"Andai aku bisa memilih, aku takkan pernah mau terjebak dalam pilihan sulit ini Ren!" Jelas Nancy dengan suara bergetar dan isak tangis semakin menjadi.
Ia tak mungkin harus memilih Irene dalam hal ini untuk menjadi korbannya, apalagi sahabatnya tersebut sudah dengan suka rela menolongnya.
"Tapi kau masih bisa berhenti cukup sampai disini Nancy, semua belum terlambat begitu jauh!" Jelas Irene yang masih terus berusaha membujuknya.
Ternyata semua penjelasan Irene tak dapat menembus akal sehat Nancy kembali untuk menghentikan segalanya. Ia lantas membentak balik Irene yang benar-benar hanya ingin menyelamatkan dirinya dari tindakan bodoh ini.
"CUKUP!"
"Kau tak tahu bagaimana rasanya jadi aku!"
"Jadi jangan sesuka hatimu mengatur diriku seperti itu..."
Tanpa sadar ia telah melukai hati Irene yang sudah benar-benar tulus menolongnya. Ia pun mengusir sahabatnya itu dari dalam mobil tanpa perduli lagi sedang dimana mereka berada. Nancy bahkan tega meninggalkan Irene disebuah tepi jalan raya seorang diri.
Hanya dengan menarik nafasnya sedalam mungkin, Irene mencoba memahami keadaaan Nancy yang sedang menggebu oleh seluruh perasaanya.
"Semoga Tuhan selalu menjaganya!" ujar Irene yang masih dengan sangat baik mendo'akan Nancy dalam kebaikan.
*
*
*
Setelah menempuh jarak cukup jauh dan melelahkan, Nancy baru saja tiba di rumahnya dengan wajah begitu suntuk dan penat.
"Bi, tolong bawakan koper saya naik ke atas!" ucapnya dengan memberikan kunci mobil miliknya terhadap asisten rumah tangganya yang akrab disapa Imah.
"Baik non." timpal Imah mengiyakan permintaan Nancy.
Ia pun melintasi semua orang yang tengah melakukan makan malam bersama saat itu , disana juga terdapat Erick yang sedang menikmati masa indahnya sebagai menantu tunggal rumah itu sementara.
Terlihat begitu bahagia dan sumringah ketika Christian dan Alma memperlakukan dirinya hal seperti seorang anak laki-laki tunggal disana. Apalagi Alma, bahkan ia tak segan menaruh seluruh makanan dipiring Erick saat itu.
"Cukup ma."
"Tolong jangan lagi, perutku akan membuncit dan seluruh wanita pasti akan mencibirku." jelasnya dengan nada candanya.
Melihat hal itu, Feli yang sejak tadi bahkan hanya menikmati salad buah miliknya ikut terpancing dalam suasana tersebut. Ia tak mau jika setelah menikah nantinya Erick akan banyak dikelilingi para wanita.
"Sayang, kau sudah menjadi milikku. "
"Jadi mau segendut dan sebesar apapun badan mu nanti aku tetap mencintaimu..." terang Felicia dengan memasang wajah imutnya dihadapan sang suami.
Sementara setelah puas menyaksikan segalanya disana, Nancy sengaja terbatuk utnuk menghentikan tawa mereka disana meski hanya sesaat. Ia melintas begitu saja tanpa mau ikut makan malam bersama saat itu.
"Sayang, makanlah bersama kami !" ajak Alma yang hendak menyiapkan sebuah piring baru untuk Nancy.
Tapi suaranya tak di indahkan lagi oleh Nancy, ia hanya fokus menaiki anak tangga dengan mempercepat langkahnya untuk segera pergi meninggalkan semuanya.
"NANCY!" bentak Alma yang begitu geram karena akhir-akhir ini diacuhkan oleh putrinya yang sejak dulu penurut.
Christian kemudian menarik tangan Alma untuk segera duduk kembali, karena amarahnya tengah disaksikan oleh Erick yang notabene adalah anggota baru dikeluarga itu.
"Sudah duduklah, mungkin dia kelelahan sepanjang hari." imbuh Crishtian yang berupaya menenangkan Alma.
Tapi ibu dari dua orang anak perempuan itu rupanya sudah tak tahan lagi membendung segala emosinya yang masih terus meletup-letup bak gunung merapi.
"Aku akan pergi ke kamar dulu!" jelasnya dengan meletakkan sendok dan garpu miliknya dengan bersamaan.
Christian hanya mengangguk tatkala permintaan Alma itu terjadi dihadapan Erick, bahkan Christian tak ingin menghentikan segala sesuatunya disana baik kepada Nancy putrinya ataupun Alma istrinya.
"Dia selalu mengacaukan selera makan ibu!" protes Felicia dengan kesal melihat tingkah laku Nancy.
Dengan cepat Christian mengamati wajah Feli dengan sorot mata yang tajam agar menghentikan segala protesnya disana di atas meja makan.
Feli pun menunduk dan melanjutkan kembali gigitan terakhir sepotong roti coklat miliknya hingga seluruh roti itu terbenam masuk kedalam mulutnya.
Setelah semua usai melakukan makan malam disana, Christian segera bangkit dan menyusul kembali Alma yang sudah lebih dulu masuk kedalam kamar.
"Ceklek." pintu terbuka dengan lirihnya .
Ia tengah menatap Alma sedang membawa bingkai foto kecil yang berisikan masa kecil kedua sang putri yang begitu hangat sebagai seorang kakak beradik.
Christian mendekati dan mengusap punggung Alma dengan meremasnya perlahan. Seakan ingin memberikan penguatan pada istrinya tersebut bahwa semua akan baik-baik saja.
"Aku tak kenapa dengan hati dan perasaan ku sayang ..."
"Nampaknya keadaan tak lagi sama seperti dulu, seakan ada jarak yang tak pernah aku sadari di antara keduanya sayang." jelas Alma dengan berlinang air mata dan memandangi terus foto kedua buah hatinya tersebut.
Sebagai seorang ayah, bukan Christian tak peka pada jalinan hubungan kedua putrinya. Tapi ia hanya mengedepankan didikan tegas pada keduanya dengan baik.
"Mungkin hanya perasaanmu saja yang terlalu sensitif akhir-akhir ini sayang. Maka beristirahatlah yang cukup dan rileks kan pikiran mu agar semakin tenang."
Bujuk Christian agar Alma mau memejamkan matanya di malam yang begitu larut. Sedangkan Nancy yang sudah tak tahan menahan seluruh cacing yang tengah berdemo ria dalam perutnya kini beranjak turun untuk membuat sebuah susu hangat kesukaannya.
"Klitik klitik ." bunyi sendok dan gelas kaca yang bersentuhan tengah menggema di ruangan itu .
Seorang diri Nancy melakukan hal itu, dan ia yakin malam itu tak ada seorang pun disana. Karena malam itu tepat pukul 12 malam. Tapi, seakan ada sosok hitam yang sejak tadi mengawasi dirinya dari kejauhan. Entahlah, apa itu hanya sebuah firasat buruk Nancy atau hanya ketakutan dirinya saja.
Ia pun menegak habis seluruh susu tersebut tanpa tersisa dan meletakkan gelas itu tepat di atas meja. Setelah itu ia pun meninggalkan gelas itu tetap berdiri disana dan segera kembali kedalam kamar. Tapi anehnya , sekali lagi penguatan perasaan Nancy sejak tadi kembali terulang.
Gelas itu terjatuh dan pecah menjadi beberapa bagian tanpa ada orang yang menyentuhnya sedikitpun . Bahkan Nancy yakin jika ia telah meletakkan gelas itu tepat ditengah-tengah meja dan tak menyamping sedikitpun .
Nancy terhenti dan membalikkan wajahnya untuk memastikan sekali lagi siapa sebenarnya yang tengah berulah disana. Tapi ia tak menjumpai seorang pun hingga memaksa bulu kuduknya berdiri disana.
*
*
*
Sedangkan di malam yang begitu larut, ditempat yang berbeda Gimbo dan Wilia tengah menelusuri jalan setapak untuk turun ke bawah pemukiman penduduk , hari itu baru saja ia mendengar jika ada seorang pemuda baru saja meninggal dunia akibat kecelakaan tragis yang menimpanya seorang diri.
...----------------...
Bsrsambung💛
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments