Keduanya menempuh jalan yang cukup jauh hingga tiba di sebuah pemakan yang begitu luas, saat itu Wilia juga sudah menyiapkan sebuah gerobak untuk membawa seorang mayat yang nantinya mereka temukan.
Setelah berkeliling cukup jauh, dengan membawa penerangan lampu lentera keduanya meneliti setiap batu nisan digelapnya malam.
Hingga keduanya terhenti pada sebuah kayu papan yang bertuliskan nama seorang laki-laki disana yang baru saja dikuburkan. Papan nama tersebut biasanya menjadi penanda khas jika mayat tersebut baru saja dikebumikan.
Abraham, bunyi nama yang tertera pada papan tersebut.
Gimbo yang sudah bersiap, memeberikan lentera lampunya pada Wilia untuk digantungkan sejenak pada bagian penarik gerobak milik mereka. Sementara Wilia juga membantu Gimbo untuk menarik ke dua papan kayu dari tempatnya. Setelah usai menyingkirkan kedua papan tersebut, kini Gimbo yang beralih menggali tanah yang masih terasa basah tersebut.
Ia menggalinya seorang diri tanpa bantuan Wilia, setelah menggali cukup dalam akhirnya ia menemukan mayat itu masih terbungkus dengan rapi menggunakan kain kafan berwarna putih. Dengan sekuat tenaganya, ia mengangkat tubuh Abraham untuk naik ke permukaan tanah pada Wilia.
Setelah bersusah payah, akhirnya tubuh Abraham dapat di naikkan. Dan kini saatnya mereka membawanya dalam gerobak di kesunyian malam. Untuk mengelabui warga sekitar, Gimbo menata kembali makam yang telah ia ambil jenazahnya. Ulahnya bahkan terbilang cukup rapi dan tertata sempurna, bahkan orang awampun mengira jika dibalik gundukan tanah tersebut masih tersimpan jenazah Abraham.
"Ayo cepat kita pulang!" ajaknya yang kemudian mengambil alih lentera lampu yang sejak tadi menggantung. Dengan membantu Wilia mendorong gerobak dari belakang, Gimbo juga berjaga pada keadaan sekeliling. Ia memantau benar setiap gerak gerik benda yang bergerak di malam hari itu.
Dengan medan jalan yang cukup terjal, membuat Wilia juga sedikit kehabisan tenaga disana. Hingga Gimbo harus terpaksa turun tangan menggantikan posisi Wilia. Keduanya tak sendiri , burung gagak peliharaan Gimbo juga turut menghantarkan keduanya di malam hari tersebut dengan terbang mengudara. Dan sesekali ia terdengar membunyikan suaranya.
*
*
*
Setibanya dirumah, kini Gimbo sudah bersiap didalam ruangan miliknya untuk mengevakuasi tubuh Abraham dengan sebilah kapak berukuran cukup besar.
"PRAKK PRAKK!" suara kapak yang berbunyi cukup nyaring tepat membelah badan Abraham, cipratan darah itu bahkan mengucur deras membasahi wajah Gimbo. Bukan hal pertama baginya untuk melakukan kegilaan tersebut. Bahkan sudah berulang kali.
Setelah beberapa bagian anggota tubuh telah terpisah dari posisinya, kini Gimbo beralih pada organ dalam mayat tersebut. Ia tak segan bahkan untuk merogoh bagian paling terdalam dari tubuh tersebut. Tak ada rasa jijik ataupun ketakutan, semua itu ia lakukan dengan sewajarnya.
Kini ia telah mendapatkan beberapa bagian penting dalam persembahanya kali ini. Dan telah tertata rapi oleh Wilia yang sejak tadi sudah bersiap dengan satu baskom air bersih disamping Gimbo. Penuh kesabaran ia mencuci bersih setiap organ yang masih tertempel darah segar milik Abraham. Bahkan sama seperti Gimbo, Wilia sepertinya juga sudah terlatih dengan kuat dalam posisi ini.
Sejauh hal gila itu berlangsung, wajahnya hanya terlihat datar tanpa ekspresi. Hari hampir saja terang, dan gelap telah meninggalkan malam tapi Gimbo masih terus terjaga hingga semua persiapan telah usai.
Disebuah meja kecil telah terbungkus satu persatu organ tubuh yang tadinya sudah dibersihkan dengan air, terlilit kain putih bersih. Menggunakan sebuah foto yang telah ia dapatkan dari Nancy, pemujaan itu dimulai.
Masih dengan mantra yang sama, ia memulai segala ritualnya dengan begitu khusyuk. Bedanya kini akan terasa lebih ekstrim dari pada sebelumnya, karena ia juga harus menelan salah satu bagian anggota tubuh mayat tersebut. Hal itu ia lakukan agar kembali bertambah kesaktian yang ia miliki dan tetap terjaga nantinya.
Seluruh ruangan bergetar dengan hebat , bahkan satu lembar foto itu sudah terbenam sempurna disebuah cairan merah yang diyakini itu adalah darah Abraham.
"Berikan aku yang terbaik dalam hal ini..." ucap Gimbo dengan menggoyangkan seluruh jemarinya.
Dan yang terakhir, ia menancapkan sebuah keris kecil dengan ujung yang runcing menusuk tepat dibeberapa titik tubuh Felicia dengan bersamaan.
*
*
*
Sedangkan di pagi hari itu, terdengar suara riuh dari arah kamar kedua pasangan pengantin baru tersebut. Kamar mereka bersebelahan tepat dengan kamar milik Nancy, otomatis gadis tersebut juga mendengar jelas setiap teriakan di pagi hari itu.
"Tok tok tok!" dengan cemasnya ia berusaha mengetuk pintu kamar Feli berulang kali hingga terbuka.
"Ada apa ini ...!" teriaknya, tapi Felicia sudah berlari sangat ketakutan dan memeluk sang kakak dan mengadu padanya.
"Kak,coba lihatlah. Lihat disana..." protesnya dengan berjingkit berulang kali. Sedangkan Erick masih berada dalam kamar mandi.
Nancy dengan sigap mengajak Felicia mendekati pada benda yang terlihat hitam berambut dari kejauhan.
"ASTAGA!" Nancy kemudian mendorong sejauh mungkin potongan kepala manusia yang berada tepat disebelah tempat tidur Felicia.
"KAKAK!" teriaknya berulang dan begitu keras.
Hingga membuat Erick yang begitu panik segera keluar dari kamar mandi tanpa menggunakan baju untuk menutupi dada bidangnya yang memiliki sedikit bulus halus ditengahnya .
Sejenak, Nancy terperangkap pada pemandangan indah di pagi hari itu dengan diamnya.
"Sayang ..." ujar Feli yang buru-buru memeluk tubuh Erick dengan ketakutan , dan hal itu tengah membuyarkan kembali pikiran kotor Nancy.
Bahkan sebenarnya Erick telah mengetahui jika sejak tadi Nancy dengan diam-diam memperhatikan tubuhnya, entah apa yang gadis itu pikirkan hingga ia terlihat begitu marah ketika Feli mengambil alih tubuh Erick dengan pelukanya.
"Aku akan pergi, urus saja dengan suamimu!" Jelas Nancy yang sudah membalikkan tubuh dan pandangannya pada keduanya.
Kini dikamar itu telah Erick pandangi sebuah kepala yang sama sekali bukan boneka manekin ataupun sejenisnya. Itu benar benar kiriman kepala manusia, ia pun bingung akan membawa kemana seonggok kepala tanpa tubuh tersebut.
Ia meraih sebuah kotak berukuran sedang dari bawah untuk mengambil kepala tersebut , dan segera membuangnya sebelum Alma dan Christian mengetahui segalanya. Sedangkan Felicia dengan seluruh rasa ketakutannya membuat ia begitu shock dan mengakibatkan halusinasi berlebih.
"Jangan , pergilah ..." ucapnya yang begitu ketakutan di atas tempat tidur dengan menerkam ke dua telinganya.
Erick dengan cepat meraih istrinya dengan memberikan pelukan cukup erat. Ia tahu jika Feli benar-benar tertekan dengan keadaan ini.
Ternyata suara bising itu telah sampai ke telinga Alma dan Christian, keduanya sepakat untuk naik ke atas kamar Felicia demi mengetahui keadaan sang putri.
"Ada apa ini, sepagi ini kau berteriak sejak tadi! " olok Alma yang masih tak bisa membawa dirinya dengan baik setelah sikap dingin Nancy semalam .
...----------------...
Bersambung💛
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Anonymous
Ngilu banget bacanya ih ...😢😢😢😢
2023-05-08
2