Seperti halnya acara pernikahan pada umumnya, seluruh sanak saudara pun datang untuk melihat acara yang menurut mereka adalah acara bahagia.
Banyak hidangan enak yang disediakan, serta acara acara lainnya yang menghibur para tamu. Apalagi saat sesi pemotretan, seluruh sanak saudara dari Siska maupun Haikal menunggu giliran untuk dapat mengambil gambar dengan calon pengantin.
Walaupun keseluruhan mengikuti acara tersebut dengan bahagia, namun berbeda dengan Siska yang tampak dengan wajah datarnya.
Hingga acara selesai pun para saudara masih berkunjung ke rumah Siska untuk beberapa hari, memang acara pernikahan ini cukup bisa dibilang besar.
Tapi untuk Siska ini semua tidak dapat dia rasakan, tidak ada rasa bahagia, antusias, sedih. Hanya rasa kehampaan saja yang bisa Siska rasakan saat ini.
Gio yang awalnya tidak percaya dengan pernikahan adiknya pun kini terlihat ikut bahagia dengan keputusannya. Siska juga berusaha tampil bahagia didepan kakaknya.
...*****...
Seminggu berlalu, sudah tidak ada tamu atau acara acara meriah lagi dirumah Siska. Kini Siska sudah hidup dengan suaminya yang bahkan tidak dia cintai.
Dari tidur, bangun tidur, makan pun kini sudah dengan seseorang yang tidak dia kenali. Siska tidak merasakan gejolak apa apa saat hidupnya kini sudah bersama pria itu.
Memang Haikal memiliki paras yang bisa dibilang cukup tampan, tetapi mau bagaimana lagi? Siska tidak bisa berbohong atau bahkan memaksakan perasaannya untuk Haikal.
Hari hari berlalu, Haikal yang terlihat memperlakukan Siska dengan baik, dan terlihat seperti pria pada umumnya. Membantu orangtua Siska bekerja disawahnya.
“Siska, tolong buatkan aku kopi ya” Ucap Haikal sembari berjalan ke teras rumah.
Siska pun menurut dan segera pergi kedapur untuk membuatkan kopi, walaupun dia tidak terbiasa bahkan tidak ada rasa keikhlasan dari dalam dirinya untuk melayani seorang pria yang statusnya sebagai suaminya itu.
“Ini kopimu, aku taruh meja” Ucap Siska sembari meletakkan secangkir kopi diatas meja.
Setelah meletakkan kopi, Siska memutuskan untuk pergi kepasar dengan menunggu ojek yang lewat. Karena ini masih pagi pasti banyak ojek yang baru berangkat kepasar.
Dari arah barat terlihat cahaya lampu motor menyinari jalan.
“Pak Rusd ojek” Ucap Siska sembari mengayunkan tangannya dengan maksud agar motor yang melihatnya berhenti.
“Eh mbak Siska, ayo naik mau kemana?” Tanya pak Rudi yang baru saja berhenti didepan Siska.
“Mau kepasar pak” Jawab Siska yang kemudian naik keatas motor.
Pak Rusdi adalah ojek langganan daerah tempat Siska tinggal, karena setiap akan berangkat kepasar Pak Rusdi selalu lewat jalur situ.
“Wah sudah punya suami jadi rajin kepasar ya mbak Siska hehe” Ucap Pal Rusdi memecah keheningan.
“Hehe iya pak, biar bantu ibu juga” Ucap Siska.
“Bapak lihat suami mbak Siska lumayan ganteng juga ya, semoga klian cepat diberi momongan ya mbak Siska” Ucap Pak Rusdi.
“Doain aja pak yang terbaik” Jawab Siska.
Tidak terasa akhirnya mereka berdua sampai didalam pasar, setelah membayar uang ojek Siska pun berpamitan kepada Pak Rusdi dan lanjut masuk kedalam pasar untuk berbelanja.
“Eh Siska ya” Ucap seseorang dari belakang.
“Eh bu Endang” Ucap Siska yang kemudian membalikkan badannya kebelakang.
“Mau belanja ya?” Tanya bu Endang.
“Iya bu, bu Endang sudah mau pulang ya?” Tanya Siska setelah melirik tas belanjaan bu Endang yang sudah penuh.
“Iya nih Siska. Oh iya, nanti pulang dari pasar kamu bisa mampir ke warung saya ngga?” Tanya bu Endang.
“Bisa aja bu, memangnya ada apa ya?” Tanya Siska heran.
“Ada nanti ibu kasih tau kalau kamu udah disana ya” Ucap bu Endang yang setelah itu pamit untuk pulang.
Siska yang mendengar itu sedikit penasaran, pasalnya dia baru kenal bu Endang setelah menikah dengan Haikal. Bu Endang adalah pemilik warung di rt sebelah jadi untuk seorang Siska yang dari dulu kerja merantau tidak banyak kenal dengan orang orang di luar rt nya.
Setelah merasa cukup banyak belanjaan yang didapat Siska, Siska pun memutuskan untuk pulang. Tidak lupa dengan janjinya, Siska pun mampir ke warung bu Endang.
“Permisi bu Endang” Ucap Siska sembari masuk kedalam warung.
“Eh Siska, sudah selesai belanjanya ya” Ucap bu Endang yang datang dari belakang.
“Iya bu, kira kira ada hal apa ya bu sampai Siska disuruh mampur” Tanya Siska sembari duduk di kursi yang memang sudah disediakan.
“Mmm..Sebelumnya ibu minta maaf ya Siska, tapi suamimu banyak hutang yang belum dibayar disini. Karena ini sudah lama jadi ibu minta tolong untuk segera dibayar, ibu kan juga butuh modal” Ucap bu Endang sembari memberikan buku catatan yang didalamnya tertulis semua daftar hutang dari suaminya.
“Oh begitu ya bu, kebetulan saya ada uangnya sekarang, bisa langsung saya bayar kok bu” Ucap Siska yang menahan malu tersebut.
“Wah terimakasih ya Siska, maaf sekali ya ibu melibatkan kamu, bukan maksud ibu mau ngejelekin suamimu, tapi ini sudah lama sekali jadi ibu terpaksa kasih tau kamu” Ucap bu Endang.
Siska pun segera membayarkan semua hutang suaminya yang bisa dibilang cukup banyak itu. Ibu Endang pun menerima dengan senang hati dan tidak lupa memberi catatan bukti pelunasan hutang.
Selesai dengan masalah perhutangan suaminya, Siska segera pulang dengan hati yang berat, emosinya sudah diujung tanduk sebenarnya, tapi Siksa memutuskan untuk tetap tegar.
“Haikal, ini apa?” Ucap Siska yang baru sampai rumahnya. Dengan nada tingginya Siska memberikan catatan bukti pelunasan hutang.
Haikal yang melihat istrinya tiba tiba marah itu, segera mengambil kertas didepannya dan mencoba untuk melihat apa isi kertas tersebut.
“Loh kamu sudah melunasi semua hutangku?” Tanya Haikal dengan wajah yang menurut Siska tanpa rasa bersalah.
“Kamu pikir? Ibu Endang memintaku untuk kewarungnya cuma karena masalah hutangmu, kenapa kamu tidak urus itu sendiri saja” Ucap Siska yang memang sedari tadi sudah menahan amarahnya.
“Terus kenapa kamu marah marah begini, lagian siapa suruh kamu yang bayar” Ucap Haikal yang juga tersulut emosi.
“Kalau bukan karena aku malu dengan hutangmu yang banyak itu, aku ngga akan bayar hutangmu” Ucap Siska yang tetap dengan nada emosinya.
“Iya terimakasih karena kamu sudah melunasi semua hutangku. Kalau kamu marah karena uangmu habis aku akan ganti semua uangmu” Ucap Haikal dengan nada yang membuat Siska semakin naik.
“Makannya kamu kerja sana, sudah tau banyak hutang bukannya kerja malah enak enak dirumah” Ucap Siska yang sedikit menurunkan nada bicaranya.
“Kok kamu malah ngejelekin suamimu sendiri, harusnya kamu jadi istri itu patuh sama suamimu, hormatin” Ucap Haikal.
“Terserah kamu saja, aku malas berdebat” Ucap Siska berusaha menyudahi pertengkarannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments