan” Ucap ayah Siska setelah mendapati cucunya yang menyusul ke dapur.

Aksel kecil yang begitu menempel dengan nenek dan kakeknya itu memilik duduk dipangkuan neneknya dan sedikit mengamati Siska mamanya tersebut.

Entah apa yang dipikiran Aksel saat ini, Siska pun tidak bisa menebaknya. Malah saat ini otak Siska yang begitu berputar dan banyak pertanyaan pertanyaan yang muncil dikepalanya.

Apakah dia membenciku?

Apa dia mengenaliku?

Apa dia merindukanku?

Semua pikiran itu begitu tercampur menjadi satu membuat Siska sedikit merasa pusing.

“ Gimana sekolahnya nak?” Tanya Siska berusaha menyatukan hubungannya dengan Aksel.

“ Baik” Ucap Aksel singkat.

Siska hanya bisa tersenyum getir mendengar jawaban yang keluar dari anak kesayangannya itu. Hatinya terasa begitu teriris, seketika dia mulai menyalahkan dirinya sendiri.

“ Mama bagaimana kabarnya?” Tanya Aksel tiba tiba.

DEGGG…..!!!!

Pertanyaan itu membuat Siska hilang kendali, anak kecilnya ini menanyakan kabarnya. Itu sesuatu yang sangat tidak pernah terbesit di pikiran Siska.

Saat ini matanya terasa panas dan mulai memerah, sekuat tenaha Siska menahan air yang akun jatuh dari matanya.

“ Mama baik kok nak, sini kamu mau mama pangku?” Ucap Siska.

“ Mau sama nenek aja, mama lagi capek” Ucap Aksel.

Siska tau maksud anaknya yang menolak tawaran darinya dengan halus. Tidak menyangka, anaknya bisa berpikir sejauh ini.

Siska kira anaknya akan membencinya bahkan tidak ingin melihatnya lagi seumur hidup. Tapi pikirannya salah besar, anaknya justru bersikap tenang seolah dia tidak papa dan berusaha memahaminya.

...******...

Malam pun tiba, Haikal yang baru selesai mandi karena baru pulang dari kerja itu pun menyusul keluarga kecilnya yang sedang berkumpul di depan televisi.

“ Aduh, anak papa senang ya mamanya pulang?” Ucap Haikal sembari mengangkat tubuh Aksel dan menaruhnya dipangkuannya.

Aksel tidak menjawab sepatah kata pun dan hanya memberi senyuman yang entah tidak ada artinya itu.

“ Papa, Aksel mau kerjain tugas sebentar” Ucap Aksel yang disetujui oleh seluruh anggota keluarga.

Aksel pun berjalan masuk ke dalam kamarnya dan memilih untuk mengerjakannya di dalam kamar.

“ Bagaimana kabarmu disana?” Ucap Haikal.

“ Baik, Aksel gimana?” Tanya Siska.

“ Baik, ya seperti anak kecil pada umumnya ada bandel sendikit. Tapi sekolahnya bagus kok” Ucap Haikal yang dibalas anggukan oleh Siska.

“ Aksel itu anaknya aktif banget, ngga mau kalah sama temannya. Nakalnya hampir sama kayak kamu dulu” Ucap ayah Siska disambut ketawa kecil oleh mereka.

“ Aksel itu selalu tidur sama ibu, dari kecil nggamau pisah. Kalau ditinggal tidur sendiri pasti nggamau nangis” Ucap ibu Sri. “ Kalu ibu bangun pagi jam 3 atau 4 buat masak dia pasti kebangun nyariin ibu, harus ditidurin lagi. Jadinya ibu ikutan ngga bisa tidur kalau ngga ada Aksel” Lanjut ibu Sri.

“ Iya bu, Siska makasih ya. Tolong jaga Aksel terus ya” Ucap Siska yang dibalas anggukan oleh ibunya.

“ Nanti aku mau jenguk ibumu, kita kerumahmu nanti” Ucap Siska.

“ Iya, nanti ya tunggu Aksel selesai” Ucap Haikal.

“ Yaudah kita ikut aja, bareng kesana semua” Ucap ibu Sri yang disetujui oleh mereka.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!