Bab 19

"Tapi tuan Chris ..." nada bicara Taslim mulai meninggi disana, ada sebuah rasa yang berkecamuk menjadi satu malam itu. Antara rasa segan dan kasihan tengah membela hatinya dengan begitu berat.

Ia tak tahu harus melakukan hal apalagi untuk menolong Felicia yang tengah terkapar sendiri dirumah sakit.

Christian hanya menatap keduanya dengan tegas tanpa berbicara kembali.

Tapi anehnya, sejak kediamannya saat itu aroma semerbak bangkai menyengat tercium secara tiba-tiba disana. Casandra terlihat mengusap hidungnya berulang untuk menepis aroma tersebut.

Disusul dengan wajah Taslim yang tengah mengamati sesuatu berjatuhan dibalik tubuh tegap Christian.

"Ada apa, kalian tetap ingin berdiri disana atau segera pergi." tanya balik Christian dengan santai.

Karena memang sudah tak tahan lagi untuk mengusir bau menyengat tersebut, Casandra mengajak suaminya untuk segera berpamitan dengan menarik kasar tangan suaminya dengan cepat.

Tanpa sebuah kata perpisahan keduanya berbalik dan menuju mobil secepat mungkin, benar saja setibanya disamping mobil Casandra mengeluarkan seluruh isi perutnya dengan banyak. Muntahan itu tak dapat lagi ia bendung setelah dirinya menjauh pergi dari hadapan besanya.

"Ambil ini dan usapkan ke ujung hidungmu ma." titah Taslim yang mengulurkan sebuah minyak gosok pada istrinya.

Setelah mencium aroma minyak tersebut , wajah Casandra berubah menjadi lebih nyaman disana.

*

*

*

Sedangkan di rumah Christian justru hal yang jauh dibawah logika manusia terjadi. Sosok pria yang sejak tadi menemani Taslim dan sang istri diluar tiba-tiba menghilang dan hanya meninggalkan jejak satu tumpuk belatung dengan beberapa percik darah dibagian lantai. Sementara didalam kamar, Christian dan Alma masih tertidur pulas tanpa sedikitpun beranjak dari sana.

Sungguh malang nasib keduanya setelah pernikahan Felicia, masalah demi masalah datang merundung satu persatu.

Malam semakin larut, dan saat itu Nancy yang masih berada dalam satu rumah dengan Erick juga sudah bersiap untuk tidur bersama. Keduanya tak lagi menghiraukan apa status diantara keduanya, dan kini menjalani hal yang biasa dilakukan layaknya pasangan suami istri yang tak segan untuk tidur satu ranjang.

"Tolong bilang padaku jika kau ingin keluar dari kamar." pinta Erick padanya, memang setelah kejadian itu Erick tak lagi memiliki nyali untuk tetap tinggal disana tanpa orang yang menemani dirinya.

Nancy mengerutkan keningnya karena tak tahu apa maksud dari ucapan lelaki yang begitu ia cintainya tersebut.

Ia lantas menarik selimut cukup tebal untuk menutupi tubuhnya dan Erick malam itu dan bergegas tidur setelah cahaya lampu kamar ia padamkan.

Ketegangan malam itu baru saja dimulai ketika suara kran air gemericik menyala begitu deras hingga mengganggu tidur Nancy tapi tidak dengan Erick.

Ia bangkit dan segera menyalakan semua lampu untuk melihatnya , belum sampai tanganya menyentuh handle pintu tersebut suara itu tiba-tiba saja menghilang. Tapi anehnya, suara gemericik air itu memang benar-benar terjadi disana. Terlihat lantai begitu basah dengan genangan beberapa air yang baru saja mengalir.

Didalam sana, Nancy melihat kran air itu tertutup sempurna tapi mengapa lantai begitu basah dibuatnya dengan suara gemericik air tadi . Ditengah rasa kebingunganya, semua listrik tiba-tiba saja padam tanpa terkendali.

Nancy mencoba meraba dan berjalan lirih utnuk meraih ujung pintu yang tak lagi terlihat oleh kedua matanya. Tapi langkahnya harus terhenti saat pintu itu terdengar tertutup begitu kencang setengah dibanting.

"Erick?"

"Sayang kau kah itu?" teriaknya yang masih berpegangan di dinding kamar mandi.

Sayangnya teriakan itu tak memiliki satu jawaban apapun disana.

"Ayo lah Erick buka pintunya sayang!"

"Ini sama sekali tak lucu!" umpatnya kesal tapi suaranya semakin lirih disaat sebuah angin cukup kencang menerpa tubuhnya lewat begitu saja.

Mukanya sudah pucat dan tanganya bergetar seiring hatinya yang juga sudah teramat takut dengan semua keadaan malam itu.

"Siapa disana?" seru Nancy dengan tatap mata waspada .

Kini berganti suara seorang nenek tua yang tengah tersenyum kecil dan nyaring menggema ditelinganya.

"Pergilah pergilah..." teriak Nancy dengan mengibaskan tanganya ke kanan dan ke kiri.

Tapi usahanya tak membuat suara itu berhenti menggema dari ujung manapun disana. Hingga sebuah tarikan cepat menarik ujung lengannya dan menghempaskan tubuhnya tepat ke sudut dinding lainnya.

"Brssttt ." Tubuh Nancy terjatuh dengan lemah setelah menabrak bagian dinding. Kepalanya juga terbentur kran air dan mengeluarkan darah segar. Tanganya gemetar setelah menyadari hal itu terjadi dan beringsut ketakutan .

Suara itu semakin memenuhi satu isi kepalanya berulang kali. Dan tanpa ampun , sosok itu benar-benar membuat malam Nancy begitu kacau dengan rentetan penyiksaan fisik yang begitu banyak.

Tubuhnya kembali diseret dengan cepat meski kali ini ia berusaha untuk menahan laju tubuhnya sekuat mungkin, kini sasaran makhluk astral tersebut menyasar anggota bagian wajah Nancy dengan sejumlah tamparan kuat dan begitu menyakitkan .

Nancy berteriak sekencang mungkin dan rasanya sudah hampir putus asa dengan segala tindakan kasar yang ia peroleh malam itu disana.

Dirinya hanya bisa pasrah berharap semua berlalu dan segera adanya pertolongan dari Erick. Tangisnya begitu kencang dan sesekali menggedor pintu kamar mandi dengan kuat.

Beruntung malam itu Erick dapat segera bangun dari tidurnya dan beranjak dari ranjang setengah berlari panik ke arah kamar mandi. Saat itu kondisi lampu sudah kembali menyala disana.

"Ceklek ceklek." Suara kunci pintu kamar mandi diputar dengan cepat oleh Erick.

Dan kini sudah merangsak masuk sepenuhnya ke dalam sana untuk menolong Nancy. Erick begitu terkejut saat mendapati wanita yang hendak ia nikahi dengan kondisi begitu buruk duduk di sudut kamar mandi .

"Hei ada apa denganmu?" sapa Erick dengan mendekap erat tubuh Nancy yang berantakan . Wajahnya terdapat beberapa lebam memar kebiruan hingga ujung bibirnya mengeluarkan darah segar disana.

Nancy hanya mampu meringkuk dengan menahan sakit seluruh tubuh yang rasanya hampir remuk tak bersisa.

Erick menopang tubuhnya untuk segera ia bawa ke ranjang dan menidurkanya.

Keduanya melewati malam panjang dengan kondisi mata yang tak tertutup sedikitpun . Setelah kejadian itu, Nancy hanya mampu meracau tak menentu.

Hingga pagi datang, Nancy hanya bisa terdiam duduk diatas ranjang dengan mengingat malam panjang buruknya.

Erick yang sudah segar dengan rambut setengah basah sedang menikmati satu cangkir kopi hitam miliknya untuk menahan rasa kantuk diujung matanya.

"Apa kau baik?" tanya Erick sambil menatap Nancy di ujung ranjang.

Mata itu terlihat kosong dan bibirnya hanya terkunci dengan keheningan.

Erick berpikir apa iya Nancy telah mengalami depresi setelah penyatuan keduanya terjadi sejak saat itu, hingga ia melakukan hal senekat itu untuk mengakhiri hidupnya.

"Tidak mungkin, beberapa jam sesaat sebelum aku menemukan ia didalam kamar mandi semua masih terlihat oke!" batin Erick curiga.

Bersambung💛

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!