Bab 18

"Tolong segera periksa menantu saya dengan baik dok!" pinta Taslim dengan tegas ketika Felicia sudah berada dalam ruangan.

Ketika keduanya begitu resah dan gelisah menunggu kabar Felicia didalam, akhirnya lampu ruangan tersebut padam dan tim dokter telah keluar dari ruangannya.

Wajah mereka tak nampak begitu baik, bahkan diantara mereka hanya berlalu begitu saja melewati keduanya.

"Dok ..."

"Bagaimana keadaan menantu saya didalam?" tanya Taslim dengan gusar ketika melihat kedua orang dokter lainnya telah berjalan melewatinya dengan wajah kalut.

"Begini bu pak, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi lagi-lagi semua hasil akhir berada pada sang pemilik kehidupan. Dia kami nyatakan koma setelah beberapa tindakan yang kami ambil membuat kami kebingungan. Di antaranya nona Felicia mengalami muntah darah begitu hebat saat proses berlanjut. Dan lalu setelah hasil pemeriksaan lebih lanjut lagi, kami belum bisa menemukan sebuah penyakit serius yang berarti dalam kondisinya saat ini."

"Jadi sejauh ini kami hanya bisa memantau perkembangan kondisinya saja sampai beberapa waktu kedepan."

"Kalau begitu saya permisi dulu." pungkas seorang dokter yang memiliki kompetensi begitu baik disana.

Wajah Taslim masih begitu shock dan segera terduduk sambil tertegun. Seolah masih tak percaya jika menantunya dinyatakan dalam kondisi koma dalam pertemuanya kali ini.

"Pa, kita harus gimana?" tanya Casandra yang juga turut duduk disampingnya.

"Hubungi orang tuanya sekarang juga ma, kita harus kabarkan hal ini."

Casandra menghela nafas panjang ketika suaminya menyebutkan kedua besanya.

"Erick?" tanya Casandra balik dengan nada sedikit sewot.

"Kenapa masih ada namanya dipikiranmu si ma, keadaan masih rumit jangan hiraukan dia!"

"Tapi pa ..."

"Erick masih suaminya dan dia juga anak kita!" protesnya kesal sambil menggerutu lirih pada bagian kata terakhir.

Taslim tak menghiraukan nada protes istrinya disana dan cepat menekan layar ponsel miliknya untuk menghubungi Crishtian.

"Tut tut..." Sambungan telepon Taslim terhubung tapi tak ada satu orangpun yang mengangkatnya disana.

Tak menyerah sampai disana , Taslim masih berupaya untuk menghubungi keduanya bahkan nomor rumah sekalipun. Tapi hasilnya kembali sia-sia ketika sudah puluhan kali ia menekan seluruh nomor tersebut.

"Sudah ku bilang mereka sekarang bersikap angkuh pada kita, sama anak sendiri saja tidak mau tahu!" omel Casandra yang sedang duduk dengan melipat satu kakinya naik ke atas dan kedua tanganya.

Taslim hanya menggelengkan kepala dan segera pergi menjauh dari lorong rumah sakit.

"Pa mau kemana ..."

"Tunggu...!" teriak kesal Casandra sambil menenteng tasnya kembali .

*

*

*

"Syukurlah kau mengajakku pulang, aku sudah sangat lelah dan ingin segera merebahkan tubuhku dikamar..." seru Casandra yang sudah duduk didalam mobil dan mengibarkan rambutnya secara serentak kebagian belakang.

"Kita akan ke rumah tuan Chris!" sambung Taslim yang sudah memutar kemudinya.

Wajah lega dan bahagia seketika memudar dari diri Casandra setelah mendapati ucapan suaminya.

"Harus sampai kesana pula pa!" rengeknya tak berujung.

Dirinya bahkan terus mengibaskan sepuluh jarinya kebagian wajahnya meskipun ac mobil sudah terasa begitu dingin.

Kini keduanya tiba disana , dan mobil itu masih terhenti tepat dihalaman rumah Christian. Kondisi rumah itu begitu gelap gulita. Tapi disekitar rumah lainya masih terang benderang dengan cahaya lampu.

"Apa mereka lupa membayar listrik rumah ini?" cibir Casandra dengan heranya.

"Sudahlah ayo kita pulang pa, lagi pula mau nemuin siapa juga . orang rumah gelap begini, nggak akan ada orang disini..."

Kecurigaan Taslim tak berhenti disana ketika ia mendapati pagar rumah yang masih terbuka dengan lebar disana hingga siapapun bisa masuk sesuka hatinya. Dan satu lagi, pintu utama rumah tersebut bahkan masih terbuka meski dalam keadaan gelap gulita.

"Mari kita kedalam dulu, pintu rumah itu masih terbuka . Siapa tahu memang mereka tengah kesulitan didalam ." imbuh Taslim dengan semua pemikiran positifnya.

Casandra menutup pintu mobilnya dan segera turun mengikuti langkah Taslim dengan menghentakkan kakinya sesekali.

"Permisi ."

"Spada..." teriak Casandra mengikuti ucapan Taslim.

Dirinya begitu kesal lantaran di malam yang begitu gelap itu begitu banyak nyamuk hinggap dibeberapa anggota tubuhnya. Hingga ia tak bisa berhenti untuk menepuk seluruh bagian tubuhnya secara bergantian.

"Plak plak plak." suara tepukan tangan Casandra dengan kesal menggunakan seluruh kekuatan tanganyà.

Maklum saja, dirumah mewahnya tak pernah ia sedetikpun dihinggapi oleh serangga kecil tersebut.

"Ayo lah pa kita tunggu apa lagi si !" rengeknya dengan terus menarik lengan Taslim.

Taslim masih gusar antara ingin segera meninggalkan rumah itu atau tetap berdiri disana hingga sampai ia mendapatkan sebuah kepastian jawaban.

Tubuhnya telah berbalik dan mengikuti langkah Casandra untuk memutuskan pergi dari sana , tapi langkah mereka tak begitu jauh melangkah dan harus terhenti kembali setelah mendapati suara pintu terbuka dari dalam.

"Ceklek."

"Tunggu, rasanya ada yang membuka pintu!" tolak Taslim dengan menarik lengan istrinya kembali mendekat pada dirinya.

Kali ini begitu diluar nalar, bulu kuduk Casandra begitu merinding dari ujung rambut hingga kaki.

"Pa ...!" tanganya semakin erat memegang tangan suaminya. Bisa dibilang meremas.

Suara derap langkah kaki begitu jelas terdengar dan mendekat mengarah pada keduanya. Dan dari kejauhan setitik cahaya terang lilin terpancar dari kejauhan .

"Tuan Chris?" sambung Taslim melanjutkan sapanya.

Tapi orang itu tak menjawab dan hanya terus melangkah dengan membawa satu penerang lilin ditanganya.

*

*

*

"Ada apa kalian kemari ..." suara Christian menggema Setelah mendekatkan cahaya lilin ke arah wajahnya.

Entah kekuatan apa yang ia miliki, tapi sebelumnya ia masih dalam kondisi tak baik berada satu kamar dengan Alma.

"Tuan Chris apa kau sehat?" ujar Taslim yang sejak tadi memandangi wajah Christian begitu pucat dan bibirnya sedikit kering.

"Ya!" sambung Christian acuh.

Ia merasa ada perbedaan yang signifikan pada besanya tersebut, ia terkenal begitu ramah. Tapi malam ini sikapnya berubah drastis.

"Apa kau lupa membayar listrik. lihatlah semua lampu tetanggamu menyala dengan terang hanya rumahmu saja yang gelap gulita." olok Casandra yang sejak tadi bersembunyi dibalik punggung suaminya.

Christian mengalihkan pandangannya dengan mengangkat cahaya itu lebih tinggi ditanganya mengarah ke istri Taslim.

Wanita itu semakin ketakutan dan tak ingin menatap wajah Christian sedikitpun.

"Maaf tuan jika malam begini mengganggu anda dengan nyonya didalam. Kedatangan kami kemari hanya ingin memberi tahukan bahwa Felicia tengah berada dirumah sakit saat ini."

"Saya harap anda segera datang kesana dan msmbesuknya." pinta Taslim ramah dengan senyuman hangat.

Tapi jawaban yang tak pernah Taslim duga sebelumnya malah terlontar dari bibir lelaki yang begitu amat menyayangi Felicia dulunya terjadi . "Aku tidak perduli dengan anak itu!"

Ungkapan itu membuat hati Taslim begitu shock dan tak percaya.

Bersambung 💛

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!