Bab 10

"Mulai hari ini kalian bisa tinggal dirumah itu, belajarlah hidup mandiri sayang. Karena memang tak selamanya anak itu harus hidup berdampingan dengan kedua orang tua setelah menikah." imbuh Casandra.

Usai memberikan petuah pada menantu barunya, bola matanya kembali mengelilingi sudut rumah kembali. Ia sejak tadi tengah menanti kedatangan Alma untuk menyambut dirinya, tapi masih belum ia dapati hingga saat ini.

"Tuan Chris, apa istri mu sedang sibuk didalam?" tanya Casandra dengan wajah heran, karena besan lelakinya tersebut juga tidak berupaya memanggilkan sang istri semenjak sekian menit lamanya.

Christian kembali mendadak kebingungan untuk menjawab pertanyaan Casandra yang terkesan mendesaknya, ia juga tak mungkin menghadirkan Alma saat ini karena istrinya juga mengalami hal buruk sama seperti Felicia putrinya.

Ia terlihat bersiap untuk memberikan jawaban itu dengan hati yang begitu berat, tapi tiba-tiba Nancy muncul dari balik bilik dan memberikan jawaban yang menohok untuk kedua besan orang tuanya tersebut.

"Maaf tante Sandra yang terhormat, kebetulan mama sedang kurang sehat dikamar. Dan sedang beristirahat sejenak. Apa kehadiran papa disini tak cukup membuat hatimu puas?" ucap Nancy dengan melipat kedua tanganya didada dan hadir tepat dihadapan mereka semua.

Siapa yang menyangka jika gadis pemalu itu akan memberikan jawaban yang begitu menohok untuk Sandra, sebelum terlebih dulu memberikan salam.

Christian hanya terpaku karena terkejut, sementara Felicia masih dibawah pengaruh alam sadar kebingunganya.

"Maaf sayang, maafkan dia!" sambung Taslim sambil meremat ujung paha sang istri dengan memberikan sebuah isyarat.

"Benar kata dia, apa dirimu tak puas jika tuan Christian saja yang menemani kita hari ini. Apa dirimu mau, orang satu komplek berkumpul disini untuk duduk bersama?" terangnya dengan satu kedipan mata yang langsung menyadarkan Casandra.

Sebenarnya ia tak mau kalah oleh perkataan pedas Nancy, tapi apa boleh buat hari masih terlalu begitu pagi untuk memancing sebuah keributan disana.

"Baiklah kami permisi dulu tuan Chris, senang bisa berkunjung kemari hari ini."

"Dan kau sayang, ingat permintaanku barusan segera tempati rumahmu itu. Karena rupanya rumah ini terlalu gerah utnuk banyak orang tempati." sindir Casandra pada Nancy.

Dirinya terlihat memberikan pandangan yang tak membuat Nancy nyaman saat melintas tepat disampingnya.

*

*

*

Sesampainya didalam mobil, Casandra begitu terlihat kesal hingga melempar tas miliknya ke kursi bagian belakang. Wajahnya begitu masam dan sesekali menggerutu tak jelas.

"Kenapa si ma..."

"Masak iya aku kalah sama bocah ingusan itu!" umpatnya.

"Nancy maksud kamu?" Sambung Taslim yang segera membawa laju pergi mobil miliknya.

Ke dua bola mata Casandra berputar secara bersamaan ketika sang suami mengucapkan kembali nama Nancy.

"Sudahlah, apa yang mau diributkan lagi. Kan kita sudah pulang juga dari sana. Niat awal kita hanya ingin menjenguk Erick bukan?"

Istrinya mengangguk tapi masih dengan wajah yang begitu kesal.

"Selesai kalau gitu!"

"Tapi kan pa, kamu lihat sendiri deh disana tadi aneh banget kan. Masak iya baru sehari jadi besan Alma sikapnya udah melangit gitu sama kita, ibarat kata nih ya tamu udah datang jauh-jauh capek pula. Nggak dibikinin minum juga nggak papa, tapi seenggaknya muncul bentar aja kita kan udah lega!" protesnya dengan berapi-api.

Casandra mengenang kembali sikap Christian yang begitu tak menghargai dirinya sebagai mertua yang baik untuk Felicia.

"Mau gimana lagi ma , kamu dengar sendiri bukan apa kata Nancy tadi?"

"Mungkin saja sakitnya memang benar-benar tidak bisa membuatnya bangkit dari tempat tidur." pungkas Taslim .

"Semoga perkataanmu itu tadi benar adanya!" sumpah serapah Casandra pada Alma.

Lain halnya dengan keadaan rumah Christian saat ini, Felicia terlibat pertengkaran sengit dengan Erick. Bahkan suami kemarin sore dari Feli tersebut terlihat begitu berani dan lantang menaikkan nada suaranya ketika berbicara dengan istri barunya itu.

"Sayang aku mohon hentikan semua ini, kita tidak perlu tergesa-gesa untuk pergi dari sini bukan?" pinta Feli yang berusaha menahan lengan Erick yang telah mengeluarkan seluruh bajunya dari dalam lemari.

Kini tanganya berganti untuk meraih koper miliknya yang berada di atas lemari Felicia.

"Bruukk!" Erick melempar koper miliknya diatas ranjang tidur .

Dengan cepat ia memasukkan seluruh bajunya disana kedalam koper itu dan menguncinya dengan rapi.

"Kalau kau tidak mau ikut denganku tak masalah, berikan kunci itu padaku!"

"Aku tidak mau tinggal lebih lama lagi dirumah berhantu ini ..." Maki Erick dengan buruknya.

Hati Felicia semakin terasa sakit saat perkataan pedas Erick mulai menghina rumah yang begitu banyak kenangan baginya disana selama tumbuh bersama dengan Nancy.

Bahkan keduanya tak sadar jika Nancy menyaksikan perdebatan sengit itu tepat didepan kamarnya. Dalam satu sisi, ia merasa bangga karena hari ini dapat memecah belah keyakinan kedua pengantin itu dengan begitu mudah. Dengan kata lain, semua usahanya tidak akan mengkhianati hasil.

Erick menyambar kunci yang sejak tadi berada dalam genggaman Felicia.

"Sayang!" teriak Felicia yang sudah tak dihiraukan kembali oleh Erick.

Dirinya keluar dari rumah itu dengan penuh kemarahan yang menyelimuti hatinya .

*

*

*

Nancy hanya tersenyum kecil ketika menyaksikan semua itu. Tapi rupanya kepuasan hatinya tak cukup berhenti disana, ia menghampiri Felicia yang tengah terduduk dengan kedua lutut yang dilipat hingga menopang dagunya .

Ia terlihat begitu terpukul dengan segala kondisi saat ini.

"Tenanglah , bukankah begitulah seorang pria akan memperlakukan wanita sayang. Ia akan pergi dengan sesuka hati mereka kemanapun yang ia inginkan, bahkan mungkin untuk menggantikan posisi hatinya dalam sekejap mata itu rasanya begitu mudah kan!" sindir Nancy yang kali ini sama sekali tak berpihak pada Feli sang adik.

Felicia hanya mengangkat wajahnya dan memandang lemas Nancy, ia mulai bingung dengan sikap Nancy yang mendadak begitu berubah drastis hari itu.

"Ada apa dengan dirimu hari ini kak, kau bukan sepeti kakakku yang dulu..." sambung Feli dengan tatap mata sedih.

Tak ada raut penyesalan ataupun permintaan maaf yang keluar dari ujung lidah Nancy saat itu, bahkan ia terkesan berbangga diri di hadapan sang adik.

"Setiap orang berhak merubah dirinya menjadi baik dan buruk!" pungkas Nancy .

Perseteruan antara adik dan kakak itu harus terjadi setelah semua masalah yang bertubi-tubi terjadi serentak disana.

"Tolong tolong ...!"

"Nancy, Felicia!"

Teriak Christian menggema ke penjuru rumah itu dengan kerasnya. Tanganya terlihat begitu gemetar dengan memegangi gagang pintu, rupanya ia di kejutkan dengan sikap Alma yang sejak tadi terus menerus memuntahkan darah segar dari dalam mulutnya dengan jumlah yang tak main-main. Bahkan semua sapu tangan yang Christian siapkan tak dapat lagi membendung cairan berwarna merah itu berhenti mengalir.

Bersambung💛

...----------------...

...Mampir kesini juga ya !...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!