Chapter 15 - Regi Yang Cemburu

Acara tujuh bulanan Amira hanya acara berbagi santunan saja di panti asuhan, dan tetangganya. Tidak ada acara adat tujuh bulanan, itu semua karena budhe dan pakdhenya Romi sedang sibuk, dan tidak bisa hadir. Tidak mungkin mau ada acara adat tapi tidak ada orang tua, jadi mereka hanya membuat acara santunan di panti asuhan juga bagi-bagi ke tetangga sekitar.

“Kan acara begini saja kamu sudah kecapean? Apalagi sampai ada acara adat, belum pengajian dan lain-lain? Kamu pasti kecapean sekali?” ujar Romi yang melihat Amira seperti kecapean.

Jelas Amira sudah sering merasakan kecapekan yang teramat, karena kandungannya sudah memasuki minggu ke tiga puluh empat, artinya sebentar lagi Amira akan melahirkan. Benar, HPL Amira diperkirakan tiga sampai lima minggu lagi.

“Ya begini, Mas. Bagaimana aku gak capek, Mas? Aku saja sudah bawa perut segede ini kalau jalan?” jawab Amira. “Untung saja kita sudah dapat Asistean Rumah Tangga baru yang pasti,” imbuhnya.

Amira sudah mendapat pembantu baru. Mbak Rahmi namanya. Amira sekarang tidak kesepian lagi, meski suaminya sering pulang malam, dan Amira sudah meminta Regi untuk tidak usah menemaninya, karena sudah ada Mbak Rahmi yang menemaninya. Tapi, namanya juga Regi, dia selalu datang ke rumah Amira kalau ada waktu senggang, apalagi dia selalu ingin melihat Amira, terutama kesehatan Amira, dan kesehatan kandungan Amira.

“Kalau bisa, aku akan gantikan rasa capekmu membawa perut sebesar ini, Sayang?” ucap Romi.

“Jangan dong, mas juga berat tugasnya sebagai suami. Mas harus bertanggung jawab dengan keluarga, belum lagi Mas harus bertanggung jawab dengan pekerjaan mas. Tugas mas itu sudah berat sekali. Bahkan aku sendiri gak bisa mengerjakan tugasmu, Mas,” ucap Amira.

“Iya benar, kita memang punya tugas sendiri-sendiri, Sayang. Kita hanya bisa saling menyemangati dan sedikit meringangkan beban saja,” ucap Romi.

“Iya benar, Mas. Yuk istirahat, aku capek sekali, Mas,” ajak Amira.

“Iya ayo tidur, biar nanti Mbak Rahmi yang beresin semuanya.” Romi mengiyakan ajakan istrinya.

Amira tidur dengan dipeluk Romi. Dari tadi Romi mengusap perut Amira, dan terasa bayinya terus menendang-nendang, seperti senang diusap Romi.

“Anak papa, ayo tidur, mamanya kan sudah capek, malah ngajak mainan papa,” ucap Romi.

“Iya nih, malah ngajakin mainan terus kamu, Nak,” ucap Amira.

“Anak kita kuat ya nendangnya, nih kerasa sekali tendangannya,” ujar Romi.

“Dia makannya banyak, Mas, jadi kuat dong? Ibunya juga sehat, masa anaknya gak kuat begini?” jawab Amira.

Padahal Amira merasa risih kalau dipegang perutanya oleh Romi. Dia takut Romi tahu usia kandungannya berapa, karena posisi bayi Amira pun sudah benar posisinya, tinggal menunggu waktu lahir saja.

Romi sebetulnya juga sedikit sangsi dengan keadaan perut Amira yang sudah kencang sekali, seperti sebentar lagi akan melahirkan. Selama Amira hamil, saking sibuknya dia, sampai tidak pernah mengantar Amira periksa kandungan.

“Jadwal periksamu lagi kapan, Sayang?” tanya Romi.

“Ehm ... tiga minggu lagi,” jawab Amira.

“Oh, aku antar ya?”

“Yakin? Nanti sudah mau antar kayak biasanya ada meeting dadakan?” ujar Amira.

“Semoga saja tidak ya? Aku ini setelah dinaikan jabatan, malah kerjaan semakin berat, Sayang. Maaf, selama kamu hamil aku tidak bisa menamani kamu periksa kandungan, tidak bisa melihat anakku saat di USG, padahal sebelum kamu hamil, aku ingin sekali bisa menemani kamu setiap ada jadwal kamu periksa kandungan, bisa lihat secara langsung perkembangan bayi kit di perut kamu, bisa langsung ngobrol dengan dokternya, tapi aku malah sibuk kerja, karena memang pekerjaanku banyak sekali,” ucap Romi dengan penuh penyesalan, karena salama istrinya hamil dia sama sekali belum pernah mengantar Amira untuk periksa kandungan.

“Sabar, nanti kalau ada waktu kamu bisa antar aku. Kamu kan kerja? Kerjamu juga untuk aku dan anak kita? Untung saja kamu masih menemani tidurku, masih pulang ke rumah setiap hari, kecuali saat keluar kota? Coba kalau seperti temanku, dia suaminya pelaut, pulang hanya menghamili temanku saja, setelah itu ditinggal bertugas selama satu sampai dua tahun di kapal, lihat lahiran saja lewat video call, sampai anaknya tiga seperti itu, tidak pernah ditemani sama suaminya saat hamil. Aku masih beruntung, Mas. Hanya tidak ditemani saat periksa saja, tapi mas masih menemaniku setiap hari,” ucap Amira.

“Iya sih? Ya sudah nanti pas periksa lagi aku yang antar,” ucap Romi.

“Iya, kamu harus antar, ya?” pinta Amira, tapi dalam hatinya dia sangat takut, kalau Romi menemaninya, pasti tahu usia kandungan Amira sudah sembilan bulan.

“Bagaimana kalau Mas Romi beneran bisa antar aku periksa? Pasti Mas Romi akan tahu sebenarnya. Tapi, kalau pun tidak mengantarkan periksa, tetap saja dia akan tahu yang sebenarnya,” batin Amira.

“Sudah tidur, mumpung belum sore, jangan tidur di atas jam tiga sore, gak bagus buat kesehatan. Mumpung aku bisa menemani tidur siangmu, ayo tidur.” Romi mengeratkan pelukannya pada Amira.

^^^

Satu hari ini Amira ditemani oleh Romi dari pagi sampai malam. Romi seharian benar-benar memanjakan istrinya. Itu karena tadi ada acara di panti asuhan, acara untuk tujuh bulanan Amira. Dari tadi Regi melihat kakaknya terus memanjakan Amira. Biasanya tidak pernah Romi seperti itu selama Amira hamil, karena dia terlalu sibuk bekerja, jadi hari ini mumpung seharian di rumah, Romi memanjakan istrinya. Bahkan dari sarapan hingga makan malam Romi menyuapi Amira.

Regi sebetulnya merasa tidak enak hati melihat kakaknya dari pagi hingg malam memanjakan istrinya. Entah kenapa Regi merasa cemburu Romi memanjakan Amira, apalagi kalau Romi menciumi perut Amira, dan mengajak ngobrol bayi yang ada di perut Amira. Memang bayi yang ada di perut Amira adalah anak Regi, tapi yang berhak atas itu adalah Romi.

Dari tadi Amira merasa Regi memperlihatkan raut wajah yang tidak mengenakkan. Amira tidak peduli itu, dia membiarkan adik iparnya yang seperti itu. Salah siapa melihat kemesraan mereka, Amira mana peduli dengan apa yang Regi rasakan?

“Ini anakku, dan Mas Romi adalah suamiku. Kenapa dia melihat aku dengan tatapan tidak suka saat aku bermesraan dengan Mas Romi? Apalagi saat tadi Mas Romi menciumi perutku, lalu mengajak ngobrol bayiku. Aku tahu ini anakmu, Re. Tapi Mas Romi adalah suamiku, yang berhak atasku!” batin Amira.

“Mas, ayo ke kamar saja. Malu ih ada Regi kamu gini?” bisik Amira.

“Biar saja, biar dia cepet-cepet cari istri,” jawab Romi.

“Pasti kalian lagi ngomongin aku, kan?”

“Tuh kerasa dia,” ucap Romi.

“Gak usah bisik-bisik, Mas. Nyindir saja?” tukas Regi.

“Sudah ah, ada yang lagi sensi, yuk ke kamar.” Romi menggendong Amira dan langsung membawanya ke dalam kamar. “Sana buruan cari istri, jangan jomlo mulu kamu, Re!” ujar Romi.

“Sudah sana jangan ganggu jomlo lagi kerja!” jawab Regi.

Regi menatap Romi yang berjalan dengan membopong tubuh Amira, sesekali Romi menautkan bibirnya ke bibir Amira, sampai terdengar oleh Regi suara kecupan mereka.

“Sialan, malah membuat panas badanku saja! Ah ... jadi ingat malam itu sama Mbak Mira, kan? Aku ingat malam itu aku gendong tubuh Mbak Mira di depanku, aku kecup bibirnya sambil berjalan ke kamarnya, dan semakin panas hingga semuanya terjadi tanpa kami sadari. Mbak Mira memang hebat bermain di ranjang, pantas saja tiap malam Mas Romi selalu bergulat di atas ranjang meski Mbak Mira sedang hamil?” batin Regi.

Terpopuler

Comments

Aflah Nasution

Aflah Nasution

ngintip ya kok tau

2023-05-10

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 - Kesalahan Satu Malam
2 Chapter 2 - Dua Garis Merah
3 Chapter 3 - Kabar Bahagia Untuk Romi
4 Chapter 4 - Kelihatan Buncit
5 Chapter 5 - Jangan Terbawa Suasana
6 Chapter 6 - Perhatian Kecil Regi
7 Chapter 7 - Semakin Bergantung Pada Regi
8 Chapter 8 - Perasaan Aneh Romi
9 Chapter 9 - Tidak Ingin Jauh Dari Regi
10 Chapter 10 - Berusaha Menghindar
11 Chapter 11 - Keluar Kota Lagi
12 Curiga Romi Selingkuh
13 Chapter 13 - Regi Yang Terlalu Panik
14 Chapter 14 - Rencana Tujuh Bulanan
15 Chapter 15 - Regi Yang Cemburu
16 Chapter 16 - Kekahawatiran Regi
17 Chapter 17 - Mempersiapkan Kamar Bayi
18 Chapter 18 - Seperti Tidak Menghormati Amira
19 Chapter 19 - Cemburu Dengan Regi
20 Chapter 20 - Berapa Usia Kandungan Amira Sebenarnya?
21 Chapter 21 - Meragukan
22 Chapter 22 - Mencari Bukti
23 Chapter 23 - Terungkap Semuanya
24 Chapter 24 - Ingin Sendiri Dulu
25 Chapter 25 - Sulit Untuk Memaafkan
26 Chapter 26 - Calon Istri Baru
27 Chapter 27 - Sangat Membenci Mereka
28 Chapter 28
29 Chapter 29
30 Chapter 30
31 Chapter 31
32 Chapter 32
33 Chapter 33
34 Chapter 34
35 Chapter 35
36 Chapter 36
37 Chapter 37
38 Chapter 38
39 Chapter 39
40 Chapter 40
41 Chapter 41
42 Chapter 42
43 Chapter 43
44 Chapter 44
45 Chapter 45
46 Chapter 46
47 Chapter 47
48 Chapter 48
49 Chapter 49
50 Chapter 50
51 Chapter 51
52 Chapter 52
53 Chapter 53
54 Chapter 54
55 Chapter 55
56 Chapter 56
57 Chapter 57
58 Chapter 58
59 Chapter 59
60 Chapter 60
61 Chapter 61
62 Chapter 62
63 Chapter 63
64 Chapter 64
65 Chapter 65
66 Chapter 66
67 Chapter 67
68 Chapter 68
69 Chapter 69
70 Chater 70
71 Chapter 71
72 Chapter 72
73 Chapter 73
74 Chapter 74
75 Chapter 75
76 Chapter 76
77 Chapter 77
78 Chapter 78
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Chapter 1 - Kesalahan Satu Malam
2
Chapter 2 - Dua Garis Merah
3
Chapter 3 - Kabar Bahagia Untuk Romi
4
Chapter 4 - Kelihatan Buncit
5
Chapter 5 - Jangan Terbawa Suasana
6
Chapter 6 - Perhatian Kecil Regi
7
Chapter 7 - Semakin Bergantung Pada Regi
8
Chapter 8 - Perasaan Aneh Romi
9
Chapter 9 - Tidak Ingin Jauh Dari Regi
10
Chapter 10 - Berusaha Menghindar
11
Chapter 11 - Keluar Kota Lagi
12
Curiga Romi Selingkuh
13
Chapter 13 - Regi Yang Terlalu Panik
14
Chapter 14 - Rencana Tujuh Bulanan
15
Chapter 15 - Regi Yang Cemburu
16
Chapter 16 - Kekahawatiran Regi
17
Chapter 17 - Mempersiapkan Kamar Bayi
18
Chapter 18 - Seperti Tidak Menghormati Amira
19
Chapter 19 - Cemburu Dengan Regi
20
Chapter 20 - Berapa Usia Kandungan Amira Sebenarnya?
21
Chapter 21 - Meragukan
22
Chapter 22 - Mencari Bukti
23
Chapter 23 - Terungkap Semuanya
24
Chapter 24 - Ingin Sendiri Dulu
25
Chapter 25 - Sulit Untuk Memaafkan
26
Chapter 26 - Calon Istri Baru
27
Chapter 27 - Sangat Membenci Mereka
28
Chapter 28
29
Chapter 29
30
Chapter 30
31
Chapter 31
32
Chapter 32
33
Chapter 33
34
Chapter 34
35
Chapter 35
36
Chapter 36
37
Chapter 37
38
Chapter 38
39
Chapter 39
40
Chapter 40
41
Chapter 41
42
Chapter 42
43
Chapter 43
44
Chapter 44
45
Chapter 45
46
Chapter 46
47
Chapter 47
48
Chapter 48
49
Chapter 49
50
Chapter 50
51
Chapter 51
52
Chapter 52
53
Chapter 53
54
Chapter 54
55
Chapter 55
56
Chapter 56
57
Chapter 57
58
Chapter 58
59
Chapter 59
60
Chapter 60
61
Chapter 61
62
Chapter 62
63
Chapter 63
64
Chapter 64
65
Chapter 65
66
Chapter 66
67
Chapter 67
68
Chapter 68
69
Chapter 69
70
Chater 70
71
Chapter 71
72
Chapter 72
73
Chapter 73
74
Chapter 74
75
Chapter 75
76
Chapter 76
77
Chapter 77
78
Chapter 78

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!