Pukul empat pagi Lewis pulang diantar oleh seorang wanita penghibur yang sengaja dibayar mahal untuk masuk ke kamarnya. “Lakukan tugasmu! Setelah selesai bonusnya aku kirim.” Tegas Lewis pada teman kencan yang sama sekali tidak dikencani.
“Siap Tuan.” Cicit wanita itu, dia memapah Lewis keluar dari mobil, melewati satu per satu anak tangga sembari tertawa satu sama lain. Seolah mereka pasangan yang saling mencinta, dan ingin segera memadu kasih.
Alana meradang melihat Lewis menyentuh titik sensitive kekasihnya, mendengar suara yang tidak layak diterima telinga pada pagi hari ini.
Dia menyesal keluar kamar lebih awal, tapi menang sudah menjadi tugas seorang Alana Pattinson untuk membuat Lewis Jansen merubah kepribadian menjadi lebih baik.
Istri dari James Jansen semakin geram dan melotot, bagaimana putra sambungnya itu membawa wanita ke dalam kamar, suara kunci pun sangat meresahkan seorang Alana.
Seribu langkah Alana menuju ruang keamanan, mencari kunci cadangan setiap pintu di rumah ini. Untunglah dia seorang Nyonya Besar Jansen, kalau bukan, petugas keamanan tidak akan mengizinkannya mengambil kunci di pagi buta.
“Dasar anak kurang ajar kamu Lewis, bagaimana bisa membawa wanita mu***** ke dalam rumah ini? Apa dia mabuk atau itu memang kekasihnya? Hah, tidak bisa dibiarkan.” Alana bersumpah akan memukuli pasangan yang kini bercumbu di dalam kamar.
Sebelum benar-benar membuka kunci. Wanita cantik ini mengatur napas, dan meredam emosi. Begitu pelan Alana membuka pintu, masuk ke dalam dan mendapati putranya mengungkung wanita penggoda di atas sofa bed.
“Lewis Jansen apa yang kau lakukan di kamar ini, hah?” ucap Alana sembari menarik rambut teman kencan Lewis.
BRUK
‘Sayang siapa wanita pemarah ini?’
Merdunya suara buaya betina yang memuakkan di telinga Alana. Dengan cepat dia menyeret wanita itu menuruni tangga dan keluar dari pintu utama, tidak sampai di situ, keduanya berjalan menuju gerbang utama.
Lewis Jansen dapat melihat betapa menyeramkan seorang ibu tiri, benar-benar memukuli wanita bayaran tanpa ampun.
“Menarik sekali istrimu ini, Dad.” Tawa Lewis dari balkon menyaksikan keributan yang terjadi.
Bukannya kapok, Lewis Jansen begitu tertantang menciptakan percikan bara api di rumahnya. “Aku ingin lihat sampai kapan Nyonya Jansen bertahan mendampingi Pak Tua itu?” sinis Lewis, tertawa miring mencemooh Alana.
Tidak disangka, Lewis pikir ibu sambungnya masuk kamar dan mengadu pada James, tapi yang terjadi justru mengusik ketenangannya. Alana memberi petuah panjang lebar, hingga mulutnya pegal.
“Lewis kau dengar aku tidak? Telingamu masih normal kan?” tatap Alana masih menunggu jawaban. Tubuhnya menyandar pada meja kayu, tenaganya terbuang banyak pagi ini oleh sikap Lewis.
“Sudah selesai? Sebaiknya kau kembali ke kamar, jangan ikut campur.” Lewis tak mengindahkan semua ucapan Alana. Menutup diri dengan selimut dan menggunakan earphone, meredam suara berisik di kamarnya.
Tidak terima, Alana menarik selimut hingga teronggok di atas lantai. Seketika itu pemandangan tak sewajarnya memenuhi mata, penampilan Lewis hanya menggunakan celana tidur tanpa baju yang menutupi bagian tubuh atasnya.
Pria berusia 28 tahun itu melompat turun dari ranjang, mendekati Alana dengan seringai licik memenuhi riak wajahnya.
"Kau mengganggu dan mengusir wanitaku. Jadi, mungkinkah Nyonya bersedia tidur bersamaku? Aku jauh lebih kuat dibanding James.” Bisik Lewis di telinga Alana, tertawa puas dalam hati sebab wajah Alana terlihat pucat pasi.
“Kau gila Lewis, aku itu ibu tirimu, istri dari Daddy-mu. Menyingkirlah, aku mau keluar!” Alana menginjak ibu jari kaki Lewis dan keluar dari kamar.
Hari-hari berikutnya lebih menguras kesabaran seorang Alana Pattinson. Bayangkan saja dirinya terpaksa tidur di atas sofa hanya menunggu seorang Lewis Jansen pulang.
Anak dari suaminya itu kerap masuk rumah dalam keadaan mabuk, sukarela Alana membopong tubuh kekar Lewis masuk kamar.
Wanita ini tidak henti memberi peringatan pada Lewis, tidak peduli didengar atau tidak yang penting Alana menjalankan perannya sebagai ibu. Bahkan karena terlalu lelah, Alana mengancam akan membekukan fasilitas keuangan Lewis.
Betapa geramnya Lewis mendengar gertakan Alana, ya pria ini hanya pura-pura mabuk dan tidak sadarkan diri. Semua dilakukan secara sengaja demi membuat Alana lelah dan tidak sanggup menghadapi tingkahnya.
**
Seakan tidak pernah lelah, James memerintahkan Alana mengatur pesta meriah untuk menyambut kembalinya putra tunggal dari James Jansen. Dibantu Alvaro, asisten pribadi yang selalu setia, Alana mewujudkan keinginan suami tuanya.
Alvaro tengah sibuk memeriksa persiapan di bagian luar, sementara Alana di dalam ballroom tanpa pengawasan ketat dari siapapun. Hal ini dimanfaatkan oleh Debby untuk mencelakai kakak iparnya. Dia memerintah orang lain melakukan sesuatu.
“Kalian lihat di sana, aku ingin wanita itu terbaring di rumah sakit malam ini juga.” Titah Debby Jansen pada dua orang pekerja, menjanjikan bonus besar, jika Alana sampai tidak bisa diselamatkan.
Jahat memang, tapi semua dilakuan agar hidupnya sejahtera di masa depan, semua demi Patricia, putri tunggalnya.
‘Tapi Nyonya, kami tidak berani itu sama saja rencana pembunuhan.’
“Kalian itu mau uang atau tidak hah? Bekerja seumur hidup juga belum tentu dapat 100 juta. Sudah lakukan perintahku, dan ingat pastikan dia kehilangan nyawanya malam ini juga.” Geram Debby, sudah terlalu sabar menghadapi kakak ipar mudanya.
Alana yang tengah sibuk memperhatikan dekorasi hotel, membuatnya lengah, tidak tanggap pada sekitar, bahwa lampu kabel terputus. Dia terus berjalan mengitari sisi ballroom, tidak melihat jika dua jengkal lagi dirinya akan tersengat listrik.
Namun Lewis yang baru saja masuk ke dalam ruangan, menyadari akan hal membahayakan nyawa ibu tirinya.
“Stop Lewis biarkan saja wanita penggoda itu merasakan sakit.” Sisi iblisnya begitu ingin menyingkirkan Alana.
“Jangan Lewis, bagaimanapun juga dia wanita, dan istri dari Daddy-mu.” Malaikat baik hati dalam jiwanya berusaha menjadikan pria berhati kutub utara ini seorang pahlawan.
“Argh kalian menggangguku.” Lewis mengibaskan kedua tangan di atas kepala, dengan tatapan masih mengawasi Alana.
Melihat Alana semakin dekat dengan kabel, naluri sebagai lelaki mendorong untuk bergegas menyelamatkan nyawa ibu sambungnya.
“Alana hati-hati.” Teriak Lewis sembari berlari, membuka tangan bersiap merangkul dan menarik tubuh wanita Ayahnya.
Bersamaan dengan itu, Alvaro masuk ballroom, tapi kalah cepat dari lewis. Seketika suara ledakan berdentum keras, mengguncang indra pendengaran siapapun.
Alana dan Lewis terjatuh ke atas lantai, “Kau tidak apa-apa?” tanya Lewis merangkum pipi ibu tirinya, memeriksa keadaan secara keseluruhan.
Karena syok, Alana hanya mengangguk lemah sebagai jawaban, kedua tangannya masih memeluk erat punggung Lewis.
Alvaro yang mencemaskan bosnya terluka, segera melarikan Alana ke rumah sakit. Dua orang ini melupakan Lewis yang berdarah pada bagian punggung.
Ya dia melindungi ibu tirinya dari serpihan pecahan lampu.
TBC
***
kasihan juga ya Lewis 💔
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments