Nancy turun lebih dulu dan berlari secepat mungkin untuk memastikan kondisi dibawah, sementara Felicia juga mengikutinya dari belakang sembari mengusap wajah sembabnya.
"Bu ..." Ucap Nancy yang tak percaya setelah menyaksikan ke anehan itu terjadi.
Disisi lain Felicia juga begitu terkejut dengan hal tersebut. Nancy mendekat dengan mencoba memberikan pertolongan kepada sang ibu, tapi rupanya ia malah terkaget ketika Alma sempat membisikkan nada mengerikan ke arah telinga Nancy dengan kerasnya. Sebut saja setengah berteriak. Sontak gadis tersebut mendorong tubuh Alma sekeras mungkin untuk segera menjauh dari tubuhnya.
Christian membuka kedua matanya lebar-lebar ke arah anak gadis pertamanya tersebut dengan sorot mata murka. Ia tak percaya jika Nancy bisa melakukan hal buruk itu pada sang ibu.
"NANCY!"
"Apa yang kau lakukan pada ibumu!"
"Apa kau sudah gila!" makian itu terdengar semakin keras, tapi anehnya baik Christian ataupun Felicia sama-sama tak berani mendekatkan dirinya untuk lebih dekat lagi pada Alma.
Tak berlama-lama lagi, Crishtian kemudian mengambil sebilah samurai yang ia koleksi sejak lama dari dalam lemari kacanya. Ia buka tutup samurai itu hingga berbinar terang ujung dari benda yang bisa dibilang sangat tajam tersebut.
Tubuh hingga kaki Nancy bergetar hingga tak terasa lagi untuk berjalan. Semua anggota tubuhnya mendadak lemas saat memandang wajah amarah ayahnya yang tak dapat terkendali lagi.
Christian mulai melangkah dengan mengarahkan ujung mata benda tajam itu pada lantai. Dan mengeluarkan suara berdecit yang mengerikan .
Nancy rasanya sudah pasrah dengan sesekali menelan kasar air liurnya di ujung pintu kamar tersebut.
"Mana laki-laki sialan itu, sejak dia hadir dirumah ini rasanya bagaikan neraka!"
"Akan aku habisi saja putra Taslim itu!" teriak Christian yang baru saja melintas didepan Nancy.
Rupanya ia tidak murka terhadap sang putri, bahkan dirinya sangat ingin menumpahkan seluruh amarahnya pada Erick saat itu.
Tapi beruntungnya pemuda tersebut sudah tak berada lagi dirumah , hingga ia dapat terbebas dari genggaman maut. Di luar sana ia masih bisa bernafas lega, beda cerita jika ia masih dirumah itu mungkin saja Crishtian akan menebas habis lehernya dengan samurai yang begitu haus dengan darah.
"Sial kemana anak bodoh itu!"
Umpat Christian setelah memporak porandakan kamar Felicia dari ujung hingga ke ujung lainnya.
"Akan aku cari bajingan itu hingga ke ujung dunia!" teriaknya sembari melempar benda tajam tersebut.
Rumah itu tak lagi terasa hangat sejak kejadian demi kejadian mengerikan itu terjadi, bahkan terkesan mencekam setiap detiknya.
*
*
*
Rumah baru Erick.
"Akhirnya hari ini aku bisa tidur nyenyak disini." ujarnya sembari memutar ujung kunci rumah tersebut sebanyak dua kali.
Perabot rumah itu terlihat masih tertutup rapi oleh sebagaian plastik memanjang dan lebar. Juga masih sedikit berdebu karena memang sama sekali belum pernah dibersihkan.
Isi perabot rumah itu bisa dibilang begitu mewah, nampaknya Casandra dan Taslim tak main-main memberikan pemberian hadiah tersebut untuk putra dan istri barunya.
"Bugh..." seluruh tubuhnya terhempas sepenuhnya diatas sebuah ranjang yang berukuran begitu lebar. Bahkan dua kali lipat dari ranjang milik Felicia, busa tempat tidur itu memiliki kwalitas paling bagus hingga membuat tubuh terasa nyaman jika tertidur di atasnya.
"Aku bisa berguling sepuasnya disini tanpa adanya gangguan aneh seperti rumah itu!" ucapnya dibalik sebuah bantal empuk bewarna putih.
Kini tanganya mulai mencari ponsel miliknya dan segera memesan sebuah makanan cepat saji malam itu. Setelah usai memesan, Erick pun menunggu pesanannya tersebut dengan menonton sebuah film dari ponsel pintarnya.
Sejak kecil ia memang tengah terbiasa menggunakan fasilitas yang memumpuni disetiap harinya , terlebih lagi uang Erick tidak pernah lagi bersusah payah dalam mencarinya. Karena setiap bulanya ia telah menerima jatah dari Taslim.
"Ting tung." beberapa saat kemudian bel pintu rumah berbunyi sebanyak tiga kali. Erick menuruni tangga dengan berlari kecil sambil berteriak "Sebentar."
"Ok, ambil ini untuk tipsmu!" Ujar Erick yang selalu memberikan sebuah tips pada setiap orang yang mengirimkan makanannya.
Tapi anehnya, malam itu tepatnya selepas adzan maghrib berkumandang driver tersebut tak mau menerima uang itu. Ia pergi tanpa sepatah katapun, terkesan seperti menolak pemberian uang Erick.
"Dasar miskin belagu , dikasih uang minta jantung lu!" umpatnya yang segera masuk.
Ia pun mencoba mencium aroma makanan yang masih terbungkus rapat disebuah plastik berlogo ayam. Dan disana, masih tercium aroma yang begitu lezat sebelum akhirnya ujung plastik itu terbuka.
"Kemruyukk." isi cacing dalam perutnya sudah berdemo dengan penuh suka cita.
"Baiklah, mari kita santap saja semua makanan dan minuman ini." imbuhnya dengan penuh antusias setelah membuka bungkus sendok.
Wajahnya mendadak panik dan memucat ketika seluruh pembungkus makanan tersebut terbuka tanpa batas penutup apapun , seperti raut wajah yang ingin memuntahkan seluruh isi perutnya kembali tanpa ingin menyentuh makanan itu sedikitpun.
Perlahan tanganya yang begitu bergetar hebat membuang isi makanan tersebut hingga terserak di lantai. Ternyata isi makanan tersebut adalah segumpal belatung yang bercampur dengan darah dan memiliki aroma yang begitu busuk disana.
"Sial, beraninya dia mempermainkan pesanan ku!" makinya.
Karena diselimuti dengan amarah, Erick lantas memberikan umpatanya pada salah satu customer service yang tadi melayani pesanannya.
Tanpa ia duga, makian yang tadi ia kirimkan pada nomor yang sama telah meresponnya kembali dengan mengirimkan gambar sebuah kurir yang baru saja hendak mengirimkan makanan Erick.
"Kurir kami masih dalam perjalan pak, mohon ditunggu dengan sabar." jelas customer service tersebut dengan menyematkan sebuah emoticon senyum.
Wajahnya terkejut untuk yang kedua kalinya karena rasa yang masih tak percaya, jika hal aneh itu harus mengikuti dirinya hingga ke rumah baru tersebut.
Setelah selang lima belas menit kemudian, bel pintu rumah kembali berbunyi sebanyak mungkin tapi kali ini bedanya Erick enggan membukanya karena sudah sangat ketakutan dan menunggu hari esok tiba untuk segera pulang ke rumahnya kembali.
Ia mengalami hal yang sama seperti Felicia rasakan sebelumnya, kini dirinya hanya mampu tertelungkup sendirian dirumah itu dengan tangan yang bertumpu diatas kepala.
*
*
*
Sedangkan di rumah Gimbo, ia terlihat begitu marah dan gelisah menanti kedatangan Nancy yang tak kunjung menepati janjinya disana.
"Kemana perempuan itu, jika ia tak segera datang kemari. Seluruh anggota keluarganya bahkan termasuk dirinya akan menjadi tumbal dalam persembahan kali ini. Betapa bodohnya dia, hingga tak bisa membedakan mana yang genting dan penting." makinya dalam penantian yang teramat gelisah.
Tumbal persembahan yang baru ia kerjakan kemarin sudah bekerja dengan begitu cepat dalam menjalankan tugasnya. Bahkan Gimbo tak menyangka jika tumbal tersebut akan menggasak seluruh anggota keluarga Nancy tanpa tersisa.
Bersambung💛
...----------------...
...Mampir kesini juga ya!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments